Baca saja, barangkali kalian ingat sesuatu tentang ini 😂😂😂
No edit, no review. Jadi kalo ada typo dan kalimat yg sedikit atau banyak yang hancur abaikan saja 😅😄😆
👼👼👼
Jam menunjukkan pukul sepuluh lewat tiga puluh tujuh menit saat Nara selesai berendam. Acara berlanjut pada makan malam dan pesta bujang yang seharusnya dilakukan sebelum pernikahan. Mengingat ini acara kecil, hanya Hyukjae, Rey, dan Donghae saja yang terlibat. Mereka menghabiskan sisa acara dengan mengobrol kesana kemari. Nara sendiri ditarik Rachel untuk diinterogasi ini dan itu sebelum menghabiskan waktu bersama keluaraga Ahn serta orang tuanya.
“Astaga!” Nara nyaris melempar tempat pensil yang tergeletak di meja saat perutnya tiba-tiba dipeluk. “A-ajjushi?“
“Ck, berhenti memanggilku dengan sebutan tua itu! Berapa kali harus kuingatkan?” Hyukjae menarik diri. Duduk di kursi meja belajar dan menatap Nara. Ah, gadis belia ini sudah menjadi istrinya sekarang. “Kemari,”
“Apa?” gadis itu menatap uluran tangan Hyukjae polos. Menurut saja ketika tangan besar itu menarik halus pergelangan tangannya dan menempatkan dirinya duduk dipangkuan Hyukjae. “Uh..”
Untuk kali pertama –setelah entah sekilan lama- Hyukjae tertawa pelan. Melingkarkan dua tanganya di pinggul sempit istrinya. Mencium pelipisnya halus lalu kembali memandangi wajah polos yang sudah kembali merona. “Kenapa wajahmu merah? Malu? Ini pengalaman pertamamu mendapatkan perlakuan seperti dari seorang pria selain ayahmu ‘kan?”
“Eung.. iya.” kepalanya mengangguk begitu pelan. Jantungnya berdebar tidak karuan. Dua tangannya bertumpu ragu di bahu Hyukjae. “Aku mau duduk sendiri saja. Rasanya aneh kalau bukan ayahku yang berlaku seperti ini.”
“Ini hari pernikahan kita. Kau tidak ingin memberikan hadiah untukku?” yang ditanya hanya memiringkan kepala dengan bibir mengerucut serta kening mengerut. “Jangan seperti itu. Kalau aku gemas aku bisa saja memakanmu.”
Bibir mungil itu mencebik. “Kanibal.”
Lagi-lagi hanya dibalas dengan kekehan halus yang begitu dia sadari membuat gadis dalam pangkuannya terpaku meski sesaat. “Aku tahu aku tampan. Besok mau jalan-jalan atau dirumah saja?”
“Kalau tidak lelah mungkin aku akan setuju untuk jalan-jalan.” Entah sejak kapan kedua tangannya sudah melingkari leher Hyukjae. Memainkan jari-jarinya yang geli terkena rambut pendeknya.
“Okey. Besok aku free tapi Senin siang aku akan langsung terbang. Maaf harus meninggalkanmu lagi.” wajah yang masih merona itu ditangkup. Disentuh dengan hati-hati. Sebelum matanya jatuh pada bibir ranum yang sejak tadi menggodanya untuk dikecup. Ibu jarinya berhenti, mengusap bibir bawah itu. Lalu, matanya lurus menatap Nara. “Kau bisa menghindar jika kau tidak menginginkannya.”
Suara yang mulai memberat itu menerobos pendengaran Nara. Sarafnya seolah macet ketika Hyukjae mulai mendekat tanpa menutup mata. Masih menatap lurus ke dalam netranya. Hingga kedua belah bibir itu bertemu.
Nara spontan menutup mata. Meremat kedua bahu Hyukjae pelan saat bibirnya disesap lembut. Bisa dia rasakan saat tengkuknya ditarik perlahan untuk memperdalam ciuman. Atau pinggulnya yang semakin erat dalam dekapan. Ciuman Hyukjae masih selembut dan membuatnya mabuk seperti biasa. Sensari kenyal dan lembab serta aroma mint milik pria yang sudah resmi menjadi suaminya beberapa jam lalu memang tidak pernah membuatnya kecewa. Sebaliknya, membuatnya ingin dan ingin lebih dari sebelumnya.
Decapan terdengar saat ciuman itu berhenti. Hyukjae mengusap sudut bibir Nara yang basah oleh saliva. Mengecup lembut sekali lagi sebelum tersenyum kalem. “Kau belajar cepat.”
Pujian itu tidak begitu ditanggapi Nara. Gadis itu memilih untuk menunduk dalam untuk menyembunyikan wajahnya yang semakin memerah. Sungguh, ini memalkukan! Tapi, dia ingin lagi. Uh, kenapa bibir Hyukjae enak sekali? Seperti pudding strawberry kesukaannya. Kenyal, manis, basah. Pokoknya Nara suka.
“Berhenti bersikap menggemaskan. Aku bisa kelepasan nanti.” Hyukjae menjepit hidung istrinya gemas, sedang yang dijahili hanya memekik dan menepis tangan besar yang mencubit hidungnya. Bibir Nara membuatnya ketagihan, apalagi tadi dia mendapat balasan. Meski masih sedikit kaku, tapi Hyukjae akui Nara memang cepat belajar. “Sekarang istirahat, kau pasti sangat lelah.”
Nara mengangguk. Tanpa menjawab dia berjalan ke tempat tidur dan melilit tubuhnya dengan selimut sampai sebatas dada. Hyukjae mengusak lembut rambutnya, mengecup keningnya sedikit lebih lama sebelum beranjak. Namun, niatnya urung ketika Nara menahan lengannya. Membuatnya menatap penuh tanya.
“Itu..” kalau boleh jujur Nara ingin kembali berciuman sebagai pengantar tidur. Tapi setelah dipikirkan dia malu sendiri. Nanti Hyukjae akan berpikir yang tidak-tidak jika dia duluan yang meminta. Jadi alih-alih jujur, Nara justru menggeleng lalu tersenyum. “Selamat malam, Lee.”
Hyukjae tersenyum. Kembali merunduk untuk mengecup kening istrinya sekali lagi. “Malam, Sayang.”
Fin!
Sudah ingat? Haha
Ini cerita seorang pria berusia nyaris kepala tiga yang menikahi gadis SMA yg belum genap usia 17nya.
Iya, kisah Cinta beda 12 tahun yang bikin saya gemes dan gondok karena sedikit out of character.
Ini sebenernya hampir ending ya, tinggal ditambal sedikit, tapi saya masih males haha maafkan!
Oke, welcome April. Suami tambah tua tapi makin ganteng saja.
Happy sunday! Have a great day!
KAMU SEDANG MEMBACA
C A T C H Y
Historia Cortasekumpulan tulisan tentang mereka yang berbaur dalam rasa... O N E S H O O T D R A B L E