Park Yoongi saat ini sedang duduk dengan wajah yang super datar. Ia kesal. Lelah. Mengantuk. Ingin tidur. Tapi terkutuklah pemuda di hadapannya yang mengajak bertemu saat jam di rumahnya tadi menunjukkan pukul 10 malam. Belum terlalu larut sih. Tapi besok adalah hari libur yang jarang Yoongi dapatkan dan selalu ia habiskan dengan hibernasi--yang seharusnya sudah dimulai dari sekarang. Dan pemuda di hadapannya, menggagalkan semua itu.
Lagipula untuk apa bertemu sih? Sudah pernah di bilang bahwa mereka baru bertemu sekali seumur hidup? Dan komunikasi terakhir hanya melalui telepon sekitar dua minggu yang lalu? Dan sekarang pemuda di hadapannya ini terlihat begitu.. Emm, bersemangat?
Karena sudah semakin menggantuk, dan pemuda itu belum berbicara sejak tadi, jadi Yoongi memutuskan untuk membuka suara terlebih dahulu.
"Kau terlihat semakin jelek sejak dua tahun yang lalu."
Pemuda di hadapannya merengut. Tidak menyangka bahwa pertemuan kedua mereka diawali dengan kata-kata Yoongi yang kelewat pedas. Tapi, pada kenyataannya ia tampan kok!
"Kau tidak pernah berubah hyung.." Pemuda itu berdecak sambil menggelengkan kepalanya dan memyeruput americanonya yang ada di atas meja. Mereka berada di sebuah cafe.
Yoongi menguap sebelum membalas.
"Cepatlah aku perlu tidur. Lagipula untuk apa bertemu sih? Kau ingin memamerkan wajahmu sebelum kita berhenti? Tidak terima kasih." Kata Yoongi sambil ikut menyeruput kopinya.
"Sepertinya kau harus menarik ucapanmu tadi hyung.." Kata pemuda itu sambil tersenyum, terlihat bangga. Itu membuat Yoongi semakin bertanya-tanya tentang apa yang telah terjadi pada pemuda di hadapannya ini.
Apa karena terlalu lama berhadapan dengan layar-layar komputer? Atau karena setiap hari memakai kacamata yang terlihat aneh dan meminum soda di depan meja kerjanya yang terdapat lebih dari 3 monitor? Entahlah.
Ya, walau sudah menghina pemuda ini, Yoongi tetap tidak bisa menggangap remeh kemampuannya di bidang komputer dan segala tetek bengek yang berhubungan dengan meretas sesuatu.
"Kalau begitu cepatlah katakan apa yang akan kau katakan. Aku mau pulang tidur." Kata Yoongi terdengar seperti memelas. Ia merindukam kasurnya.
Pemuda itu bergerak untuk mengambil sesuatu dari tas yang ia bawa. Amplop berwarna cokelat. Ia menyodorkannya ke arah Yoongi.
"Apa ini?" Tanya Yoongi heran. Pemuda itu tersenyum, terlihat sedikit.. sendu?
"Bukalah hyung.."
Tanpa memikirkan ekpresi pemuda itu lagi, ia membuka amplop itu. Cepat-cepat ingin melihatnya dan segera pulang. Pemuda di hadapannya terlihat menunggu reaksi Yoongi. Selama beberapa saat Yoongi hanya terdiam sambil membaca sebuah surat yang ada di tangannya.
"Apa ini? 99.97%? Maksudnya apa?"
Perkataan Yoongi membuat pemuda itu melongo. Ya ampun, ini Park Yoongi yang legendaris itu? Masa membaca sebuah surat saja ia tidak mengerti?!
Sedangkan Yoongi sebenarnya tidak begitu peduli. Ia malas membaca surat yang hampir penuh dengan hal-hal yang menurutnya tidak penting. Jadi ia hanya melihat pada angka yang tertulis paling besar di surat itu.
"Ya ampun, hyung! Jangan bilang kau tidak pernah melihat hasil tes DNA?" Tanya pemuda di hadapannya frustasi.
"Memang tidak."
Pemuda itu kembali menghela napas. Percuma saja memberikan surat itu kepada Yoongi.
"Itu adalah hasil tes DNA anak yang kau beritahukan sekitar dua minggu yang lalu. Ingat kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost
FanfictionI'm happy in my sadness. -Jungkook- If there's a chance, i'll catch you. I'm running, it's starting. -Yoongi- If you're not here, I'm just a corpse. So how can i breathe? It hurts. I always cry. -Jimin- If I could turn back time, I want to be the gr...