Chapter 1

205K 4.9K 207
                                    

ANNA menatap kaca besar di depannya. Di sebelah nya ada Fatma, ahli make up untuk pernikahan. Hari ini ia akan resmi menikah. Bukan menikah dengan orang ia sayangi, melainkan dengan musuh nya saat masa SMA. Lelaki itu Kakak kelas nya. Anna terpaksa harus menikah dengan Cameron, kedua orang tua nya akan tinggal di singapura dan kedua orang tua nya sudah sepakat untuk menjodohkan Anna dengan teman baik Ayah nya karena itu salah satu permintaan terakhir Papa nya Cameron. Ia tak menyangka dulu berteman dekat dengan Cameron saat TK. Dulu Cameron anak yang manis dan baik dengan senyuman manis nya. Sekarang? Oh my, kalau Anna mengingat apa yang Cameron lakukan padannya mungkin Anna akan semakin kesal dengan perilaku Cameron.

"Mbak, di tutup dulu ya matanya, mau aku kasih eyeshadow,"  Ucap Fatma membuyarkan lamunan Anna. Anna tersenyum seraya menganggukan kepala patuh.

"Mbak diem mulu, ada masalah? Apa saya make up nya buat risih Mbak?" Tanya Fatma yang merasa dengan raut muka Anna yang dari tadi ditekuk. "Nggak kok," Jawab Anna singkat tetapi ia beri senyum simpul biar tidak terlihat jutek.

Fatma mengangguk dan melanjutkan merias wajah mulus Anna. "Mbak nya berapa tahun sama Mas nya?"

Anna menghela nafas. Baru saja seminggu ini ia ketemu dengan sosok menyebalkan itu dari tiga tahun tak bertemu lagi. Sebenarnya sikap Cameron agak melunak dari yang dulu. Tetapi cara bicara nya masih tetap menyebalkan walau kadang agak ada manis nya dikit. "Saya di jodohin, Mbak," Ujar Anna jujur.

Tampak terlihat wajah Fatma yang terkejut. "Wah, nikah terpaksa dong ya? Tapi tenang aja, Mbak. Saya punya sahabat, dia nikah paksa kayak Mbak gini. Tapi karena satu atap rumah dan selalu ketemu tiap pagi dan malam, sahabat saya sama suami nya sudah saling memcintai malah romantis sekali hubungan mereka. Saya sampai iri,"

Anna memberi senyum tetapi tak menggubris ucapan Fatma. Ia heran akan menjawab apa.

Pukul 07.30

Anna sudah siap dengan baju pengantin berwarna putih bersih. Anna berjalan menyusuri tangga rumah kedua orang tuannya. Disana terdapat Drico Abangnya dengan istri nya Syira. Anna memberi senyum dan memeluk tubuh Syira. "Ciee Anna nikah nih ye," Syira mencubit pipi Anna dengan gemas.

"Pret, nikah paksa mah gak ada rasa," Lovita, Bunda Anna menyampiri Anna seraya mengelus pundak Anna yang telanjang.

"Gak boleh gitu, Na. Nanti awas ya sampe kamu jatuh sama Cam," Suara lembut Lovita membuat Anna tak rela di tinggal oleh Bunda nya sebulan lagi. Anna memeluk tubuh Lovita, "Anna gak mau Bunda pergi."

"Anna, jangan gitu dong, sebentar lagi kamu udah bersuami istri. Kamu harus belajar mandiri tanpa Bunda," Lovita melepaskan pelukan Anna dan memberi helusan lembut di pipi Anna. "Kamu siap-siap aja, Cameron lima menit lagi sampe sama mobil pengantin. Bunda mau siap-siap dulu."

Anna duduk di sofa ia tinggal menunggu Cameron datang. Drico duduk di sebelah Anna, menawarkan roti bakar untuk mengisi perut Anna sementara selama di gereja nanti.

"Muka tuh jangan di tekuk terus, bego. Nyantai aja kali jangan gugup gitu," Anna memukul pundak Drico. Drico menyela Anna tadi.

"Tau ah! Gugup pala lo, yang ada nahan mual gue bakal ketemu Cameron make baju pengantin kayak gue," Gerutu Anna sesambil menyuapkan roti nya dengan kasar.

"Cameron make dress? Astaga, Na?" Anna menoyor kepala Drico sambil terkekeh.

"Ape sih lo, Bang,"

Drico merangkul Anna sesambil mengusap lengan Anna. "Lo harus masang muka senyum, Dek. Gue tau berat banget nikah tanpa rasa sayang. Tapi lo harus tulus, Om Ndero tuh baik pake banget sama kita, Na. Lo pikir Cameron juga gak terpaksa? Dia aja punya cewek,"

Married EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang