"Dit, sibuk nggak?" tanya Fara. Dito yang semula sibuk memainkan ponselnya kini beralih menatap Fara seraya menggeleng singkat.
"Enggak Ma, kenapa? Mama butuh sesuatu?" tanya Dito.
"Iya nih. Mama boleh minta tolong ambil pesanan kue tempat Tante Dea nggak?" tanya Fara lagi.
"Oke Ma, Dito siap-siap dulu ya," jawab Dito berniat untuk beranjak.
"Makasih ya sayang bantuannya. Nanti alamat rumahnya Mama kirim di Whatsapp," kata Fara sambil tersenyum ringan.
"Iya Ma," jawab Dito singkat.
"Yaudah kamu siap-siap aja dulu," suruh Fara, Dito mengangguk cepat.
"Iya Ma, Dito ganti baju dulu. Bye Mama cantik," pamit Dito kemudian berlalu meninggalkan Fara.
🔅🔆🔅
"Hani ngancam lo?" tanya Lissa
setelah Aura selesai menceritakan kejadian saat ia bertemu Hani ditoko kue ZXZ kemarin."Iya," jawab Aura singkat.
"Lo berdua lebay banget sih. Santai aja kali, itu tuh cuma ancaman biasa. Gue yakin dia nggak bakal ngapa-ngapain lo, percaya deh," sahut Riri berbeda pendapat dengan Lissa.
"Safa, aku yakin kalo ancaman Hani itu bukan main-main. Kemarin dia itu marah banget. Aku takut kalo dia berbuat nekad dengan nyakitin orang-orang disekitarku termasuk Dito," jelas Aura panjang lebar.
"Jadi lo takut sama Hani?" tanya Safa.
"Kalau sama Hani sih aku nggak takut, aku cuma khawatir kalau ambisinya untuk balikan sama Dito, bisa ngebuat dia berbuat nekad," jelas Aura. Lissa, Riri, dan Safa mengangguk paham.
"Gue sih setuju sama pendapat Aura," kata Safa.
"Gue juga setuju," tambah Lissa.
"Dih apaan deh," komentar Safa.
"Mas--"
"Kalian tetap mau debat?" tanya Aura mengintrupsi Lissa dan Safa yang ingin melanjutkan acara debat unfaedahnya.
"Hehe enggak," cengir Safa.
"Jadi gimana? Apa menurut kalian ancamannya Hani itu benar-benar bakal dilakuin?" tanya Aura to the point.
"Bisa jadi," jawab Safa dan Lissa kompak. Sedangkan Riri tidak mengatakan apapun, membuat Aura dan yang lainnya serempak menoleh kearahnya.
"Lo nggak mau berpendapat?" tanya Lissa pada Riri.
"Tadi kan gue udah bilang kalo Hani nggak bakal ngelakuin apa-apa. Itu cuma ancaman biasa, jadi kalian nggak usah lebay," jawab Riri tegas.
"Aku harap sih gitu," tambah Aura. Safa dan yang lainnya mengangguk setuju.
"Udah ah, daripada kita mikirin hal unfaedah kayak gini, mending kita belajar. Kalian lupa kalau besok ada ulangan harian Matematika?" kata Lissa sukses membuat mereka seketika mengalihkan tatapan kearahnya.
"Yaampun kok aku bisa sampai lupa sih kalo besok UH Matematika?" kata Aura panik.
"Iya gue juga lupa," sambung Riri, Safa mengangguk setuju.
"Tumben banget lo inget yang beginian, Sa? Kesambet apa?" tanya Riri heran.
"Mak--"
"Gue tau kalian mau debat. Debatnya bisa dipending dulu nggak?" potong Safa cepat. Safa sudah hapal betul, bagaimana sifat sahabat-sahabatnya ini. Mereka akan berdebat panjang lebar jika salah satu diantara mereka memiliki pendapat yang berbeda.
KAMU SEDANG MEMBACA
REALLY?
Teen FictionCuek bukan berarti nggak peduli. Cuek bukan berarti nggak sayang. Tapi cuek itu sebagian dari memperhatikan. Dan menyayangimu diam-diam. •~AuraDianryFaranisa~• FOLLOW IG KU GAES @rosidahdivyanka Amazing Cover by: ecenggondok