Chapter 13

42.1K 1.4K 31
                                    

PONSEL lelaki itu bergetar sedari tadi, menandakan bahwa ada panggilan masuk. Sementara si lelaki hanya berdecak dan mengganti posisi tidurnya saja. Lalu tak lama hening, berbunyi lagi ponsel Cameron. Akhirnya ia menyambar ponselnya, berdecak kesal akan panggilan itu. Masalahnya sekarang masih subuh, dan yang menelpon Cameron itu robot atau bagaimana? "Ampun dah, nggak hape, nggak Anna, berisik banget dah," gerutunya sambil menerima panggilan tersebut dengan kesal.

"Siapa sih nih?!" Pekik Cameron.

"Ooh, sekarang kamu berani bentak Mama, toh, ya,"

Seketika Cameron berubah posisi menjadi duduk. Ada acara apa Mama nya menelpon? Apalagi subuh gini. "Eehh, maaf ya, aku kira siapa. Kok udah bangun? Abis itu sama Papa?" Celutuk Cameron diiringi kekehan kecil nya.

"Enak aja kamu! Papamu kan nggak ada. Hari ini ke kampus kalian?"

"Oh iye,lupa, haha. Nggak tau deh, kenapa?"

"Main ke rumah dong, Drico abang nya Anna mau main ke sini dan Mama masak besar. Sekalian kumpul-kumpul keluarga, Cam,"

"Iya, iya, liat nanti ya, Mah. Aku juga bilang dulu ke Anna,"

"Sip deh, Mama tunggu, ya! Dadah."

Sambungan terputus. Tumben-tumben nya Drico main ke rumah Mama nya. Tapi daripada pikir panjang, mending dirinya lanjut tidur.

Pagi nya, Cameron membuka pintu kamar nya. Menuruni tangga dan duduk di sofa sambil bermain game di ponsel milik nya. Anna yang baru turun pun duduk si sebelah Cameron sambil bermain ponsel. Cameron menoleh sebelum hendak bicara. "Na, Mama gue nelpon pagi-pagi. Dia ngajak ke rumah, ada abang lo juga. Ngampus gak lo?" Tanya Cameron tanpa menatap Anna.

"Ya, bisa aja sih. Gue juga lagi bolos nih, lagi males ngampus."

"Ooh yaudah, sip deh."

Anna menoleh ke arah Cameron dengan girang. "Oh iya, mau sarapan apa, Cam? Gue lagi baik nih,"

"Terserah lo,"

"Eh, tapi nggak ada bahan. Ke supermarket dulu, ya?"

"Nggak, males, lagi asik nih," Tatapan Anna berpindah ke arah benda di tangan Cameron. Kalo Cameron sudah bermain game pasti di tanya jawab nya 'terserah', 'ya', 'oh', 'yaudah', 'males, lo aja'. Oh Tuhan, mood Anna lagi baik hari ini. Masa dirinya harus marah-marah lagi, sih? Kenapa selalu mancing bila Anna tengah berbaik hati.

"Ah, giliran gue lagi berbaik hati lo malah kayak gini. Kalo marah, lo kesel gue marah-marah mulu. Mau lo apaan sih?" Sewot Anna yang sudah menatap Cameron.

"Nggak mau apa-apa. Aduh, berisik deh. Diem dulu dong, lagi panas nih," Seru nya.

Anna cemberut. Haid hari ke-2 kok bawaan nya manja, ya? Sepertinya ia harus bertemu dengan Aldo, sekalian untuk meluruskan masalah. Pasalnya, Anna dan Aldo belum kunjung baikan. "Tau ah, yaudah, lo makan rumput aja. Gue mau beli makanan." Ucap Anna, kemudian melangkah kaki pergi dari sofa.

Cameron mendongak menatap Anna. Ia menghela nafas, dan sangat berat hati ia keluar dari aplikasi game tersebut. Ingat, ia harus merubah sikap agar di antara dirinya dan Anna ada rasa untuk saling mencintai. Bila kemarin ia gagal, hari ini waktu nya untuk menunjukan rasa peduli pada Anna. Cameron berjalan menyusul Anna yang hendak ingin keluar dari rumah. Dengan cepat Anna menahan lengan Anna. Anna berbalik, menatap Cameron sinis.

"Apa lo?!" Pekik Anna yang mulai singa nya berkali lipat.

"Yaudah, gue mau temenin lo belanja. Tapi lo mau masak apa?"

"Tadi gue nanya lo, tapi lo bilang terserah,"

"Emang, gue sih makan apa aja jadi, Na."

"Ooh, lo mau makan bulu ketek abang kuli bangunan?"

Married EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang