4. Thing

7.6K 810 71
                                    

Seokjin sesekali tersenyum saat memperhatikan Jimin yang kadang menggerutu karena cepretan foto yang ia ambil hasilnya kurang memuaskan. Mereka di halaman belakang, omong-omong. Seokjin duduk santai dengan segelas teh di atas meja yang ada disamping tempat ia duduk, sedangkan tangannya tengah memegang sebuah koran.

Pemuda itu membuka koran dan mulai membaca berita yang ada didalamnya. Tapi seketika moodnya berubah setelah membaca sebuah berita yang ada di koran itu.


Park Company saat ini membuka cabang baru di Amerika yang akan..


Benar-benar. Seokjin tidak habis pikir dengan apa saja yang pimpinan perusahaan itu inginkan.

Hei tuan muda Park, tidak sadarkah kau bahwa mereka adalah orang tuamu?

Ya, seharusnya Seokjin belajar untuk menjadi penerus perusahaan tapi dia malah berakhir dengan pisau bedah di ruang operasi. Itu bukan keinginan Seokjin. Pemuda itu tidak ingin berurusan dengan tumpukan dokumen dan mengadiri rapat dimana-mana. Dan lagi, Jimin juga menjadi alasan mengapa ia tidak ingin mengikuti keinginan orang tuanya.

Beda lagi dengan Yoongi. Orang tua mereka malah tidak pernah membujuk Yoongi setelah mereka gagal membujuk Seokjin. Park Yoongi terlalu keras kepala dan tidak ingin di kekang. Pemuda itu penuh dengan rahasia yang ia tutupi dengan baik sehingga tidak ada yang tahu, Seokjin sekali pun. Dan orang tua mereka menyerah sebelum mencoba untuk membujuknya.

Jadilah sekarang tetap mereka yang menangani perusahaan dan Seokjin heran mengapa orang tuanya sangat gila pekerjaan sampai melupakan




"Hyung! Lihat! Aku berhasil mengambil gambar kupu-kupu!"





Jimin.

Apapun itu, tapi bisakah mereka mengingat bahwa adiknya ini sakit?

Percayalah bahwa terakhir kali Jimin bertemu dengan kedua orang tua mereka adalah sekitar dua tahun yang lalu.


Seokjin tersenyum agak sendu kearah Jimin.

"Ne. Itu sangat cantik." Jimin terkikik lalu kembali berlari kecil ke taman yang ada dibelakang rumah.

Seokjin menyesap teh-nya, berharap bisa sedikit meringankan pikirannya yang selalu terasa berat bila mengingat orang tuanya.

Tepukan dibahunya membuat Seokjin menoleh dan mendapati Hoseok berdiri disampingnya dengan ponsel bergetar ditangannya.

"Hyung, ponselmu berdering dari tadi." Hoseok menyerahkan ponsel itu dan Seokjin memutar bola matanya malas saat melihat siapa yang menelepon.

"Apa lagi?" Katanya sedikit jengkel.

"Hehe.. Maaf menggangu liburanmu dokter. Tapi kami membutuhkanmu saat ini. Ada pasien luka tusuk dan dokter lainnya sedang menjalankan operasinya masing-masing. Jadi bisakah kau tangani?"

Seokjin menghela napas. Hancur sudah rencananya untuk menemani Jimin seharian.

"Baiklah. Aku akan berada disana dalam 20 menit." Seokjin bangkit lalu memberi kode kepada Hoseok. Hoseok mengerti. Pemuda itu berjalan mendekati Jimin sedangkan Seokjin mulai berjalan memasuki rumah.



"Cepatlah dokter. Ada banyak polisi disini."

Langkah Seokjin terhenti. Polisi?

"Polisi?"

"Ya. Pasien merupakan seorang detektif. Itu loh, detektif yang terkenal itu, siapa namanya.."



Deg




Lost Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang