Special Project
👼👼👼"Selamat pagi?" sapa pria itu, tersenyum saat mendapati wajah mengantuk si pemilik apartemen. Tentu saja, siapa suruh datang sepagi ini pada hari libur? Apalagi sahabatnya ini bukanlah tipe morning person.
"Kenapa pagi sekali? Kau tidak punya pekerjaan lain selain menggangguku?"
"Pekerjaan utamaku 'kan mengganggumu, Nona." bibirnya tersenyum lebar. Kakinya mengekor mengikuti gadis itu masuk lebih dalam. Meletakkan barang bawaannya di atas konter dapur.
"Kau benar-benar akan memasak?" Park Nara, seorang author salah satu novel romansa yang hidup tanpa pengetahuan tentang dapur. Ini buruk bagi seorang gadis, tapi dia tidak peduli. Bahkan menyambut Hyukjae dengan kaus longgar lusuh, celana olah raga selutut, serta rambut berantakan seperti singa sama sekali tidak mengganggunya.
Ah, sahabatnya sejak kecil -Lee Hyukjae- memang semalam mengatakan akan datang dan memasak agar mereka bisa sarapan bersama. Dia kira pria itu hanya membual. Ternyata sungguhan. Dan, sepertinya Hyukjae nyaris seperti pekerja rumah tangga yang datang dua hari sekali untuk merusuhnya. Ditambah kunjungan weekend sekedar untuk bersantai bersama. Nara baru sadar akan hal itu.
"Mandi, Ra~ya. Berhentilah menjadi gadis pemalas, astaga!" Hyukjae sudah berkacak pinggang setelah membelitkan apron hitam dipinggulnya serta lengan baju di gulung sampai siku.
Nah, kalau Nara boleh jujur, sahabatnya ini memang nyaris mendekati sempurna. Tinggi, memiliki badan yang bagus dengan bisep, kulit bersih, bisa memasak, sudah mapan dan tampan. Seandainya saja sahabatnya itu memiliki pendamping atau setidaknya pacar maka hidupnya sebagai seorang pria matang bisa dikatakan sempurna.
"Kenapa sih kau itu hobi sekali mengurusi kehidupanku? Maksudku, aku tahu kita bersahabat, tapi soal mandi atau pun sifatku yang malas apa perlu kau komentari juga? Dari pada kau mengurusi gadis pemalas sepertiku bukankah lebih baik jika kau pergi keluar mencari pasangan?" Nara mengelap bibir basahnya karena sisa air mineral yang dia tenggak barusan.
Hyukjae sendiri lebih memilih bersikap biasa saja. Dia mulai menyiapkan semua bahan makanan yang akan dimasak. "Jika bukan aku yang mengomel dan mengingatkanmu lalu siapa? Kau memiliki teman dekat selain aku? Yang bisa mengurusmu lebih baik dariku? Atau setidaknya berbaik hati untuk mengingatkanmu untuk mandi dan makan? Kalau ada yang rela melakukan hal itu lebih tulus dariku maka aku akan berhenti."
Satu alis Nara terangkat. Benar juga apa yang dikatakan Hyukjae. Dia tidak terlalu peduli dengan manusia lain. Terlalu abai dengan segala sesuatu. Lebih ceroboh dari anak TK. Bahkan dia lebih memilih mengurung diri di apartemen untuk menulis dari pada berbelanja atau melakukan perawatan tubuh. Dia sendiri heran kenapa kehidupannya terlalu monoton dan terpusat pada itu-itu saja. Padahal dia selalu memiliki karakter berwarna untuk semua karaker dalam karyanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
C A T C H Y
Short Storysekumpulan tulisan tentang mereka yang berbaur dalam rasa... O N E S H O O T D R A B L E