Ke Dua Puluh Dua

11 0 0
                                    

***

Banny perlahan merenggangkan pelukannya pada Kiana , ia menangkup pipi gadis itu yang basah.

"Lo masih nangis?"

Kiana hanya diam , ia memberanikan diri untuk menatap Banny. Senyumnya terbit walau tipis , Kiana merasakan jika jemari Banny mengusap air matanya.

Perlakuan Banny yang seperti itu semakin membuat Kiana tersiksa , ia sudah jatuh pada seorang Banny. Jatuh yang teramat dalam , perasaan yang sulit ditebak namun itu ada.

Berbeda ketika ia merasa bahwa ia jatuh cinta pada Raydel, Kiana terlalu mudah untuk mengakui perasaannya pada Raydel. Tapi kali ini , ada rasa yang kuat untuk Banny dan meski Kiana belum bisa mengatakan perasaan apa , namun Kiana sudah sangat takut kehilangan Banny.

Kiana tidak bisa membayangkan jika Banny menghilang dari dunianya , dulu dia tidak pernah membayangkan akan kehilangan Raydel seperti apa. Tapi dengan Banny , gadis itu selalu merasa takut. Kiana sangat takut jika ia tidak menatap Banny lagi seperti sekarang.

"Kia... Jujur sama gue... Tentang hati lo"

"Ban... Please..... " lirih Kiana , air matanya kembali mengalir dipipi merahnya.

Banny tersenyum , ia kembali lagi memeluk Kiana. Banny mengusap lembut rambut gadis itu , sesekali ia mengecup puncak kepala Kiana.

"Apa bener... Tolong katakan... Apa bener lo juga merasakan apa yang gue rasa?" kata Banny membisik.

Kiana mendongak menatap Banny meski air matanya masih mengalir.

"Maksud kamu?" ucap Kiana.

"Aku mencintai kamu... Apa kamu mencintai aku juga?" ungkap Banny.

Air mata Kiana semakin deras mengalir, tapi kali ini adalah air  mata kebahagiaan yang jatuh dari pelupuk mata gadis itu.

"Kia... Katakan Iya... Please"

Kiana mengangguk "Iya" lirihnya lemah.

Banny sudah tidak bisa lagi menahan senyum bahagianya , ia juga mendaratkan kecupan sayang di kening Kiana.

Kiana memejamkan mata , rasa rindu terhadap Banny sudah tidak tertahankan lagi. Kiana memeluk Banny dengan erat , seolah ia tidak akan bertemu laki-laki ini esok hari.

"Jadi selama ini kamu jutekin aku karena cemburu sama Gian?" ucap Banny di sela-sela pelukan mereka.

Kiana mencubit gemas perut Banny "Diam!" pekiknya.

Banny terkekeh geli , karena pada akhirnya rasa penasaran akan perubahan sikap Kiana sudah terjawab. Gadisnya cemburu , dan Banny menyukainya.

***

Sehari sebelumnya.

Banny masih menemani Giana duduk ditaman , ia sangat iba dengan gadis ini. Sebetulnya Banny sangat ingin bertemu Kiana , itu karena Poppy memberitahu Banny perihal putusnya hubungan Kiana dengan Raydel. Poppy meminta Banny untuk menghiburnya.

"Ban... Aku jadi jelek yah sakit begini.. Aku yakin , Raydel pasti semakin gak suka sama aku" ucap Giana.

Banny mencoba merapikan poni gadis yang duduk dikursi roda itu "Kamu kenapa gak coba jujur sama dia.. Tentang kejadian dua tahun yang lalu itu"

Giana menggeleng "Setelah semuanya berlalu.. Akan sulit memulai pembicaraan ini lagi Ban..."

Banny tersenyum "Kamu itu cantik.. Bahkan sangat cantik.... David aja naksir mati-matian sama kamu"

Antonym : Kalimat Cinta KianaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang