PUKUL 11.22
Cameron berjalan ke arah restoran sederhana dekat kantor. Suasana jalan raya sedang tidak ramai sehingga restoran dekat kantor Cameron pun tidak ramai juga. Biasanya sangat ramai sekali hingga Cameron bingung ingin mengisi perut nya dengan makanan apa dan dimana.
Cameron mengaduk minuman yang dia pesan dan sesekali ia teguk. Tak lama Sarah datang dengan beberapa karyawan di kantor. Cameron menautkan alis saat Sarah hanya menyinggung seulas senyum padanya, tidak seperti kemarin-kemarin yang sangat antusias pada Cameron. Sebenarnya ada di benak Cameron bertanya kenapa sosok Sarah berubah begitu saja saat gadis tersebut meminta maaf pada dirinya, hanya ia pikir mungkin Sarah sadar kelakuan nya keterlaluan sekali.
Cameron tidak membalas senyum itu. Dia menoleh ke lain arah. Oh, ya, Yuni sudah tak lagi kerja di kantor Cameron. Sekarang sudah di gantikam oleh seorang pria yang tak jauh dengan umur Cameron, mungkin sekitar 22 tahun. Namanya Seto, lumayan tampan dan untungnya mudah bergaul.
Selesai makan, Cameron kembali meninggalkan restoran dan kembali tidak membalas senyum dari Sarah. Cameron tau senyum itu hanya sekedar senyum ramah, hanya saja Cameron takut yang di lempar senyum salah mengartikan.
Cameron duduk di salah satu bangku di kantor. Di sana juga ada Seto yang tengah tiduran berleha-leha dengan ponsel di genggaman nya. Seto sudah berkerja hampir sebulan dan sudah akrab dengan Cameron. Untung bagi Cameron karena banyak di kantor nya yang umurnya lebih tua berkali lipat dari Cameron, hingga terkadang tidak bisa Cameron ajak bercanda dan berbicara nakal.
Cameron menatap Seto yang asik bermain games di hadapan nya. Sungguh itu sangat menyebalkan, untung saja Cameron atasan yang baik dan sabar. "Heh, upil dugong. Ada atasan malah berleha-leha unyu lo di sana." Tegur Cameron sambil menatap sinis.
Seto tampak tak menggubris. Seto malah melanjutkan acara bermain games nya. "Waah anjing lah! Kalah lagi gue. Lo sih Cam berisik banget kayak tante-tante."
Cameron membulat mata. "Songong banget lo, sialan!"
Ngomong-ngomong Seto mengambil alih menjadi asisten Cameron. Sementara Sarah menjadi serketaris pengganti Yuni.
Seto mengubah cara duduk nya. Ia sekarang menjadi duduk tegakz menaruh ponsel si saku baju berwarna ungu milik nya. "Lo bawa pesenan gue nggak, Cam?"
"Nggak, lupa." Jawab Cameron santai.
"Enak nye makan santai lupa temen di kantor nunggu seabad. Lo kok lama banget sih makan doang? Udah lama nggak bawa pesanan gue. Abis nyabun lo, ya?" Celoteh Seto kesal.
"Gila aja nyabun. Lo kira gue bocah baru pubertas? Nih, ya, gue makan lama karena tadi sembari angkat telpon dari Selena Gomez. Lah lo kenapa sih, kalo iri bilang!" Jawab Cameron asal.
"Jawab yang bener sialan. Ini orang udah kelaperan, kalo mati gimana?!"
"Nggak bakalan mati bego!"
"Yaudah ah. Dasar kang nyabun."
"Dih, apaan sih anjir?!" Cameron berdiri dari duduk, menatap Seto lekat walau lelaki yang ditatap tidak peduli. Malah melangkah pergi dengan wajah mengejek.
°°°
Cameron duduk di salah satu Cafe untuk kembali berkerja. Sebenarnya sekarang sudah pukul 20.45 malam, hanya masih banyak email yang masih harus ia balas dan buka satu-satu. Di depan ada Seto dan Sarah tengah sibuk masing-masing. Seto dengan ponsel di telinga nya, ia sedang bicara dengan pacar nya, sementara Sarah sibuk membuat jadwal untuk besok.
Cameron menghela kasar. Kepala nya pusing sekali tiba-tiba, dan dari tadi lelaki itu sibuk memikirkan gadis yang berada di rumah sendiri entah sedang apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married Enemy
Romance[ #16 in teenlit 09/05/18 ] [ #240 in teenfiction 06/08/18 ] [ #1 In enemy 24/03/19] (beberapa part ada yang di private. silahkan follow terlebih dahulu agar bisa membaca part di private) Anna Derulia, gadis berumur ini masih 18 tahun. Ayah dan B...