19. Hmm..

5.4K 625 48
                                    

Park Yoongi duduk sambil melipat kedua tangan didepan dada. Kepala yang sesekali terasa memberat karena kantuk mulai menyerangnya. Oh ayolah tuan muda Park, ini bahkan baru jam 7 malam.

Tapi rasa lelah tentu membuat hal itu tidak mustahil kan? Lagipula, Park Yoongi merasa begitu bosan karena tidak melakukan apapun sejak sejam yang lalu mungkin? Ya, yang ia lakukan hanya duduk memandangi wajah adiknya yang tertidur pulas.

Oh, jangan lupakan bahwa beberapa saat yang lalu ia dipaksa oleh Hoseok untuk menjelaskan apa yang ia maksud saat berada di depan UGD pada waktu sebelumnya. Dan Yoongi menjelaskan semuanya. Sama seperti saat ia memberitahukan fakta itu pada Seokjin. Hoseok? Jelas terkejut, bahkan ia tidak bisa menutup mulutnya selama mendengarkan penjelasan Yoongi.

Dan pemuda Jung itu saat ini sudah pergi entah kemana setelah mendapat panggilan telepon yang Yoongi juga tidak ketahui dari siapa. Tapi apa Yoongi peduli? Tentu tidak.

Ceklek.

Yoongi menolehkan kepalanya saat mendengar pintu terbuka. Untuk beberapa saat ia hanya mengernyit karena tidak ada yang masuk, dan setelahnya ia sedikit membelalak karena terlihat dua orang yang mendorong sebuah ranjang rumah sakit. Itu bukan masalah, yang mengejutkan adalah Seokjin tertidur diatas ranjang itu, lengkap dengan piyama rumah sakit seperti yang digunakan Jimin. Lalu dibelakang ranjang, ada ibunya, Hoseok dan Paman Kim.

"Apa yang terjadi?" Yoongi bertanya dengan kernyitan di dahinya.

"Kata Paman Kim, Seokjin hyung drop. Karena masalah lambungnya." Kata Hoseok pelan saat pemuda itu sudah menempatkan diri disamping Yoongi, sedangkan si nyonya besar sedang berbincang serius dengan Paman Kim.

Yoongi menghela napas mendengarnya. Seokjin memang terlalu keras kepala. Sudah Yoongi bilangin untuk istirahat dirumah saja selama beberapa hari kedepan, tapi dokter muda itu tidak mendengar. Tanggung sendiri akibatnya, batin Yoongi.

Dasar adik durhaka.

Yoongi memilih untuk kembali duduk disamping ranjang Jimin, mengenggam tangan adiknya dan sesekali mengelus tangan mungil itu saat ia mendapati kernyitan didahi sang adik.


"Oh ya tuan muda Yoongi.." Yoongi menoleh saat mendengar namanya disebut oleh Paman Kim. Agak risih sebenarnya. Tapi ia tau itu karena ibunya ada disini, jadi semua orang menjadi lebih formal.

"Bangunkan adikmu. Setidaknya, ia harus makan malam ini.." Lanjut Paman Kim sambil tersenyum, lalu setelahnya ia membungkuk hormat dan pamit keluar. Hoseok menyusul kemudian.

Yoongi langsung menjalankan perintah. Sebenarnya ia tidak tega menganggu istirahat adiknya, namun apa yang dikatakan Paman Kim juga benar.

"Jiminie?" Pemuda itu mengelus pipi Jimin, membangunkannya dengan amat lembut.

"Hey, bangun untuk Yoongi hyung?" Kali ini ia beralih sedikit mencubit hidung Jimin, membuat sang empu mengernyit karena terusik. Yoongi terkekeh melihatnya.


Dan pemandangan itu, tentu tidak luput dari penglihatan sang ibu. Jiyeon tersenyum melihat interaksi kedua putranya itu. Yoongi terlihat sangat berhati-hati dan lembut saat membangunkan Jimin, itu membuat hatinya menghangat. Padahal, Jiyeon sendiri tidak ingat kapan terakhir kali ia membangunkan putra bungsunya itu.

Senyumnya luntur, digantikan dengan tatapan sendu. Ia jadi merasa iri pada Yoongi.

"Yoongi.. boleh eomma yang melakukannya?" Akhirnya, setelah beberapa saat mengumpulkan keberanian, ia menyentuh pundak Yoongi. Membuat pemuda itu berbalik, dengan tatapan dingin tentu saja.

Lost Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang