chapter 2

10.7K 546 150
                                    


Maaf kalo suka nggak nyambung😁

Happy Reading❤
Semoga kalian syuka.


---------------



Malam hari nya.

Sesuai rencana yang telah di siapkan sejak pulang sekolah, Aura bersiap pergi ke kafe.

Dengan mengenakan baju polkadot dan celana jeans putih, Aura bergegas  keluar rumah, tentunya setelah mendapat izin dari mama dan papa-nya terlebih dahulu.

Kali ini ia pergi tidak sendirian, ia pergi bersama Pak Budi. Pak Budi, supir yang selalu setia menemani Aura kemana pun ia pergi.Entah sejak kapan pria itu menunggunya . Melihat Aura berjalan menghampirinya, dengan cepat ia membukakan pintu mobil.

"Makasih pak" Kata Aura sopan.
Pak Budi membalasnya dengan senyuman manis.

Tanpa mengulur banyak waktu, Aura segera masuk ke mobil. Pak Budi menghidupkan mesin kemudian melajukannya ditengah keramaian jalan kota.

Sepuluh menit berlalu, kini Aura tiba di kafe tersebut. Mobilnya berhenti tepat di depan kafe. Awalnya Pak Budi berniat membukakan pintu mobil sebelum Aura keluar, tapi Aura melarangnya.

"Nggak usah pak, biar Aura aja." Kata Aura sopan, yang menyadari Pak Budi hendak membukakan pintu untuknya.
Pak Budi menurut. Ia memang buka tipe orang yang banyak bicara. Dan tidak suka protes. Aura menyukainya. Maka tidak heran keluarga Aura memperlakukannya seperti keluarga.

Setelah Aura turun dari mobil,
Pak  Budi segera memarkirkan mobil itu dilapangan parkir kafe.

"Pak, saya masuk dulu. Kalo bapak bosen, bapak bisa jalan- jalan dulu. Saya pulang jam 10 "  Pak Budi mengingat kembali ucapan Aura sebelum masuk ke dalam kafe tadi.

Dan disinilah Aura sekarang. Ia sudah berada didalam kafe.

Suasana kafe sangat ramai, pengunjung didominasi remaja seperti Aura. Wajar saja, sebab malam ini adalah malam minggu. Malam yang sering digunakan para remaja untuk bersenang-senang sebab esok adalah hari libur. Mereka akan menghabiskan waktu untuk pergi bersama teman ataupun sahabat. Salah satunya dengan pergi ke kafe. Entah hanya sekedar makan atau mengobrol saja.

Aura mengedarkan pandangannya ke segala sisi ruangan, mencari keberadaan Safa dan Riri. Setelah memperhatikan orang satu per satu, akhirnya Aura menemukan posisi mereka. Tanpa berfikir panjang, Aura berjalan menghampiri keduanya.  Mereka sedang sibuk dengan kegiatan nya masing- masing. Mengobrol, tertawa, dan sebagainya.

Tiga orang cowok duduk diantara Safa dan Riri, salah satu diantara mereka Duta- kekasih Riri. Sedangkan dua diantaranya Aura tidak mengenalinya. Asing.

" Mungkin temen nya Duta" Batin Aura.

"Ha---" Belum sempat Aura melanjutkan perkataannya, Riri sudah lebih dulu menyapanya.

" Hai Raa.." Sapaan itu berhasil membuat semua orang menatapnya. Tatapan mereka beragam. Ada yang tersenyum samar, ada pula yang menatapnya dengan tatapan bingung. Aura malu dibuatnya. Beruntung, Safa segera mempersilahkan-nya duduk, hingga seketika membuat orang- orang yang semula memperhatikan-nya mengalihkan pandangannya kearah lain.

Satu jam kemudian.

Aura sudah mulai bosan, terutama dengan kebisingan kafe ini. Suara musik yang begitu besar, membuatnya semakin tidak betah berada disini lama-lama. Ia tidak suka. Awalnya Aura tidak ingin pergi kesini, tapi ia juga tidak ingin Riri tersinggung -karena ini adalah hari anniversary kesatu tahun hubungannya dengan Duta. Jadi mau tidak mau Aura harus datang kesini.

REALLY?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang