MALAM ini adalah malam yang indah, di luar sana tampak sekali bintang yang menghiasi langit. Cameron tampak santai di ruang tengah, menonton acara TV kesukaan nya. Sedangkan, Anna, ia sedang sibuk di kamar entah ngapain. Sudah berjam-jam gadis itu tidak keluar dari kamarnya. Cameron tertawa keras saat acara yang ia tontoni tengah melawak. Lelaki itu tampak biasa saja saat hubungannya telah usai tadi sore, ya, namanya cowok laknat pasti begitu. Eh? Maaf Cameron, nggak sengaja.
Cameron menatap layar ponsel nya. Sudah pukul 20.11 malam, Cameron mendongak menatap lantai dua, lalj menggidik bahu tak acuh. Ia mengetik sebuah pesan untuk Ivana, setidaknya ia tetap perduli dengan gadis itu. Ya bila jujur, hati nya juga sangat hancur melihat Ivana lemah seperti tadi, ia menangis kencang di dada Cameron. Rasa sayanganya masih ada, tetapi, ia harus cepat singkirkan karena di depan matanya sekarang sudah tergantikan oleh Anna, gadis yang sempat ia kesali dengan sikap dan cara bicaranya.
Cam
Udah sampai apart?Setelah mengirim pesan singkat tersebut, ia taruh kembali ponsel nya ke dalam saku. Ia kembali fokus pada layar TV yang menampilkan acara TV kesukaan nya.
Tak lama sebuah hentakan kaki terdengar di tangga rumah nya. Dengan kilat Cameron menoleh dan sedikit terkejut juga. Di sana ada Anna tengah memegang perut nya, wajah nya di tekuk dengan langkah yang sengaja ia hentak-hentakan. Anna mendaratkan bokong nya kasar ke sofa, membuat Cameron terlonjak. "Heh, kupret! Lo kenapa sih? Gak jelas banget dari kamar tiba-tiba berisik banget jalan, udah gitu kasar banget lagi mau duduk. Kalo sofa nya bolong gimana?!" Pekik Cameron kesal menatap Anna. Tapi terlihat di sana, bahwa Anna tak peduli dengan ocehan Cameron.
Ia malah menatap TV dengan wajah tekuk nya. Cameron menghela sabar. "Lo kenapa?" Tanya Cameron dengan suara lembut.
Anna menoleh sebentar, kemudian ia kembali menatap TV seraya menyenderkan punggung nya ke sofa. "Gak tau." Jawab Anna singkat.
Cameron mengernyitkan kening. Ia yang merasakan, tapi ia tak tau ada apa dengan dirinya. Sungguh Anna yang kampret, eh, aneh. "Dih, makin nggak jelas lo," celutuk Cameron.
Cameron kembali menatap layar TV, ia tampak santai di sana. Anna menoleh ke arah Cameron. "Cam, perut gue sakit banget," ringis Anna.
Cameron kembali menoleh. "Terus faeda lo ngomong ke gue apaan?" Tanya Cameron tengil.
Anna makin cemberut, ia menghembuskan nafas nya kasar. "Ah, nggak ada yang ngerti banget sih sama gue!" Pekik nya tiba-tiba.
"Siapa yang nggak ngerti?" Tanya Cameron.
"Banyak!"
"Iya, siapa aja?"
"Aldo, Bunda, Ayah, Bang Drico, sama lo!"
Cameron menautkan sebelah alis nya. "Ya elo kan nggak kasih tau lo kenapa, mana orang tau sama perasaan lo,"
Anna menatap Cameron dengan heran.
Tumben nih cowok jinak sama gue batin Anna.
"Kan gue udah bilang tadi, perut gue sakit, Cameron! Masih nanya aja, ish!" Desis Anna.
"Oooh, ya udah lo ke toilet lah."
Anna sontak menoleh, "Ngapain?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Married Enemy
Dragoste[ #16 in teenlit 09/05/18 ] [ #240 in teenfiction 06/08/18 ] [ #1 In enemy 24/03/19] (beberapa part ada yang di private. silahkan follow terlebih dahulu agar bisa membaca part di private) Anna Derulia, gadis berumur ini masih 18 tahun. Ayah dan B...