Chapter 26

1.8K 71 0
                                    

Baru beberapa langkah mereka berjalan, langkah keduanya seketika terhenti saat seseorang dengan sengaja menghadang mereka. Aura dan Dito terkejut mengetahui siapa yang sekarang ada dihadapan mereka. Hani. Ya, gadis itu sekarang berada tepat dihadapannya. Aura dan Dito bingung sekaligus terkejut dengan kehadirannya.

"Hai Dit, apa kabar? " tanya Hani basa-basi. Dito menghela napas kasar, dia tau apa yang akan dilakukan gadis didepannya itu.

"Baik," jawab Dito datar. Sebenarnya ia tidak ingin meladeni pertanyaan ini, tapi karena ada Aura bersamanya Dito mengurungkan niatnya itu.

"Yakin lo baik-baik aja?" tanya Hani memastikan.

"Lo nggak liat gue baik-baik aja?" kesal Dito. Hani memutar bola matanya malas. Hani hanya bertanya seperti ini saja dia sudah marah.

"Gue lihat, kayaknya lo lagi ada masalah sama dia," Hani menunjuk kearah Aura. Dari dulu sampai sekarang, satu hal yang tidak pernah berubah dari diri Hani dan mungkin tidak akan pernah berubah yaitu selalu mengurusi masalah orang lain. Padahal hidupnya sendiri tidak jelas. Kapan sifat buruknya ini hilang? Dito sudah muak melihat tingkah lakunya.

"Penting buat lo?" ketus Dito.

"Ya nggak sih, gue cuma kasian aja sama lo. Pacaran sama dia tuh kayaknya nyiksa batin lo banget ya. Nyusahin, dikit-dikit ngambek, dikit-dikit marah, ya kan?" tebak Hani, yang memang benar adanya.

Dito tidak menjawab pertanyaan Hani, karena menurutnya pertanyaan itu tidak penting sama sekali

"Dengan lo yang diem gini udah ngebuktiin kalo tebakan gue itu benar. Gue sih seneng aja kalo kalian emang marahan, syukur kalo sampe putus. Dengan gitu, ada kesempatan buat gue jadi pacar lo lagi," kata Hani percaya diri. Dito sampai tidak percaya dengan ucapan Hani barusan. Setelah menyakiti perasaannya beberapa tahun lalu, dia masih bisa mengatakan itu padanya?

Dito tersenyum meremehkan kearah Hani, dalam hati dia berkata

memangnya gue mau jadi pacar lo lagi?

Sebenarnya tidak perlu menanyakan itu pada dirinya, karena Dito sudah tau jawabannya. Tentu saja dia tidak mau.

Saat Dito dan Hani sibuk dengan pikirannya masing-masing,  Aura hanya bisa diam menjadi pendengar yang baik. Dia tidak mau ikut campur dalam masalah ini, biarlah mereka yang menyelesaikan semuanya.

"Meskipun lo satu-satunya cewek yang ada didunia ini, gue nggak akan pernah mau jadian sama lo lagi. Cukup dulu aja gue sakit hati gara-gara lo, nggak akan pernah keulang lagi sampe kapan pun," tegas Dito, mulai malas menanggapi ocehan Hani.

"Yakin? Apa lebihnya sih dia? Dilihat dari sudut mana pun bagusan juga gue daripada dia. Cantikan gue, dewasaan gue, dan yang terpenting gue lebih cocok jadi pacar lo daripada dia," tekan Hani, Dito menatapnya jengah. Percaya diri sekali dia, Dito sampai muak melihatnya.

"Jangan pernah bandingin diri lo sama Aura, karena lo itu nggak pantes dibandingin sama dia. Dilihat dari sudut mana pun, jelas Aura lebih baik daripada lo. Jadi percuma lo bangga-banggain diri, orang yang nilai bukan lo," tegas Dito, amarahnya memuncak dan tidak bisa ditahan lagi.

"Hhh, dia lebih baik? Iyalah lo bilang gitu karena sekarang dia pacar lo, coba kalo udah mantan kayak gue. Emang lo masih mau bilang gitu? Enggak lah," Hani menghela napas sejenak, kemudian melanjutkannya lagi.

"Dulu lo juga selalu banggain-banggain gue didepan temen-temen lo,Tapi liat setelah kita putus, boro-boro mau banggain gue kayak dulu, ngakuin mantan aja belum tentu mau," kesal Hani pula.

"Lo sama Aura itu beda jauh. Walaupun nanti gue putus sama Aura, gue bakalan tetap banggain dia kayak gini. Karena dia emang pantes dibanggain. Nggak kayak lo. Dulu gue selalu bangga-banggain lo  karena menurut gue lo itu cewek yang baik, selalu ngertiin gue. Tapi nyatanya? Gue salah besar. Orang yang selama ini gue banggain, bukanlah orang yang pantas buat dibanggain. Karena dia itu penghianat, yang pura-pura baik," ketus Dito. Seketika air mata yang sejak tadi berusaha ditahan Hani turun, membasahi pipi mulusnya. Dia sudah tidak kuasa menahan semua ini. Dito sudah menyakiti hatinya.

REALLY?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang