Chapter 22

2.2K 115 23
                                    


INI PANJANG GAESS, MAAP KALO BOSEN 😰

SEMOGA KALIAN SUKA CHAPTER INI :)

Happy Reading❤





Aura dan Dito baru saja sampai disekolah. Setelah memarkirkan mobil, mereka berjalan beriringan menuju kelas. Ada yang berbeda dari Dito hari ini. Dia terlihat cuek pada Aura. Sejak tadi dia hanya mendiamkan Aura tanpa mengajaknya bicara sedikitpun. Sebenarnya Dito kenapa? Apa dia sudah tau kalau semalam dia pulang bersama Key? Tidak mungkin. Aura kan belum menceritakannya.

Baru saja Aura akan membuka obrolan, Dito sudah lebih dulu bersuara.

"Tadi malem lo pulang bareng Key?" tanya Dito datar. Dari nada bicaranya, Aura tau jika saat ini dia sedang marah. Aura gugup, dia tidak tau harus menjawab apa. Tapi tetap saja dia harus jujur.

"I-iya," jawab Aura terbata-bata, karena begitu gugupnya.

"Kenapa?" tanyanya dingin. Aura makin gugup dibuatnya.

"Tante Vi--" belum sempat Aura menyelesaikan ucapannya, Dito sudah terlebih dulu memotong.

"Gue nggak tanya siapa yang nyuruh lo. Gue tanya kenapa lo pulang bareng Key? Kan bisa tunggu gue, udah nggak tahan mau balik? Apa emang sengaja mau balik sama Key?" sindir Dito, marah. Aura sampai melotot mendengarnya.

"Dit, apaan sih?"

"Kenapa? Salah omongan gue? Maaf kalo gitu. Cowok emang selalu salah dimata cewek." kesal Dito, Aura juga tak kalah kesal. Dito ini apa-apaan coba?

Aura tau, sekarang Dito sedang marah padanya. Agar tidak memperpanjang masalah, lebih baik jika dia diam saja. Dia akan menjelaskan itu nanti, setelah amarahnya berangsur reda.

"Lo tau kan gue nggak suka kalau lo deket dia?" tanya Dito kesal. Aura mengangguk pelan.

"Terus kalo lo tau, kenapa masih pulang bareng dia?" kata Dito dengan nada tinggi.

"Kamu marah?" tanya Aura polos.

"Lo pikir aja Ra, gue bela-belain nggak makan, cepet-cepet latihan dramanya, cari jalan keluar waktu kejebak macet. Buat apa? Buat jemput lo. Sedangkan lo? Lo malah sama orang lain yang jelas-jelas lo tau banget kalo gue benci sama dia," kesal Dito kemudian berlalu. Bahkan Aura belum menjawab apapun.

"Sabar," kata Aura pada dirinya sendiri, kemudian berlari untuk mensejajarkan posisinya dengan Dito.

"Yaampun, aku harus jelasin gimana supaya dia ngerti?" tanya Aura bingung.

"Dit, maaf" kata Aura setelah posisinya mereka sejajar. Bukannya menjawab, Dito malah semakin mempercepat langkahnya, bahkan dia tidak menatapnya sama sekali. Dasar menyebalkan!

Ini pertama kalinya Dito marah, jadi Aura tidak tau harus melakukan apa.
Dengan langkah lesu, Aura kembali berlari mengejar Dito.

---------------


Bel istirahat baru saja berbunyi. Kali ini Aura tidak bersemangat untuk kekantin, bahkan dia tidak lapar sama sekali. Seharian ini dia pusing memikirkan bagaimana cara untuk mendapat maaf dari Dito. Dito benar-benar marah padanya, Aura sendiri bingung harus melakukan apa.

Saat jam pelajaran tadi, Aura sempat melirik kearah Dito, saat tatapan mereka bertemu, Dito malah mengalihkan pandangannya dan pura-pura tidak melihatnya. Dasar menyebalkan!

"Kit ati dedek bang. Udah dong Dit, marahnya. Nggak kuat nih, rindu. Gini ya rasanya marahan sama kamu. Kalo aja ada kamera, udah dari tadi aku ngelambaiin tangan," kata Aura lirih tapi Riri bisa mendengarnya. Disaat yang bersamaan, Dito yang sejak tadi ada didekat mereka secara tidak sengaja juga mendengar pengakuan Aura.

REALLY?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang