--------------
Setelah menyelesaikan makannya, Aura dan Dito kembali berkeliling. Menikmati malam dengan pasangan itu adalah hal yang menyenangkan. Sama seperti yang dirasakan Dito saat ini.
Untuk yang kedua kalinya, Dito kembali menawarkan Aura untuk mencoba salah satu permainan, barangkali Aura berubah pikiran. Tapi nyatanya tidak. Aura tetap menolak, dengan alasan semua wahana sedang ramai. Dan lagi-lagi karena tak mau berdebat dengan Aura, Dito akhirnya menyetujui pendapatnya. Kali ini ia tak mau egois.
"Dit," panggil Aura.
"Hmm,"
"Kamu sayang aku nggak?" tanya Aura seperti orang bodoh. Tentu saja Dito sangat menyayanginya.
"Ya jelas sayanglah. Kenapa? Tumben banget lo tanya gitu?" tanya Dito bingung.
"Kalo sayang, traktir aku dong. Kan jarang-jarang kamu traktir aku," pinta Aura.
"Hm, pantes"
"Pantes apanya?" tanya Aura bingung.
"Pantes dari tadi lo beda dari biasanya. Perhatian, romantis, gue kira lo beneran berubah. Ternyata ada maunya," sindir Dito, membuat Aura kesal.
"Aku emang beneran mau berubah kok, bukan karena ada sesuatu. Kalo nggak mau beliin juga gapapa, aku nggak maksa kok. Daripada nggak iklas, mending nggak usah." kesal Aura.
"Hm, baperan. Emang lo mau beli apa? Tinggal pilih. Ntar gue biarin," kata Dito.
"Bayarinnnnn," Aura membenarkan ucapan Dito.
"Nah, itu maksudnya. Sengaja gue salah-salahin, tes aja lo beneran marah apa enggak. Ternyata enggak. Haha," Dito tertawa puas, karena berhasil mengerjai Aura. Sedangkan Aura hanya menatapnya sekilas.
"Jadi beli nggak nih?" tanya Dito.
"Iklas nggak?" Aura balik tanya.
"Beli sekarang atau nggak sama sekali?" ancam Dito, membuat Aura sesegera mungkin melangkah. Sebelum Dito berubah pikiran. Sedangkan Dito, ia hanya cekikikan melihat tingkah laku Aura seperti anak kecil.
"Ra," panggil Dito, membuat langkah Aura terhenti. Aura menoleh tanpa menjawabnya.
"Beli apa?" tanya Dito bingung, karena Aura terus berjalan.
"Hm, beli apa ya?" Aura berfikir sejenak. Oh tunggu, bukan berfikir, tapi pura-pura berfikir. Sebenarnya Aura sudah mengincar sesuatu sejak tadi. Jagung bakar. Ia sangat menyukai itu.
"Gimana kalo kita beli jagung bakar?" Aura pura-pura memberi usul.
Dito terdiam. Kata terakhir yang diucapkan Aura tadi, mengingatkan-nya pada seseorang. Hani. Apa Aura menyukai jagung bakar sama seperti Hani? Dito bertanya pada dirinya sendiri.
"Kok bengong?" pertanyaan Aura berhasil membangunkan Dito dari lamunannya.
"Duitnya nggak cukup ya?" tebak Aura, Dito menggeleng cepat.
"Cukup kok," jawabnya singkat.
"Terus kenapa bengong?" tanya Aura penasaran.
"Ra--" Dito menggantungkan ucapannya. Ia ragu untuk menceritakan-nya pada Aura. Apa Aura bisa memahaminya? Tidak! dia harus menceritakan semuanya pada Aura. Seperti janji nya tadi siang, ketika disekolah. Ia sudah berjanji akan menceritakan semua tentang Hani pada Aura. Masalah Aura memahami nya atau tidak, itu urusan nanti.
Dito menghela nafas sejenak, kemudian berniat melanjutkan ucapannya yang sempat tertunda. Sementara Aura, gadis itu menatap Dito penuh tanda tanya. Dito kenapa?
KAMU SEDANG MEMBACA
REALLY?
Teen FictionCuek bukan berarti nggak peduli. Cuek bukan berarti nggak sayang. Tapi cuek itu sebagian dari memperhatikan. Dan menyayangimu diam-diam. •~AuraDianryFaranisa~• FOLLOW IG KU GAES @rosidahdivyanka Amazing Cover by: ecenggondok