Scream

21.9K 2.3K 78
                                    


"Siapa yang menjemput Mommy?"

Caleb bergumam. Dia masih sibuk menatap bayangan punggungnya di cermin besar di kamar mandi Amelia. Tato duri ikan itu benar-benar berwarna merah nyaris kehitaman.

"Caleb!" Amelia mulai menjerit.

"Declan dan beberapa staf hotel. Tato ini keren. Apa fungsinya melakukan hal ini?"

" Itu membuka pori-pori kulit agar angin keluar dari tubuhmu. Bagaimana rasanya sekarang?".

"Ini hebat. Aku sudah sembuh. Rasanya...tidak seperti kemarin."

"Hmm..." Amelia berbalik dan melangkah ke kamarnya. Membiarkan Caleb mengagumi tato barunya.

Mereka baru saja berdebat tentang tidak boleh mandi sehabis ritual kerokan itu. Tapi Amelia mendapati Caleb sudah mandi saat dia datang ke kamar setelah sejenak keluar menghirup udara sore.

Caleb muncul dari kamar mandi. Amelia meraih tubuhnya dan mengusap punggung dan perut Caleb dengan minyak kayu putih.

"Bauku seperti bayi" Caleb mengeluh.

"Tidak apa-apa. Ini...biar tidak masuk angin lagi."

"Aku harus ke hotel. Ada beberapa hal yang harus aku urus. Apa tidak apa-apa aku tinggal sebentar?"

"Tidak. Pergilah."

Caleb memakai kemejanya. Membiarkan Amelia membantu mengancingkan kemejanya. Amelia terlihat baik-baik saja. Tapi Caleb tak bisa memungkiri bahwa dia sangat khawatir. Keadaan Amelia tidak tertebak.

"Terimakasih calon istri." Caleb merengkuh Amelia dalam pelukannya. Andai bisa membawa Amelia ke ujung dunia terjauh, agar dia terbebas dari semua ini, Caleb pasti akan melakukannya.

"Baiklah. Aku pergi dulu."

Caleb mencium bibir Amelia lembut. Dan lihatlah...gadis itu bahkan terkekeh pelan. Mengamit lengan Caleb dan mengantarkan hingga ke gapura.

Amelia masih berdiri dan menatap mobil Caleb yang menghilang di tikungan dan memasuki jalan besar. Amelia termangu. Kakeknya bahkan belum keluar dari tempat persembahyangan dan Amelia berpikir untuk menemuinya.

Amelia berbalik. Membentur tubuh seseorang yang juga berjalan menuju gapura.

Tatapan mata Amelia menubruk manik mata berkilat penuh marah seorang Dewaya. Amelia mengangguk dan memilih meneruskan langkahnya. Masuk ke dalam rumah tanpa menoleh lagi.

Amelia menyusuri koridor yang entah mengapa terasa dingin dan lembab. Amelia berpikir mungkin ACnya terlalu dingin?

Amelia berbelok dan melangkah di koridor yang terlihat lebih luas. Menuju sebuah pintu besar dengan perpaduan warna merah, hijau tua dan emas.

Langkah Amelia terhenti saat terlihat Gusti Agung keluar dari ruang persembahyangan dengan wajah pias.

Gusti Agung mendongak.

"Jangan masuk, Nak." Tangannya menahan Amelia yang hendak merangsek masuk.

"Kenapa, Paman? Ada apa? Kakek...apa yang terjadi?"

"Jangan masuk dulu. Duduklah di sini dan tunggu." Gusti Agung menatap Amelia dengan wajah memohon.

Amelia terhempas di kursi yang ada di depan ruangan sembahyang. Gusti Agung terlihat mengatur napas dan duduk di samping Amelia.

Mereka terdiam dan tak saling bicara walau nyata sekali Amelia sangat khawatir dan menahan banyak pertanyaan di benaknya.

Amelia dan Gusti Agung menoleh saat mendengar langkah kaki berderap. Amelia sontak mengikuti Guati Agung yang berdiri. Dokter Abiyasa datang bersama dengan seorang pria yang sudah terlihat sepuh namun masih terlihat kuat dan berwibawa. Pria dengan jenggot putih yang memanjang.

THE SECRET OF BILLIONAIRE'S GIRLFRIEND (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang