Chapter 15

36.8K 1.7K 79
                                    

-read this, pls :)-

ok siap, baru aja tadi pagi aku komenin komen dr kalian buat sabar tunggu next update di tggl 14 mei. Terus gak sengaja dong lg main laptop buka wp, ternyata ME masuk rank 16 di teenlit! how happy i am, jd aku up lg" di percepat :V, and eniweyy THANK U, klo bukan karena kalian, mungkin cerita ini gak masuk rank ke 16hehe.

happy reading dan selamat jatuh cinta!

◆◆◆

ANNA membuka pintu rumah nya begitu saja. Sementara Cameron yang baru hendak ingin berangkat kampus terdiam dengan suara tangis Anna. Baru sekitar 2 jam-an Cameron mengantar Anna ke kampus, apa kelas Anna hari ini sedikit? Lalu, kenapa menangis?

Gadis itu duduk di sofa, menutup wajah nya dengan kedua telapak tangannya. Cameron menghampiri Anna perlahan, ia duduk di samping Anna hati-hati. "Anna ... Lo kenapa?" Tanya Cameron lembut.

Anna diam, ia masih menangis disana. Cameron mengelus kepala Anna lembut, kemudian ia menarik kepala Anna agar bersandar di bahu gagah nya. "Cerita, gue tau lo lagi sedih banget sampe lo nangis kayak gini. Ada apaan?"

Anna membuka telapak tangan nya, ia menyerka wajah nya dan entah apa yang di pikirkan gadis itu. Ia memeluk tubuh Cameron kencang. Cameron di buat terdiam beberapa saat, sampai Anna membuka suara. "She-shenna hamil, Cam," isak Anna.

Cameron membulatkan mata terkejut. "APA?!"

Tampak Anna mengangguk dalam pelukan nya. "Shenna hamil, Cam."

"Kok bisa? Sama siapa?"

"Al-aldo," ujar Anna lirih.

Cameron terdiam. Ia membalas pelukan Anna, ia tau rasa sakit itu. "Nggak mungkin, Anna. Itu isu doang kali," ujar Cameron

"Nggak, Cam! Mereka berbuat, apa yang isu?! Jelas-jelas ada bukti chatan mereka!"

"HAH?!"

Anna melepaskan pelukan nya. Ia kembali menyerka air mata nya dengan kasar. "Teman Aldo nggak sengaja ngepublish ke ig. Tau nya yang likes dan komen banyak, dia kepencet gitu dan ya udah kesebar. Isi chat nya Shenna bila bahwa dia hamil, dan Aldo kaget karena itu ulah dia."

"Mereka kok bisa gitu sih? Sementara Shenna sayang sama lo, begitu juga Aldo. Gue nggak percaya isu itu, Na," keukeuh Cameron.

"Terserah elo deh! Pokoknya gue percaya karena ada bukti."

"Terus?"

"Gue benci mereka, Cam. Kenapa harus Shenna juga? Kenapa nggak cewek lain? Kenapa juga Shenna mau? KENAPA?!" Lirih Anna kembali. Ia menangis, sungguh miris melihat perempuan yang di sakiti oleh lelaki. Memang benar, mereka sangat rapuh. Cameron sadar, tidak seharus nya kaum adam sering menyakiti kamum hawa, ya, walau dirinya sadar. Ia sempat menyakiti beberapa kali saat SMA.

Cameron memeluk tubuh Anna, ia mengelus kepala Anna lembut. "Udah, jangan nangis. Jangan main buat kesimpulan, lo tanya dulu enam mata sama mereka. Kita nggak tau yang sebenarnya, dan lo sebagai pacar dan sahabat yang baik, lo harus bisa lebih tenang dan bertanya dengan mereka yang sebenarnya." Ujar Cameron lembut.

"Gue gak bisa, terlalu dalam sakit nya, Cam,"

"Iya, Anna. Gue tau, ngerti kok. Tapi lo harus jadi pribadi yang berbeda, walau memang berat. Tapi lo tunjukin ke mereka, kalo lo kuat dan lo butuh penjelasan mereka secara langsung."

Diam-diam, bibir Anna tertarik sedikit ke atas. Bau tubuh Cameron dan pelukan nya sangat hangat dan nyaman, entah kenapa Anna ingin lebih lama dalam pelukan Cameron. Cameron melepaskan pelukan nya, sekarang ia menaruh kedua tangan nya di bahu Anna. Ia menatap bola mata yang tengah berkaca-kaca itu dengan lekat. "Sekarang, kita ke rumah Shenna."

💛

Suasana rumah Shenna sangat tegang di sana. Kebetulan Aldo tengah meluruskan masalah dengan Shenna, sementara Anna  dan Cameron datang dengan tepat waktu. Suasana di ruang tamu sangat canggung, belum ada yang membuka suara. Anna masih menetaskan air mata, walau ia selalu menyerka nya beberapa kali. "Oke, stop! Kita beneran harus bicara. Di sini, gue sebagai suami Anna mau kalian jelasin semua nya ke Anna. Kalian sadar kan, kalo diri kalian adalah bagian terpenting bagi Anna? Lo Aldo, saat lo lakuin itu, lo sadar kan posisi lo itu masih kekasih Anna?" Dagu Cameron menunjuk ke arah Shenna.

