"AKU cantik enggak?"
Gadis itu memutar tubuhnya dalam balutan dress, riasan wajah nya yang membuat terlihat lebih fresh. Cameron mengulum senyum, "Cantik,"
Anna menonjok lengan Cameron, "Itu luka kamu kan belum kering, gapapa kita ngedate?"
"Iya, gapapa kan ada hari besok,"
Anna mengangguk. Cameron mengulur tanggannya pada Anna, "Hari ini kita makan malam di restoran mahal, loh, Na,"
"Hm? Gaya banget lo, biasa juga makan tempe sama nasi udah kenyang,"
Cameron tertawa, "Biar romantis aja,"
"Ah, kamu abis jatoh kok malah jadi gini tiba-tiba,"
Mobil Cameron berhenti disebuah restoran mewah, jarang sekali Cameron mengeluarkan uang untuk hal berlebihan seperti ini. Mereka sudah duduk di meja pesanan Cameron, makanan juga sudah siap di atas meja. "Hah? Kok udah di sediain?" Tanya Anna heran.
"Karena aku udah mesen duluan,"
Mereka menikmati makan malam mereka, di temani oleh alunan musik dari panggung kecil. Mereka juga kembali normal, Cameron yang bercerita hal konyol, Anna yang tertawa dan ikut memancing. Cameron akan merindukan sosok Anna. Gadis itu tersenyum, memperlihatkan bagaimana dia bahagia oleh lawakan Cameron yang tidak seberapa. Senyumnya memberi tahu ke semua orang yang menatapnya bahwa dia sangat menikmati kebersamaan mereka. Senyum lebar dan manisnya. Dia tetap terlihat anggun, dengan tawa lebarnya. "Seandainya bisa hidup selamanya dan harus bayar bermiliar pun, aku mau nabung biar bisa sama kamu terus, Cam."
Cameron tersenyum, "Jadi gombal gitu,"
Makanan mereka sudah habis, sekarang giliran memakan makanan penutup. Malam ini ia akan memberi tau Anna, itu adalah plan nya. Apapun reaksi Anna, ia harus bertahan. Dia harus ikhlas bahwa semisal Anna akan meninggalkan nya. "Udah selesai makannya?" Tanya Cameron melihat Anna sudah membersihkan bibirnya dengan tissu.
Gadis itu mengangguk, "Udah, mau langsung pulang?"
"Enggak, mau kasih sesuatu buat kamu."
"Hah?"
Cameron mengulum senyum, berdiri dan berjalan ke arah panggung kecil. Sebuah pelayan memberikan sebuah ukulele berwarna putih ke arah Cameron. Anna menatapnya terkejut. Lelaki itu memulai intro dari ukulele, manik matanya menatap lurus ke arah dalam senyum.
🎶 She's my sunshine in the rain
My Tylenol when I'm in pain yeahAnna memang obat nya dikala ia merasakan butuh seseorang untuk membuatnya lebih baik, dengan perlakuan sederhana nya cukup membuat Cameron kembali tenang.
🎶 Let me tell you what she means to me
Like a tall glass of lemonade
When it's burning hot on summer days
She's exactly what I need ...Ya, dia sangat berarti untuk Cameron, Anna seperti lemon di sebuah gelas disaat musim panas, Cameron sangat membutuhkan Anna dihidupnya, seperti minuman segar disaat cuaca sedang panas, dimana semua orang butuhkan tetapi, hanya Anna yang ia butuhkan.
🎶She's soothing like the ocean rushing on the sand
She takes care of me baby
She helps me be a better manAnna menjaganya, merubah dirinya menjadi lebih dewasa, menjadi lelaki yang lebih baik dari saat SMA. Hanya Anna yang merubahnya, gadis yang sempat ia perlakukan tidak baik.
🎶She's so beautiful, sometimes I stop to close my eyes
She's exactly what I needDan Anna memang sangat cantik, hingga terkadang Cameron tidak bisa berhenti menatap Anna apalagi saat gadis itu tertawa dan tersenyum padanya. Itu yang Cameron butuhkan, semua di dalam tubuh dan sifat Anna yang Cameron butuhkan. Lagu berjudul Lemonade yang di nyanyikan oleh Jeremy Passion sangat menggambarkan Anna dalam hidup Cameron, lagu itu sukses di nyanyikan oleh Cameron untuk membacakan bagaimana Anna di dalam hidupnya. Semua pengunjung memberi tepukan tangan, begitu juga Anna yang paling meriah di antara semua penonton.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married Enemy
Romance[ #16 in teenlit 09/05/18 ] [ #240 in teenfiction 06/08/18 ] [ #1 In enemy 24/03/19] (beberapa part ada yang di private. silahkan follow terlebih dahulu agar bisa membaca part di private) Anna Derulia, gadis berumur ini masih 18 tahun. Ayah dan B...