Yoongi diam saja.
Sejak awal ia datang, sampai pada detik ini, Yoongi hanya diam sambil menatap kosong pada pusara yang ada dihadapannya saat ini.
Langit sudah berwarna jingga, tandanya hari sudah mulai malam. Yoongi sudah berada disana bahkan sejak matahari masih berada tepat diatas kepala.
Pemuda itu masih terlihat pucat, ia belum sepenuhnya sehat tapi malah datang ke tempat ini. Jika Yoongi ketahuan datang kemari, pasti ia tidak akan diijinkan untuk keluar dari rumah selama satu bulan.
Yoongi ingat, sekitar dua tahun yang lalu adalah saat terakhir kali ia datang untuk berkunjung. Dulu ia merasa benar-benar dibodohi. Yoongi hanya tersenyum miris. Matanya berair.
Tangan kanannya terangkat dan mengusap batu nisan itu.
Park Jungil
Itu terukir disana.
Suasana disana sepi, tapi Yoongi tetap menundukkan kepalanya. Menangis dalam diam. Rasanya sangat menyesakkan bila mengingat semua yang telah ia lalui. Perasaan bersalah selalu memenuhi dadanya sehingga membuat seorang Park Yoongi menjadi pemuda yang cengeng.
Aku kakak yang buruk.
"Hyung.."
Yoongi mendongak dan menoleh ke samping, tidak sadar kalau sudah ada seseorang yang selamanya akan Yoongi anggap sebagai anak kecil, telah ikut berjongkok disampingnya.
"Kenapa kau kesini lagi? Kau masih tidak bisa melupakannya? Itu semua sudah berlalu hyung.." Anak itu menghapus air mata Yoongi, lalu tersenyum menggemaskan. Ahh, perasaan Yoongi jadi lebih baik.
Yoongi ikut tersenyum lalu mengacak rambut anak itu. Tertawa kecil saat anak itu merengut sambil merapikan kembali rambutnya.
"Hyung, jangan nangis lagi ya.. Sekarang ayo kita pulang. Eomma mencarimu hyung." Anak itu menarik Yoongi untuk bangkit. Yoongi menurut saja.
"Jungil, sampai jumpa lagi ya.."
Yoongi tertawa mendengarnya, itu terasa aneh.
"Hei, jangan lari-lari. Nanti jatuh." Yoongi memberi nasihat saat anak yang berjalan lebih dulu darinya itu mulai berlari sambil tertawa-tawa dan menyuruh Yoongi untuk mengejarnya.
"Hyung! Ayo kejar!" Anak itu tiba-tiba menunjukkan benda yang ada ditangannya. Yoongi melongo, bagaimana bisa anak itu mengambil handphonenya? Lalu mengapa Yoongi tidak menyadarinya?
"Awas kau anak nakal!" Yoongi mengejar anak itu, tertawa bersama saat ia menangkap anak itu dan mereka jatuh terbaring diatas rumput.
Ahh, padahal itu masih area pemakaman.
Mereka berdua berusaha mengatur napas, sambil memandang ke arah langit yang berwarna sangat cantik karena sinar senja. Terdiam beberapa saat untuk menikmati angin yang berembus menerbangkan anak rambut.
Suasana hening seperti ini, justru membuat Yoongi kembali mengingat tentang segala hal yang telah ia lalui.
"Maafkan hyung, ya.. Hyung bersa--"
"Yoongi hyung dengar,"
Anak itu bangkit untuk duduk, lalu menatap Yoongi dengan serius. Tidak ada lagi binar menggemaskan dimatanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost
FanfictionI'm happy in my sadness. -Jungkook- If there's a chance, i'll catch you. I'm running, it's starting. -Yoongi- If you're not here, I'm just a corpse. So how can i breathe? It hurts. I always cry. -Jimin- If I could turn back time, I want to be the gr...