"Dan lo, Shen. Lo sadar kan, kalo lo akan menyakiti hati sahabat lo? Kalian sadar kan?!" Ucap Cameron yang meninggi di akhir pembicaraan.

"Jadi, udah kesebar luas ya ... " Sahut Aldo tidak mengikuti alur.

"Na, sumpah, gue nggak ada niatan, Na! Gue benar-benar gak nyangka akan seperti ini. Lo tau kan, gue gak pernah nikung pacar sahabat gue? Lo tau kan prinsip gue begimana?" Tanya Shenna yang sangat rapuh sekali sebenarnya.

Anna menatap Shenna lirih. Oh Tuhan, ia tidak bisa marah pada sahabat nya itu. Ia tau Shenna tidak mungkin melakukan hal sejahat itu, tapi hal itu terjadi saat ini. "Ya. Gue tau, lo gak akan lakuin hal bodoh itu. Tapi, sekarang terjadi kan, Shen? Lo melanggar janji dan prinsip lo kan, Shen?" Ucap Anna bergetar. Sungguh, ia tak tahan bicara.

Cameron menatap Anna lirih. Sementara Aldo ikut menatap Anna. "Iya, memang. Lo pikir gue mau ini terjadi? Ini semua di luar kontrol kita masing-masing. Kita di isengin orang, di kasih permen perangsang. Lo tau kan, Na?"

Anna kembali menangis, kali ini Cameron menarik kembali kepala Anna agar menyender di bahu nya kembali.  "Jangan gituin pacar gue, anjing!" Bentak Aldo menatap Cameron lekat.

Cameron tertawa kencang di sana, menatap Aldo sinis. "Lo ngehamilin sahabat pacar lo masih ngaku Anna pacar lo? Aduh, Do. Urus dulu deh masalah lo." Sinis Cameron.

Aldo berdiri, hendak ingin menjotos wajah Cameron. Tetapi, Anna meneriaki Aldo saat itu juga. "Sekarang jelasin." Tegas Anna.

"Na, gue benar-benar gak tau apa yang gue lakuin. Intinya, kemarin-kemarin gue cukup kecewa sama lo, gue lari ke diskotik dan sekedar minum nggak aneh-aneh. Satu hari, Shenna datang sama teman nya, gue nggak tau deh. Terus kita satu bar, kita ngobrol-ngobrol sampe ada yang naruh semacam permen. Yaudah, kita kerangsang dan jadi lah Shenna hamil. Oke?" Jelas Aldo.

Anna tersenyum miris. "Shen, gue cuma minta satu hal. Lo jaga bayi itu, jangan lo lakuin hal bodoh. Gimana pun juga, itu anak kalian. Anak sepertubuhan kalian, kasihan dia nggak berdosa. Tapi kalian yang berdosa," Anna memberi jeda untuk menunjuk ke arah Aldo. "Dan lo, nikahin Shenna. Jaga bayi itu, jangan sampai gue tau lo nggak bertanggung jawab sama sahabaat gue. Kena lo sama gue, Do. Dan sekarang, kita selesai.

Nyata nya benar kan kata gue? Yang membuat hubungan kita retak bukan gue, tapi ada satu hal. Dan ternyata kebukti. Sekarang, kita udah sama-sama punya istri dan suami. Jaga hubungan kalian, gue pamit sama Cameron yang detik ini juga kita resmi bersuami istri, begitupun juga kalian. Gue tunggu undangan pernikahan kalian, thank you for the pain." Anna pergi, di ikuti Cameron.

Sementara Aldo masih berisi keras mengejar Anna. "ANNA! GUE GAK MAU JADI SUAMI SHENNA, NA! MAAF, GUE GAK--"

Anna berbalik, menampar pipi mulus Aldo. "Jaga mulut lo! Shenna sahabat gue, dan lo suami sahabat gue! Kita selesai, ngerti kan?!" Teriak Anna kemudian masuk ke dalam mobil Cameron.

Sementara Cameron berjalan ke arah Aldo yang tengah meringis. Ia menjotos wajah Aldo, mendorong nya hingga lelaki itu terjatuh ke aspal. "Itu hadiah karena lo menyakiti istri gue. Dan sekali lagi, omongan lo basi! Nyata nya, gue yang bisa membahagiai dia, bukan lo!" Sebelum hendak ingin pergi, Cameron memberi satu kali jotosan di wajah Aldo. "Maaf, Aldo. Sekarang gue yang menang. Lo memang terkenal manis di awal."

×××

sorry 4 the typo yap!

dont frgt for the voment & vote,

ME will update in 20 mei, ik a long time but I've updated 2 times in this week.so please be patient :(

with loves, nat-

Married EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang