Dito sedikit bingung melihat keanehan tingkah laku Aura. Sebelum akhirnya Aura berjalan lebih jauh darinya, Dito memutuskan untuk mengejarnya.
"Oke guys, gue balik duluan ya," Dito berpamitan pada ketiga cewek itu.
"Cepet banget Dit," Protes salah satu dari mereka.
"Iya, soalnya gue masih ada urusan." Jawab Dito singkat kemudian berlalu meninggalkan mereka.
"See you ganteng." Teriak cewek yang mengenakan baju berwarna coklat itu.
Dito tidak menjawabnya. Ia berlari mengejar Aura yang kini sudah berada jauh darinya.
"Ra, tunggu!" Dito berusaha. Menghentikan langkah Aura, tapi ia tidak memperdulikannya. Ia justru terus berjalan dan berpura-pura tidak mendengarkan panggilan Dito.
"Raaa!" Dito kembali berteriak. Namun sekali lagi, Aura tidak menghiraukannya.
"Dia kenapa sih? Kenapa tiba-tiba dingin gitu? Gue salah apa?" Tanya Dito pada dirinya sendiri. Seraya terus berlari mengejar Aura yang kini sudah berada tak jauh darinya.
"Ra, tunggu gue dong." Untuk kesekian kalinya Dito berteriak berusaha menghentikan langkah Aura.
"Tu anak berisik banget sih! Ga bisa apa kalo nggak teriak." Gerutu Aura kemudian menghentikan langkahnya.
Menyadari langkah Aura yang berhenti, Dito mempercepat langkahnya.
"Lo kenapa sih, Ra? Gue panggil dari tadi nggak nengok." Tanya Dito penasaran.
"Gapapa kok. Aku nggak enak badan aja. Kita pulang sekarang ya." Pinta Aura pada Dito.
"Pulang? Nggak makan dulu?"
"Nggak Dit. Kapan-kapan aja ya. Gapapa kan?" Tanya Aura.
"Iya gapapa. Tapi kita kedokter dulu ya." Ajak Dito.
"Ga usah Dit," Aura menolak.
"Kenapa?" Dito memasang raut wajah bingung.
"Biar mama aja yang meriksa keadaan aku, dia juga punya beberapa jenis obatnya kok. Jadi kita ga perlu kedokter." Jelas Aura.
"Tapi tante Dian kan dokter gigi, bukan dokter umum." Kata Dito.
"Iya aku tau, tapi mama ngerti kok. Jadi, kamu tenang aja." Aura berusaha meyakinkan Dito.
"Yaudah kalo itu mau kamu. Kita pulang sekarang." Dito kemudian berlalu membuka pintu mobil.
-------------
Ditengah perjalanan pulang.
Baik Dito maupun Aura, keduanya sama-sama diam. Sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Hanya keheningan itu yang berhasil menguasai keduanya. Keheningan yang memang sengaja dibuat mereka. Aura sibuk dengan ponselnya, sedangkan Dito fokus memperhatikan jalan.
Sesekali Dito melirik kearah Aura yang sibuk memainkan ponselnya.
Sementara Aura tidak memperdulikan keberadaan Dito yang kini berada disampingnya. Hatinya masih sedikit kesal dengan kejadian tadi. Bukannya menjauhi ketiga cewek itu, Dito justru meladeninya. Sedangkan ia hanya memperhatikan canda tawa mereka dari kejauhan.
"Raa," Dito mencoba untuk mengajak Aura berbicara. Karna sejak tadi, mereka hanya saling diam tanpa bicara apapun.
"Iya," Aura menjawab tapi perhatiannya tetap fokus pada ponsel yang dipegangnya.
"Lo kenapa? Nggak biasanya lo diem aja." Dito menyadari sikap aneh yang diberikan Aura untuknya.
"Aku? Gapapa kok. Cuma lagi nggak enak badan aja. Makanya aku cuma diem. Kenapa?" Aura meletakkan ponselnya Kemudian mengalihkan perhatiannya kearah Dito. Menatapnya penuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
REALLY?
Teen FictionCuek bukan berarti nggak peduli. Cuek bukan berarti nggak sayang. Tapi cuek itu sebagian dari memperhatikan. Dan menyayangimu diam-diam. •~AuraDianryFaranisa~• FOLLOW IG KU GAES @rosidahdivyanka Amazing Cover by: ecenggondok