Chapter 14

36.9K 1.4K 76
                                    

"SINI duduk," perintah Cameron saat Anna berada di depan nya. Anna pun duduk di sebelah Cameron yang tengah merokok.

"Bisa nggak rokok lo di matiin dulu?" Sinis Anna.

Cameron menyengir, kemudian menginjak puntung rokok itu dan melemparnya. "Ada apa?" Tanya Anna to the point.

"Na, maafin Mama gue, ya, kalau selalu menekankan pengen punya cucu dari kita. Gue ngerti, lo masih belum bisa buat ninggalin Aldo, sama hal nya gue yang masih harus butuh waktu buat hilangin kenangan gue sama Ivana. Ya, walau emang kita udah putus, cuma putus gue sama Ivana agak kurang menyenangkan. Jadi, masih belum sepenuh nya kosong hati gue."

Anna menghela seraya mengangguk mengerti. "Gapapa, ortu gue juga minta buat punya cucu juga. Itu pantas kok mereka pertanyakan,"

"Tapi, Na. Makin hari, gue cemas kalo ortu bakal tau kita belum berhubungan sama sekali. Gue takut mereka marah besar. Lo tau kan, pengeluaran kita nikah sampe di beliin tiket honeymoon itu berapa? Nggak murah, dan pasti ada lah di benak mereka nanya gitu kenapa kita nggak ada manis-manis nya kalo bareng, iya nggak sih?"

Anna mengangguk lagi. "Ya pasti ada," sahut Anna.

"Makanya, gue takut, Na."

"Gue usahain, sebulan ini gue bisa putusin Aldo. Gue juga udah beberapa minggu nggak ada komunikasi, apalagi jalan bareng. Ya, semakin Aldo melakukan hal itu, semakin gampang untuk melupakan dia."

Cameron tersenyum simpul. "Sebenarnya, gue nggak tega kalian putus. Lo berdua perfect couple banget, Na. Saling pengertian, lo tau gimana iri nya anak-anak di sekolah saat kalian pacaran," ujar Cameron perihatin.

"Udah, nggak usah di bahas. Itu basi, masa lalu,"

Entah setan dari mana, Cameron merangkul Anna. Ia menarik kepala Anna lembut agar kepala Anna menyender di bahu nya, seraya ia helus lembut kepala Anna. Tapi, Anna tidak bertindak apapun, ia malah tersenyum simpul diam-diam. Mereka belum mencintai, mereka belum bisa melepaskan. Tapi, detik itu, hati mereka mulai menyambung.

Tak di sangka juga, di balik jendela besar teras Alma, sosok lelaki menatap kemesraan itu. Ia tersenyum puas melihatnya. Ya, itu Drico. Bahagia sekali melihat keduanya mulai membuka hati, dan ini akan menjadi awal yang baik untuk keluarga Cameron dan Anna.

Detik demi detik berlalu. Anna menyalam punggung tangan Alma disana. Memberi pelukan hangat pada Alma. Anna dan Cameron harus pamit. "Hati-hati di jalan, ya, sayang. Jangan lupa baby nya," celutuk Alma lagi-lagi di balas dengusan Cameron.

"Iye, Mak, iye." Sahut Cameron malas-malasan.

"Yaudah, dadah semuanya! Makasih, Ma, makan-makan nya," ujar keduanya saat berada di mobil milik Cameron.

Mobil Cameron pun beranjak. Di setelkan nya radio, dan terdengar alunan lagu Perfect milik Ed Sheeran.

"I never knew you were the someone waiting for me
'Cause we were just kids when we fell in love," ujar Cameron tengah menyanyi.

Anna menoleh, memberi senyum. "Not knowing what it was
I will not give you up this time," lanjut Cameron lagi.

"But darling, just kiss me slow, your heart is all I own
And in your eyes you're holding mine," sahut Anna menyanyikan lagu tersebut juga.

Cameron menoleh, memberi senyum hangat nya. "Baby, I'm dancing in the dark with you between my arms," Sahut Cameron dan Anna berbarengan, sambil melirik Anna yang tengah menatapnya dengan tersenyum.

"Barefoot on the grass, listening to our favorite song
When you said you looked a mess, I whispered underneath my breath," sahut Anna lagi yang masih tengah di tatap dengan Cameron.

Married EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang