Feel Sorry

300 47 5
                                    


"Aaarrgghh!!" Nara membungkam mulutnya yang berteriak dengan bantal. Sialan!! Apa ini?? Lama tidak terlihat Eunhyuk muncul dengan segala pesonanya.

Jarinya bergerak dengan cekatan, menyimpan foto-foto Eunhyuk yang beredar di twitter. Matanya berbinar, nyaris menangis karena kelewat senang. Bibirnya berkomat-kamit, menggumamkan sumpah serapah atau pujian untuk idolanya. Dia heran, kenapa Eunhyuk bisa setampan itu dimatanya? Padahal pria itu tidak melakukan apapun. Hal yang membuatnya salah fokus adalah jarinya. Yah, bagian itu salah satu bagian yang begitu dia cintai dari Eunhyuk selain enam kotak di perutnya.

"Nara~ya!"

"Ya?"

"Ada tamu untukmu." Cheonsa bicara dari ambang pintu dengan kepala menyembul.

"Usir saja. Aku sibuk." Nara menjawab tanpa mengangkat wajahnya yang masih fokus dengan layar ponsel.

"Kau yakin akan mengusirnya? Dia tamu yang kau tunggu."

"Aku tidak merasa memiliki janji dengan siapapun. Pergilah, aku sibuk!"

Cheonsa mengedikkan bahu. Dia menutup pintu kemudian turun ke lantai satu. "Pulanglah, dia sibuk."

Kening Hyukjae mengerut. "Apa maksudmu?"

"Dia bilang dia tidak memiliki janji dengan siapapun dan dia sibuk. Dia menyuruhku mengusir tamu yang ingin bertemu dengannya."

"Aku ke atas. Siwon mengirim pesan jika lima belas menit lagi dia sampai."

Hyukjae tergesa menaiki tangga. Dia mengetuk pintu dua kali lalu masuk tanpa dipersilahkan. Matanya menangkap Nara yang sedang tidur terlentang sedang memainkan ponsel.

"Eonni, sudah kubilang jangan mengangguku. Aku sibuk. Eonni sudah mengusirnya?"

"Sibuk apa kau sampai harus mengusirku?"

Nara mengaduh saat ponselnya jatuh tepat diwajahnya. Dia mendongak, tubuhnya buru-buru menegak, duduk menghadap Hyukjae. "Kau?"

Mata Hyukjae memicing. Pria itu mendekat lalu dengan sigap merampas ponsel Nara. Dengusan kasarnya lepas, jadi dia lagi? "Ini yang kau sebut sibuk sampai tidak mau menemuiku?"

Nara tergagap. "Bukan begitu. Itu.. Aku.. Aku tidak tahu jika yang datang itu kau. Jadi-"

Hyukjae melemparkan ponsel yang dia pegang pada Nara yang ditangkap sigap oleh pemiliknya. Dia kesal. Sangat kesal. Tubuhnya berbalik, moodnya rusak. Nara keterlaluan.

"Kau mau kemana?" Nara bertanya cepat, tubuhnya sudah berdiri. Menatap waspada pada punggung Hyukjae.

"Pulang." jawab Hyukjae pendek sambil membuka pintu tanpa menoleh.

"Aishh!!!" Nara meninggalkan ponselnya begitu saja. Dengan segera menyusul Hyukjae. Dia lupa jika malam ini pria itu akan datang. "Lee, tunggu!"

Hyukjae tidak menunduk atau sekedar menoleh untuk menatap Nara saat gadis itu berhasil mencegahnya. "Lanjutkan kegiatan stalking-mu. Bukankah tadi kau mengusirku?"

Nada sinis itu diabaikan Nara. Dia hanya peduli dengan emosi Hyukjae saat ini. "Lee.."

Hyukjae menarik lengannya yang digenggam Nara. Tidak mau mendengar. Kakinya menuruni tangga, kembali meninggalkan Nara sendirian. Entahlah, kenapa mendadak dia marah setelah beberapa bulan ini sudah bisa menerima karakter khusus kekasihnya.

Nara menggigit bibir bawahnya kuat-kuat. Kedua tangannya mengepal di kedua sisi tubuh. Kenapa Hyukjae harus marah? Dia -entah bagaimana- mulai tidak suka jika Hyukjae marah atau mengabaikannya. Bahkan jika itu hal sepele.

C A T C H YTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang