Chapter 29

1.5K 57 1
                                    

•~•~•~•~•

Dito masih memikirkan kejadian tadi siang. Salsa menciumnya? Astaga lancang sekali dia. Apa Salsa tidak malu menciumnya didepan orang banyak seperti tadi?Dito saja malu. Dan Aura? Dito tau kalau sekarang Aura sedang marah padanya. Walaupun Dito sendiri tidak tau apa penyebabnya. Dan ya, sampai sekarang bahkan Dito tidak berani untuk mengiriminya pesan.

Yang bersalah disini kan Salsa, tapi kenapa Aura marah padanya?

Disela Dito memikirkan dimana letak kesalahannya, tiba-tiba perkataan Aura kembali melintasi pikirannya.

Kamu boleh temuin aku kalo kamu udah nggak jadi peserta lomba ini.

Itu artinya Dito harus keluar dari lomba itu. Apa mungkin?

Dito tau bahwa saat ini Aura marah dengannya, tapi kenapa harus keluar dari lomba coba?

"Sumpah palak gue mau pecah! Salsa sih ganjen banget pake acara nyium-nyium gue segala. Jadi gini kan masalahnya. Sekarang gimana coba biar masalah ini kelar?" Dito mengacak rambutnya frustasi.

Untuk kali ini dia tidak mungkin merayu Aura karena ini masalah serius. Aura juga tidak akan mempan hanya dengan gombalan recehnya.

"Gue harus apa?" kesal Dito pada dirinya sendiri.

"Masa gue harus keluar dari lomba teater demi maafan sama Aura? Mana mungkin Mis Nay ngizini memangnya gampang cari pengganti sedangkan lombanya diadain seminggu lagi?" lagi-lagi seperti orang gila Dito berbicara pada dirinya sendiri.

"Arghhh," entah sudah berapa kali Dito mengacak rambutnya.

"Pokoknya semua masalah ini muncul gara-gara Salsa. Yaallah, gue harus apa?"

Ditempat lain, Aura tengah menyibukkan diri dengan tugas Biologi yang diberikan Bu Novri padanya. Tapi entah kenapa malam ini Aura tidak bisa berkonsentrasi dalam mengerjakan soalnya. Otak dan pikirannya sedang tidak bisa diajak kerja sama.

"Apa ini efek kejadian tadi siang?" tanya Aura disela belajarnya. "mungkin kali ya," lanjutnya.

Iya, Aura tau kejadian tadi siang memang keterlaluan. Aura sendiri tidak bisa memaafkan itu. Tapi...

"Argh, bodo amat. Mending aku tidur," kesal Aura kemudian merapikan buku-bukunya.

Disela Aura yang sibuk merapikan buku-bukunya, tiba-tiba ponsel diatas tasnya bergetar menandakan ada notifikasi pesan masuk.

Dengan cepat Aura meraih ponsel itu berharap ini pesan dari Dito.

Tapi Aura sadar bahwa itu hanya harapannya saja, karena kenyataannya itu bukan pesan dari Dito tapi dari Riri. Aura mendesah pelan, sebelum akhirnya menjawabnya.

Riri: Udah tidur?

Aura: Belum

Riri: Pr Biologi udah?

Aura: Belum, bdmd.

Riri: Apaan tuh bdmd? Bodo amat?

Aura: Badmood.

Riri: Kok gitu? Why?

Aura: Tau ah, lagi males cerita.

Riri: Dih,

Read.

Riri: Cuma di read?

Aura: Iya, udahan ya, aku ngantuk. Bye Riri syg😘

Riri: Dih, gue ditinggalin.

Read.

Setelah obrolan singkat dengan Riri, Aura memutuskan untuk memeriksa kembali ponselnya barangkali ada pesan masuk dari Dito.

REALLY?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang