Chapter 31

33.6K 1.3K 146
                                    

aku cuma mau sampaikan salam dari Cameron, katanya; "Jangan marah atau greget part kali ini, ya, dan happy reading!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

aku cuma mau sampaikan salam dari Cameron, katanya; "Jangan marah atau greget part kali ini, ya, dan happy reading!"

☕☕☕

MALAM itu hari yang sangat buruk bagi Anna. Seharian penuh waktu Anna hanya berada di rumah, menanti Cameron pulang ke rumah dan makan malam bersama. Sementara saat ini sudah pukul 12.30 malam, yang berarti makan malam bersama terlewatkan. Anna sungguh tak menyangka hal ini terjadi lagi, Anna pikir Cameron bisa membagi waktu.

Anna menghela berat. Ia kesal.

Anna kembali berdiri, berjalan ke arah jendela untuk melihat keadaan luar dan ternyata lagi-lagi nihil. Anna tersenyum miris. Ia menantikan hal yang tidak pasti kembali. Anna duduk di sisi ranjang menatap kosong. "Pikir positif Anna, dia sibuk kerja. Jangan egois, itu nggak membantu." Ujar Anna menenangkan pikiran.

Anna memutuskan tidur. Membenamkan wajah di bantal, dengan keadaan sepi. Lagi-lagi Anna tidur sendiri hingga makan sendiri. Ini seperti lagu yang tak asing, pasti kalian tau lagu itu.

°°°

"Anna?"

Anna menoleh mendapati Cameron baru bangun. Anna memberi senyum walau hatinya masih kecewa. "Pagi." Sapa Anna. Dia sedang mencuci piring bekas malam tadi.

"Pagi juga,"

Cameron mendekat, ia kecup leher jenjang Anna dan naik ke atas untuk mengecup hangat pipi Anna dari belakang. Sebenarnya tidak risih, hanya entah kenapa Anna risih oleh perlakuan Cameron. Mungkin karena ia masih menyimpan rasa kecewa pada Cameron. Anna menyelesaikan tugasnya, ia membalik badan. Anna menyingkir dan berjalan ke ruang tengah, menata bantal yang tidak tertata rapih.

Cameron menatap Anna. Ia merasa Anna sedang menjauhi nya, hanya saja gadis itu menutupi nya.

Cameron kembali mendekat. Dia duduk di sofa, menarik lengan Anna. "Ada apa?" Tanya Anna dengan wajah datar.

"Marah?"

"Nggak, lagi nggak enak badan aja." Alibi nya.

Cameron menyengir sinis. "Bohong."

"Itu dosa."

"Ya, lo dosa."

"Apa sih?"

"Gue minta maaf kalo gue kembali pulang larut malam,"

"Gue selalu mengerti."

"Ya, lo berusaha tapi gagal."

Married EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang