The Duchess

23.8K 2.4K 166
                                    

"Sampai kapan mau menangis?" Declan bersedekap di hadapan Rana.

Rana sendiri luruh di lantai dengan menekuk dua tungkai kakinya ke belakang. Persis seperti anak-anak. Perempuan luar negeri...mana mampu mengekspresikan diri seperti itu? Terutama wanita-wanita di sekitar Declan dan Caleb. Kenalan mereka kebanyakan menjaga sekali image mereka.

Terkecuali perempuan-perempuan Leandro. Mereka semua masuk daftar wanita yang terlalu ekspresif seperti Rana dan Amelia. Tak menjaga image mereka sama sekali.

"Kau mana tahu artinya sihir seperti itu Tuan Besar." Rana mencebik kesal. Lalu meneruskan kegiatannya. Menangis dan sesekali mengacak rambut hitamnya.

Declan baru saja menolak permintaan Rana untuk mengantar ke rumah Amelia. Dan melarang keras Rana pergi dengan taksi ataupun kendaraan yang di sebut ojek oleh Rana.

Bukan tampa alasan. Rana mual hebat seharian. Bahkan tadi saat muntah Rana sampai mengeluarkan airmata walau bukan menangis seperti sekarang ini.

Lalu cuaca juga tidak mendukung sama sekali. Mendung menggantung dan gerimis mulai menyapa. Bahkan beberapa penyewa penginapan terlihat memilih berdiam diri di teras penginapan. Terlihat berbincang dan menikmati sore dengan secangkir teh atau kopi. Bahkan ada yang menghentikan tukang bakso di depan gapura mereka.

Declan mengulurkan kedua tangannya. Rana menatap tangan Declan dan membuang pandangannya ke arah halaman. Mulutnya mencebik lucu.

Declan menghela napas pelan. Dia merunduk dan mengangkat Rana dan membawanya berdiri. Dan tanpa di duga Rana menggigit lengan Declan keras.

"Oh...shit!" Declan reflek mengumpat.

Rana terpekik dan memukul lengan Declan sama kencang.

"Jangan mengumpat!"

"Sakit Kirana." Suara Declan rendah meredam kekagetannya. Menurunkan Rana pelan ke atas sofa.

"Kau tidak membanting ku walau kaget."

Declan menatap Rana sambil merunduk.

"Kau lebih menarik untuk dicium daripada dibanting."

Rana terpaku. Menatap manik mata Declan yang nyatanya sangat indah. Hitam...tidak sehitam malam seperti Caleb. Tapi lebih terang. Keduanya sama indah. Tatapan mereka sama membius.

"Bulu matamu...panjang sekali." Rana mengusap sudut mata Declan hingga mata Declan terpejam. Rana terkesiap. Bulu mata Declan bahkan menyentuh bawah matanya. Indah.

Declan mencium bibir Rana cepat dan mengangkat tubuhnya. Menghempaskan bokongnya setelah meraih ponsel di mejanya.

"Mau makan apa?"

"Hmm..." Rana terlihat berpikir.

Rana lalu menyebutkan berbagai macam masakan Italia dan Declan menuliskannya cepat sambil mengernyit.

Rana meraih dompet yang dia selipkan di sudut sofa. Mengeluarkan beberapa uang ratusan ribu dan mengulurkannya pada Declan.

Declan menatap uang itu.

"Aku yang akan menghidupi mu mulai sekarang. Simpan uangmu. Uangmu adalah uangmu. Uangku, milikmu juga."

Rana menarik tangannya cepat.

"Aku mengajakmu patungan..."

Declan mencerna kalimat yang keluar dari Rana. Lalu jarinya menghitung sesuatu.

"Dalam hitungan hari kau bahkan sudah menjadi Nyonya Leandro."

"Apa aku sudah bilang setuju menikah denganmu?"

THE SECRET OF BILLIONAIRE'S GIRLFRIEND (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang