”Tempatkan dua orang di sini, Agung."
Cakradhar menatap Gusti Agung dalam. Gusti Agung sendiri mengangguk dan berlalu. Memanggil dan memberikan beberapa pengarahan pada para pengawal. Cakradhar beralih pada Caleb yang duduk di samping Amelia di ranjang. Wajah Caleb terlihat begitu khawatir dan penuh tanda tanya.
"Ada beberapa hal di semesta ini yang tidak bisa mendapatkan penjelasan secara ilmiah, Caleb. Aku akan tetap mengurus Amelia secara medis sementara untuk hal satu itu...percayakan padaku."
"Aku hanya belum bisa mengerti bahwa praktek seperti itu masih berlaku. Apapun sebutannya, tentu tidak mudah mengatasinya bukan? Seperti sebuah pertarungan antara dua kubu dan Amelia berada di satu sisi. Keselamatannya jelas terancam. Bisakah aku membawanya saja ke New York?"
Cakradhar mendengarkan dengan seksama kekhawatiran Caleb dan tersenyum arif.
"Kemanapun dan sejauh apapun kau akan membawa Amelia pergi, sihir atau apapun itu tetap akan menjangkaunya Caleb. Selain raga, yang diambil adalah jiwa dan pikirannya. Kau hanya perlu bersabar dan percaya padaku."
Caleb mengangguk.
"Apapun. Kalau ada sesuatu yang bisa aku lakukan..."
"Tetaplah bekerja dan luangkan waktumu untuk Amelia setiap harinya."
Caleb kembali mengangguk.
"Kita tidak tahu sampai kapan Amelia tidak sadarkan diri, tapi...sejauh ini dia baik-baik saja."
"Apakah Kakek tahu, siapa dalang semua ini?" Caleb merendahkan suaranya.
"Kita fokus pada Amelia dengan hati yang jauh dari prasangka Caleb. Itu akan memudahkan semua."
Caleb tercenung dan menatap Amelia yang tertidur lelap tak sadarkan diri. Tadi, Caleb bahkan harus sedikit membuat kegaduhan di halaman belakang griya karena datang dari Ubud dengan helikopter pribadi. Kepanikan dan rasa khawatir membuatnya ingin segera sampai ke griya begitu dia menelpon Cakradhar dan memberitahukan bahwa Amelia tak sadarkan diri di kamarnya tanpa seorangpun di sana.
Cakradhar keluar dari kamar Amelia dan menutup pintunya pelan. Dua orang pengawal terlihat sudah duduk di kursi yang sengaja diletakkan tak jauh dari kamar Amelia.
Tak banyak aktifitas yang terjadi di rumah karena keceriaan yang biasa ditularkan oleh Amelia sementara ini menghilang. Pelayan hanya bisa saling berbisik prihatin dan berharap semua ini segera berlalu.
Caleb mengusap kening Amelia yang terlihat berkeringat pelan. Wajah Amelia terlihat layu dan sering berkerut seakan menahan sesuatu dalam hatinya. Seperti tengah bermimpi buruk dan ingin cepat terbangun namun tak kuasa.
Caleb merunduk dan berbisik di telinga Amelia.
"Mom akan datang bersamaan dengan Aunty Mika, Amelia. Kau suka? Kau ingin menyambutnya bukan? Mom sangat khawatir keadaanmu seperti ini."
Kepala Amelia sedikit bergerak kaku.
"Rana menangis terus. Declan menyerah membujuknya. Aku tidak akan memaksamu bangun kalau kau belum mau. Tapi...apa kau yakin kau tidak merindukanku?"
Caleb duduk di sofa tunggal yang sengaja diletakkan oleh para pelayan di samping ranjang Amelia. Ada sebuah bantal sofa dan selimut tebal di atas sofa.
Caleb menghela napas lelah. Semua ini...tetaplah awam baginya. Sedikit aneh walau sebanyak apapun dia sudah membaca literature kebudayaan negeri ini. Termasuk juga segala sesuatu yang berhubungan dengan klenik dan semacamnya.
Caleb duduk di sofa. Menatap Amelia yang tertidur tenang. Sesaat kemudian dia menekan sebuah tombol di atas ranjang dan sesaat kemudian seorang pelayan sebaya dengan Amelia masuk dengan tergopoh.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE SECRET OF BILLIONAIRE'S GIRLFRIEND (Sudah Terbit)
RomanceSUDAH TERBIT Ketika kau mengandaikan dirimu menjadi Alpha yang menemukan Lunanya. Dan ketika Lunamu tak sesuai tipikalmu. Apa yang akan kau lakukan? Caleb William Leandro Ketika takdir merubah jalan hidupmu menjadi seorang Tuan Puteri. Apa yang akan...