"TIDAK!"
Seokjin menoleh saat mendengar suara Yoongi yang menggelegar. Ia tau pasti sesuatu yang buruk telah terjadi. Apalagi suara Yoongi terdengar sangat panik, takut dan putus asa.
"Sepertinya dari ujung koridor ini tuan." Lapor salah satu pengawal yang mengikuti Seokjin. Tanpa membuang waktu, mereka berlari ke asal suara.
"Yoongi! Hey, tenanglah!" Seokjin terkejut melihat Yoongi yang histeris sambil memeluk dan menguncang-guncangkan tubuh Jungkook.
"H-hyung.. Dia, dia tidak bernapas.. B-bagaimana ini.." Yoongi terlihat linglung dan Seokjin bersumpah ia belum pernah melihat Yoongi sekacau ini sebelumnya. Pipi pemuda pucat itu sudah dibasahi air mata, tangannya bergetar begitupun dengan seluruh tubuhnya.
"Oke, tenanglah. Sekarang lepaskan tubuh Jungkook dan biarkan hyung mengobatinya.." Pelan-pelan Seokjin melepaskan tangan Yoongi dari tubuh Jungkook. Lalu ia mengambil sebuah jarum suntik dari dalam kotak medis yang ia bawa.
"Bawa Yoongi keluar, biarkan dia beristirahat." Perintah Seokjin pada pengawal yang ada disekitarnya. Ia bisa melihat Yoongi mulai tenang bahkan hampir tertidur. Seokjin rasa Yoongi sangat terfokus pada Jungkook sehingga saat ia menyuntikkan penenang di lengan atas pemuda itu, Yoongi tidak merasakannya sama sekali.
Setelah Yoongi dibawa keluar, Seokjin kembali fokus pada Jungkook. Keadaannya sudah parah, mungkin sudah masuk ke tahap Hipotermia akut. Setelah Jungkook dipindahkan ke ruangan yang lebih hangat, Seokjin mulai membuka pakaian anak itu. Lalu memasangkan masker oksigen ke wajah Jungkook.
Seokjin bersyukur pengawal-pengawal yang mengikutinya begitu tanggap. Ia tidak tau darimana mereka telah mendapatkan air hangat, handuk dan mantel tebal. Intinya itu sangat membantu.
Seokjin meletakkan handuk hangat di leher dan dada Jungkook, mengompresnya beberapa saat lalu setelah itu memasangkangkan mantel tebal ke tubuh Jungkook. Ia menoleh pada para pengawal yang berdiri dibelakangnya.
"Kita ke rumah sakit."
.
.
.
.
.
.
"Tenanglah, mereka akan baik-baik saja." Seokjung membujuk Jiyeon untuk tenang. Wanita itu terus menangis bahkan sejak Seokjung memberitahu bahwa ia sedang berada di rumah sakit untuk menunggui Jimin dan Taehyung yang masih ditangani.
"Bagaimana aku bisa tenang?! Mereka tidak baik-baik saja, Jungie.." Jiyeon kembali menangis. Seokjung hanya bisa menghela napas, wanita memang merepotkan. Ia tau Jiyeon pasti sangat menyayangi kedua bayi-bayinya. Entah sejak kapan wanita itu menganggap Taehyung sebagai anaknya juga.
Jiyeon tetap seperti itu di menit-menit berikutnya. Sampai pintu UGD di samping mereka terbuka dan menampilkan sebuah tim yang terdiri dari dokter-dokter terbaik yang ada di Korea.
"Bagaimana keadaan mereka?" Tanya Jiyeon langsung. Dokter yang berdiri paling depan, menghela napas.
"Keadaan tuan muda Jimin sudah mulai stabil, tapi dia tidak akan sadar sampai besok pagi. Sedangkan tuan Kim Taehyung berada dalam tahap kritis. Keadaan paru-parunya memburuk dan ada beberapa tulang yang patah." Jelas sang dokter. Mendengar itu, Jiyeon dan Seokjung tidak bisa merasa lega begitu saja. Jimin pergi dengan Taehyung, jadi Taehyung juga merupakan tanggung jawab mereka.
"Jadi apa yang akan kalian lakukan?" Tanya Seokjung, terdengar tegas.
"Kami sedang mengupayakan pendonor paru-paru, tuan." Seorang dokter yang merupakan spesialis paru-paru menjawab.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost
FanfictionI'm happy in my sadness. -Jungkook- If there's a chance, i'll catch you. I'm running, it's starting. -Yoongi- If you're not here, I'm just a corpse. So how can i breathe? It hurts. I always cry. -Jimin- If I could turn back time, I want to be the gr...