ANNA berlari menuju luar airport, sedangkan Cameron sibuk menyeret koper dengan kesusahan. Terkadang Cameron ingin sekali berkata kasar, tetapi ia harus berbeda dari masa SMA. "Gue duluan ya, lo minta tumpang cewek lo aja okey? Gue duluan, bye!" Ujarnya tanpa ada rasa kasihan pada Cameron. Lelaki itu berkomat-kamit menggerutu.
Langsung saja ia mengambil ponsel nya dan menelpon Ivana. Terdengar nada sambung agak lama, tetapi Ivana pun mengangkat telpon Cameron. "Hey, Cam. Ada apa?"
Cameron membenarkan posisi koper, "Eh, Van. Kamu ke airport ya? Aku tunggu, jangan lama-lama oke? See you!" Sebelum Ivana menjawab Cameron sudah dulu memutuskan sambungan.
♡♡♡
"So? Kok lebih cepet pulangnya?" Tanya Ivana heran. Mereka berdua sudah berada di mobil Ivana dan menuju ke apartment Ivana. Cameron tak menjamin bila ia pulang ke rumah karena Mama nya pasti akan ke rumah Cameron untuk membersihkan rumah.
"Ya, Anna ada urusan. Aku titip koper ya? Soalnya aku gak bisa ke rumah," Ivana menganggukan kepala mengerti. Gadis itu cukup paham dengan keadaan Cameron. Dan gadis itu akan memanfaatkan waktu kebersamaan nya dengan Cameron, walau ia tau bila nanti dirinya akan harus merelakan lelaki di sebelah nya itu.
"Iya, gapapa, Cam. Tapi mampir di apartemen dulu ya? Aku delivery makanan deh, kamu pasti laper kan?"
Cameron tersenyum, tangannya terulur menggandeng tangan gadis di sebelah nya dan mencium punggung tangannya dengan lembut. "Iya, pendek."
Ivana mengerucutkan bibir nya. Cameron selalu saja memanggil dirinya pendek, tapi entah kenapa Ivana juga agak senang di panggil seperti itu karena menurutnya Cameron masih sayang, masih ingat pada dirinya. Malah diam-diam Ivana menganggap pangila itu sebuah nama panggilan sayang Cameron terhadap nya.
Cameron menyubit hidung Ivana gemas. "Astagaaa, Cam kangen banget sama kamu, Vanaaa!!!" Jerit Cameron sambil terkekeh.
"Ish apaan sih, sakit tau." Desis Ivana.
Cameron mencium puncak kepala gadis nya itu, tangan nya juga tak tinggal diam, ia mengacak rambut gadis di sebelah nya. "Maaf ya, sayang. Mau tukeran bawa mobil nggak?" Tawar Cameron.
Ivana menggeleng. "Nggak usah, kamu kan capek,"
Cameron mengangguk, bibir nya tersenyum simpul. "Yaudah hati-hati bawa nya, ya,"
"Ay ay, Captain!"
Beberapa menit kemudian pun mereka sampai di apartemen Ivana yang tertata sangat rapih. Cameron menghempaskan tubuh nya ke salah satu sofa abu-abu milik Ivana.
"Kamu istirahat aja dulu, aku pesan makanan," Perintah kekasih nya yang ikut duduk di depan Cameron.
Cameron menatap Ivana sebentar. "Mana bisa aku istirahat di rumah kamu. Tau sendiri kan aku gimana?"
Ivana menyunggingkan senyum. "Yaudah aku pesan makanan dulu,"
"Jangan banyak-banyak, Van."
"Iya,"
Ivana menyambar ponsel nya, sementara Cameron mengingat kejadian yang ia lakukan di lombok dengan Anna. Oh Tuhan Cameron sangat khilaf bila ingat kejadian itu. Ia juga heran, setan dari mana yang buat dirinya mandi dengan Anna? Kenapa tiba-tiba nafsu nya tinggi di sana? Apa hal itu sangat jahat karena tak memikirkan Ivana yang menunggu kabar dan memikirkan hubungan nya dengan dirinya. Egois kah ia? Entahlah.
"Selesai, tinggal tunggu aja," Ujar Ivana memberi tahu.
Cameron tersenyum. Ivana kembali duduk tetapi kali ini ia duduk di sebelah Cameron. "Kabar kamu gimana di lombok? Kok nggak ada kabar pas di sana?" Tanya Ivana lirih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married Enemy
Roman d'amour[ #16 in teenlit 09/05/18 ] [ #240 in teenfiction 06/08/18 ] [ #1 In enemy 24/03/19] (beberapa part ada yang di private. silahkan follow terlebih dahulu agar bisa membaca part di private) Anna Derulia, gadis berumur ini masih 18 tahun. Ayah dan B...