Nightfall

367 50 8
                                    

Perjuangan nulis pake HP. Mohon vote-nya.
~ Thank you ~

÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷

SEQUEL TWILIGHT AND THE RAINFALL

🌝🌝 🌝🌝
🌝🌝🌝🌝🌝🌝
🌝🌝🌝🌝🌝🌝
🌝🌝🌝🌝🌝
🌝🌝🌝🌝
🌝🌝
🌝

Happy reading!!!




Sudah seminggu. Nara tersadar saat kakinya menjejak lantai bis yang menjemputnya sore itu. Kepalanya bergelayut malas dijendela yang berembun. Cuaca masih sama buruknya, padahal ini baru akan memasuki musim panas. Harusnya langit cerah atau setidaknya sejuk sisa musim semi masih terasa 'kan?

Jarinya menyentuh kaca jendela menggambar abstrak. Melewati gedung tinggi, sekolah, cafe, restoran, toko, mobil yang saling menyalip atau pejalan kaki. Pemandangan yang tidak asing tapi menyenangkan untuk dinikmati comuter seperti dirinya.

Iseng menatap layar ponsel, barangkali ada pesan atau nama pria itu terpampang disana memanggilnya. Nihil hasilnya, sama dengan tujuh hari ke belakang. Sampai dua hari lalu dia masih mau bertanya, menyapa, mengingatkan meski tidak satu pun berbalas. Dia mencoba mengerti. Terlebih Jin yang satu kelas dengan Hyukjae juga sama sibuknya, tapi semalam mendadak dia ragu.

Nara berpikir haruskah dia bertahan? Sesulit itukah menghubunginya? Membalas pesan tidak menghabiskan semenit waktu tapi rasanya Hyukjae terlampau menyayangi waktunya. Dia akan mengajak bicara pria itu setelah semua sedikit mendingin. Bersabar sedikit lagi tidak apa, toh selama ini dia sudah berlatih keras.

Basah kuyup tubuhnya dia abaikan. Nara hanya ingin masuk dan mandi air hangat kemudian bergelung dengan selimut kesayangan. Dia menonaktifkan ponsel setelah mengirim pesan pada Jin untuk membawakan makan malam.

Rambutnya masih basah, dia baru saja berendam air hangat demi menghindari flu. Jin akan mengomel jika dia sakit dan itu buruk. Pria berbibir penuh itu akan menceramahinya semalam suntuk. Duduk meringkuk dengan tubuh terbalut selimut dan kepala tertutup handuk, kedua tangannya memeluk mug berisi cokelat hangat. Nikmat sekali.

Sudah pukul 8:45 malam saat matanya melirik jam, keningnya mengernyit karena Jin sama sekali tidak pernah terlambat untuk urusan jadwal makan. Setidaknya jika Jin tidak bisa datang, kurir akan menggantikan tugas mengantarkan makanan. Baru akan beranjak untuk mengecek ponsel tiba-tiba belnya berbunyi.

Kakinya dengan riang melompat, sedikit berlari menuju pintu dan membukanya. Siap menyambut makan malam. Tapi bukan kurir atau Jin yang datang, melainkan pria yang selama seminggu ini menghilang dari peradaban hidupnya. Mereka memang satu kampus, tapi Hyukjae tidak pernah mengizinkan gadis itu datang. Datang pun jika Jin yang meminta.

"Lee.. " Nara bergumam. Terlalu terkejut sampai tidak tahu bagaimana harus bersikap. Rambut pria itu sedikit lepek, juga bajunya yang basah dibeberapa bagian. Hujan belum berhenti dan sepertinya semakin deras.

Hyukjae diam ditempatnya. Tidak bersuara sama sekali. Hanya menatap gadis dihadapannya yang tampak terkejut dan bingung. Atau.. kecewa mungkin, karena yang datang bukan seseorang yang diharapkan.

Ketika kilas balik itu berputar dikepalanya, buru-buru Hyukjae menepis prasangkanya. Setidaknya dia harus membuktikannya sendiri.

Dengan tatapan yang membuat gadis itu salah tingkah, Hyukjae menerobos masuk tanpa dipersilahkan. Mendorong pintu sampai tertutup rapat menelan suara hujan lalu mendekat yang dibalas langkah mundur oleh Nara.

C A T C H YTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang