The Queen

21.3K 2.4K 79
                                    

Caleb memegang bahu Amelia yang terdiam mematung di depan ruang ICU. Setelah kepanikan yang baru saja terjadi, dokter memberi penanganan kepada Cakradhar dan memindahkannya ke ruang ICU.

"Aku sudah bertanya pada dokter. Sejauh ini keadaannya stabil."

Amelia masuk ke dalam pelukan Caleb. Terdiam dan merasakan lelah luar biasa. Caleb lalu membawa Amelia melangkah sepanjang koridor. Dua orang pengawal terlihat bersiaga di depan ruang ICU.

Caleb membawa Amelia duduk di ruang tunggu. Terus merengkuh gadis yang memilih terdiam dalam dekapannya.

"Pulanglah. Bagaimana pekerjaanmu kalau kau terus di sini, Caleb."

"Tidak apa-apa. Aku punya banyak staf dan orang yang bisa kupercaya."

"Kau terlihat seperti pengangguran kau tahu?"

"Aku cukup punya banyak uang untuk bertahan hidup." Caleb tertawa. Pembicaraan tak penting seperti ini terkadang menjadi sangat penting untuk mengalihkan pikiran yang lelah dan bingung.

"Aku takut Caleb."

" Aku tahu. Aku akan bicara pada Paman Agung setelah ini".

Mereka terdiam. Mengabaikan lalu lalang orang di sepanjang koridor. Caleb menghela napas pelan. Hal ini diluar jangkauan nalarnya. Setelah melalui serangkaian pemeriksaan keadaan Cakradhar dinyatakan baik - baik saja. Tidak ada penyakit dalam serius yang bersarang di tubuh Cakradhar. Hal itu juga menjadi keprihatinan para dokter. Mereka memutuskan untuk memeriksa ulang dan menempatkan Cakradhar di ruang ICU agar Cakradhar bisa lebih tenang. Karena bagaimanapun tubuh tuanya terlihat sangat kelelahan.

"Amelia...".

Amelia mendongak.

" Kau butuh istirahat. Kalau kau tidak mau ke Puri Negara sebaiknya mencari hotel."

Raut wajah Amelia menyiratkan ketidaksetujuan. Namun akhirnya mengangguk ketika Caleb menggeleng.

"Kita harus tetap sehat. Harus tetap fit agar bisa menjaga Kakek, Amelia..."

"Baiklah."

Gusti Agung terlihat berjalan cepat dari ujung koridor dan menghampiri Amelia. Wajahnya terlihat letih namun dia masih berusaha berjalan tegak.

"Bagaimana Paman?" Amelia mendongak.

"Kita tidak bisa diam lebih lama Amelia. Kalau kau mengijinkan, aku akan memulai semuanya. Pembersihan diri dan lain sebagainya. Secara medis ini memang tidak masuk akal tapi kita harus bertindak secepatnya."

"Baiklah Paman. Lakukan apa yang harus dilakukan."

Gusti Agung mengangguk.

"Apa aku perlu ikut Paman?"

"Aku akan menghubungi kalian kalau keadaan mendesak. Sementara ini, sebaiknya kalian menjaga Tuanku Cakradhar."

"Baiklah." Caleb berucap singkat dan mengangguk pada Gusti Agung yang sesaat kemudian berbalik dan melangkah menjauh.

Amelia menarik napas panjang. Terhempas lagi di kursi tunggu. Caleb menyusul duduk. Mereka lelap menghayati hening yang kemudian menggelayut.

---------------------------------------------------

Keesokan harinya kesibukan terjadi di Puri Negara. Lalu lalang pelayan bekerja dalam diam. Membawa banyak keperluan persembahyangan masuk ke dalam sebuah ruangan yang sangat luas. Terlihat seperti sebuah aula.

Disana sudah hadir begitu banyak orang. Keluarga besar kebangsawanan kerajaan adat Jembrana. Mereka berpakaian serba putih. Semua duduk dalam hening.

Gusti Agung terlihat duduk bersama dengan pria berjenggot putih yang memanjang. Pria sepuh yang kala itu datang bersama dengan dokter Abiyasa ke griya di Denpasar. Dalam aula itu terlihat juga para tetua adat yang duduk menjadi penghulu jalannya upacara pembersihan.

THE SECRET OF BILLIONAIRE'S GIRLFRIEND (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang