HIS BACK

229 37 4
                                    

Sepintas cerita lama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sepintas cerita lama. Tentang mereka yang ragu akan rasa.

Happy reading ~

Gadis itu masih betah berdiri di tempatnya, beberapa meter dari seseorang yang sedang membelakanginya menghadap jendela. Hanya dengan kaus putih polos yang memperlihatkan siluet tubuhnya dan ripped jeans selutut. Gadis itu hanya menatap punggung pria itu, menikmatinya. Disetiap detiknya, dari bentuk dan wujudnya. Dia ingin mengingatnya betapa dia sangat menyukai setiap jengkal tubuh pria itu.

“Jangan berbalik!” ujar Nara cepat saat Hyukjae akan berbalik.

“Kenapa?” tanya pria itu, mengabaikan permintaan Nara dan justru menghadap penuh pada gadis tersebut. Matanya menatap raut Nara yang tidak terbaca. Gadis itu hanya diam dan menatapnya.

“Berbalik.”

“Kenapa?” tanya Hyukjae semakin tidak mengerti.

“Bisakah kau tidak bertanya?”

Hyukjae hanya mengedikkan bahunya santai. Kembali membelakangi Nara, menatap langit sore yang mulai menggelap.

“Lee..” panggil Nara ragu.

“Hmm..?”

“Apa kau akan mengenaliku jika aku tersesat diantara kerumunan orang?”

Dahi Hyukjae mengerut. “Kenapa tiba-tiba kau bertanya seperti itu?”

“Jawab saja.” Nara masih menatap punggung itu tanpa melepas fokus dengan pembicaraan mereka.

“Itu bukan perkara sulit.” jawab Hyukjae santai namun serius.

“Kau yakin? Bagaimana caranya?” kakinya tertahan untuk mendekat.

“Karena aku mengenalmu. Aku hafal dengan siluet tubuh mungil yang selalu membuatku rindu. Tubuh kecil yang terlihat kuat tapi sebenarnya ringkih,” Hyukjae tersenyum tanpa sepengetahuan Nara, “karena aku sudah terlalu mengenalmu sampai aku tidak sempat untuk mengingat siluet tubuh yang lain. Kau.. aku mengenalmu lebih dari yang kau tahu.”

“Jika suatu saat aku menghilang dan kau ternyata salah mengenali orang, bagaimana kau akan menjelaskannya?”

“Aku pasti akan menemukanmu. Kau bukan sesuatu yang sulit untuk kutemukan. Rambutmu yang selalu tergulung. Kau yang selalu memiliki gayamu sendiri. Kau yang selalu tampak mencolok diantara kerumunan orang-orang itu, dan kau yang selalu membuatku ingin memelukmu.” Diujung kalimatnya Hyukjae kembali tersenyum. Pria itu menunduk, seolah dia sedang ditatap banyak orang.

“Apa kau mengenaliku hanya secara fisik?”

“Tidak.” Hyukjae menggeleng. Menerawang langit yang sudah menggelap. “Aku mengenalmu dengan hatiku. Karena keberadaanmu selalu membuatnya bergetar dan merasakan sesuatu yang aneh namun menyenangkan.”

Nara memutuskan untuk maju selangkah. Meski dia tidak mengerti dengan kalimat yang Hyukjae ucapkan, namun hatinya begitu senang mendengarnya. Dia terharu.

“Jadi, apa aku sekarang sudah boleh bertanya?” kini giliran Hyukjae yang bertanya. Masih membelakangi Nara.

“Ya,”

“Kenapa kau tiba-tiba bersikap aneh seperti ini? Maksudku kenapa kau menyuruhku berbalik?”

“Karena aku.. menyukai punggungmu.”

Tawa Hyukjae nyaris menyembur. “Hey, kau menyukai semua yang kumiliki ya?”

“Tidak boleh?”

“Aku tidak pernah melarangnya selama itu kau.”

Hening sesaat sebelum akhirnya Hyukjae kembali bertanya. “Apa ada alasan untuk yang satu ini?”

Nara menatap punggung itu lebih seksama. “Ya.. mungkin. Aku tidak tahu pasti.”

“Bagaimana bisa?”

“Aku hanya ingin belajar mengenal punggung itu. Punggung lebar yang sekarang sedang kutatap. Seperti yang aku tanyakan tadi, dan kemudian pertanyaan itu kutujukkan pada diriku sendiri, “bagaimana jika aku kehilanganmu di tengah kerumunan orang asing yang tidak kukenal?”, aku masih belum yakin dengan jawabanku.” Nara maju selangkah lagi.

“Jadi hanya itu?”

Nara berkedip pelan. Mengukir nama Hyukjae diudara dengan punggung pria tersebut sebagai background-nya.

“Aku ingin mengenalnya. Mengingatnya disetiap jengkal. Mengingat bentuknya. Mengingat segala hal yang pernah punggung itu berikan. Bahwa punggung itu yang selalu menjadi tempatku kembali bersandar ketika aku jatuh selain dada dan pelukan itu. Bahwa punggung itu adalah wujudmu dari sisi belakang. Bahwa aku ingin mengenalimu tanpa harus menatap wajahmu. Hanya mengandalkan pergerakanmu, siluetmu, dan.. naluriku dalam mengenali punggung kesayanganku.” Nara mendekat beberapa langkah. Berdiri tepat di belakang Hyukjae yang berdiri menjulang di depannya.

“Apa itu berarti.. aku memang mulai berharga bagimu?” tanya Hyukjae sambil menatap bayangannya yang menutupi tubuh mungil gadis itu di jendela kaca besar yang menampakkan pemandangan sekitar.

Nara menunduk. Hatinya bergetar, begitu juga jantungnya. “Aku berharap.. ya. Karena biasanya aku akan sangat menghargai sesuatu yang sudah kusayangi dan menjadi milikku meski aku sendiri tidak yakin jika kau menganggap seperti itu juga.” telunjuk Nara terangkat. Menyusur kaus yang membungkus punggung favoritnya. Menatapnya polos.

“I’m yours,” sahut Hyukjae mantap. “and.. you’re mine.”

Kedua tangan Nara menyelusup diatara tangan Hyukjae yang menjuntai dikedua sisi tubuhnya. Melingkar sempurnya di sekeliling perut dan pinggang pria itu. Menempelkan sebagian wajahnya di punggung lebar itu. Memejamkan matanya. Bernapas pelan saat merasakan tangannya di genggam ringan oleh jari-jari panjang yang juga di favoritkannya. Dan saat itu dia tahu jika dia sudah mengetahui jawabannya. Punggung milik pria itu. Dia.. mengingatnya.

“Aku.. mengenalnya.”

Fin!

C A T C H YTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang