"Assalamuallaikum Ri," kata Dian setelah panggilan mereka terhubung. Dian menelpon Riri pagi-pagi begini bukan tanpa alasan, Aura menghilangkan sejak semalam. Ada kemungkinan dia sedang bersama Riri atau bahkan menginap di rumahnya. Semoga saja begitu.
"Wallaikumsalam Tante. Ada yang bisa Riri bantu?" tanya Riri to the point. Riri tau kalau Dian itu orang yang sibuk. Dia tidak mungkin menelponnya tanpa alasan yang penting. Benar kan?
Beberapa detik kemudian, obrolan mereka seketika terasa hening. Mereka sibuk dengan pikirannya masing-masing.
"K--"
"Oh, Riri tau. Tante mau minta tolong buatin surat izin Aura lagi ya? Oke Tante, Siap. Nanti Riri buatin," potong Riri sebelum Dian menjawab pertanyaan sebelumnya.
"Ri," panggil Dian pelan.
Riri yang mendengar itu seketika menjawab, "Iya, Tante," jawab Riri lembut.
"Aura lagi sama kamu?" tanya Dian tak kalah lembut.
"Aura? Enggak kok Tante. Emang Aura nggak ada dirumah?" tanya Riri balik.
Riri tidak tau bahwa jawaban 'Enggak' yang baru saja diucapkannya berpengaruh besar pada kondisi Dian saat ini. Ya, seketika dadanya terasa sakit, napasnya pun sesak.
Merasa tidak ada sahutan dari Dian, Riri bingung. Mungkin diam itu lebih baik.
"K-k-kamu yakin Aura nggak disana?" tanya Dian sekali lagi. Berharap saat ini Riri tengah berbohong.
"Enggak Tante, Riri serius. Emang Aura nggak ada dirumah?" tanya Riri lagi.
"Enggak sayang. Aura nggak ada dirumah. Tante pikir dia nginep dirumah kamu. Kamu tau nggak sekarang Aura lagi dimana?" tanya Dian tanpa disadari meneteskan air mata.
"Maaf Tante, Riri nggak tau," jawaban Riri membuat Dian semakin khawatir.
"Terus Aura dimana?" itu bukan pertanyaan melainkan keluh kesah seorang Ibu yang khawatir dengan putri kesayangannya.
"Sekarang Tante tenang dulu ya, Riri akan bantu cari. Nanti kalau Riri udah dapat kabar tentang Aura, Riri langsung kasih tau ke Tante. Riri yakin Aura pasti ketemu,Tante jangan khawatir ya," kata Riri berusaha menenangkan Dian.
Sadar bahwa dengan menangis tidak akan menyelesaikan masalah, Dian pun menghapus air matanya. Dia harus kuat. Dia tidak boleh lemah. Dia harus mencari Aura. Begitu kira-kira kalimat penyemangat Dian saat ini. Jika dia lemah begini, Aura tidak akan ditemukan. Dian tidak mau jika itu sampai terjadi. Tidak!
"Iya Ri, makasih udah semangatin Tante. Tante akan kuat, demi Aura. Tapi kamu janji ya, kalau kamu udah dapat kabar tentang Aura langsung kabarin Tante, soalnya Tante khawatir banget sama keadaannya," kata Dian perlahan menghapus air matanya.
"Iya Tante, Riri pasti kabarin kok. Sekarang Riri pamit berangkat sekolah dulu, nanti disekolah Riri akan cari tau keteman-teman, kali aja ada yang tau. Tante jangan khawatir, Aura pasti baik-baik aja," kata Riri menyemangati Dian.
"Iya sayang, makasih banyak ya untuk bantuannya. Maaf, Tante jadi ngerepotin kamu," jawab Dian.
"Hehe nggak ngerepotin sama sekali kok Tante. Aura kan teman Riri,"
"Iya sayang sekali lagi makasih banyak ya,"
"Iya Tante sama-sama," balas Riri.
"Yaudah kamu berangkat aja. Jangan lupa kabarin Tante kalau ada apa-apa," pesan Dian.
"Iya Tante pasti. Riri berangkat sekolah dulu ya Tante, Assalamuallaikum," pamit Riri sopan.
"Wallaikumsalam," jawab Dian sekaligus mengakhiri obrolan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
REALLY?
Teen FictionCuek bukan berarti nggak peduli. Cuek bukan berarti nggak sayang. Tapi cuek itu sebagian dari memperhatikan. Dan menyayangimu diam-diam. •~AuraDianryFaranisa~• FOLLOW IG KU GAES @rosidahdivyanka Amazing Cover by: ecenggondok