Jungkook ingat, ayahnya langsung memeluknya dengan begitu erat saat ia berkata bahwa ia merindukan pria itu. Jungkook ingat ayahnya menangis tersedu-sedu sambil meminta maaf, pria itu juga menghujani wajah Jungkook dengan kecupan dan berkata bahwa ia sangat merindukan Jungkook, putra bungsunya.
Setelah itu, mereka bicara baik-baik. Yoongi meminta ayah mereka untuk tidak langsung memberitahukan hal ini pada Jimin. Seokjung mengerti, ia tau apa yang bisa terjadi pada anak itu bila mengetahui hal ini.
Yoongi berkata sebaiknya mereka pulang dan berbicara lebih lanjut bersama ibu mereka. Supaya tidak menjelaskan berulang kali, katanya. Yoongi juga tau kalau Jimin sedang tidak di rumah, maka itu adalah kesempatan yang bagus.
Jadi mereka pergi dari kantor itu pada pukul setengah empat sore. Seokjung bahkan meninggalkan semua pekerjaannya, ia tidak peduli lagi. Putra bungsunya lebih penting.
Saat sampai di rumah mewah keluarga Park, Jiyeon menyambut mereka. Seokjung terus tersenyum sambil merangkul Jungkook, tentu itu adalah hal yang aneh bagi Jiyeon. Ia ingat suaminya belum pernah bertemu dengan Jungkook sebelumnya, sedangkan ia pernah bertemu dengan Jungkook saat Jimin dirawat dieumah sakit.
Yoongi tau kebingungan yang ibunya rasakan, maka ia menuntun wanita itu ke ruang keluarga, bersama dengan Seokjung dan Jungkook yang menyusul dibelakang. Pria paruh baya itu sama sekali tidak ingin berjauhan dengan putra bungsunya lagi, maka ia selalu menempelinya.
"Jadi eomma, Jungkook ini sebenarnya Jungil. Park Jungil, anak eomma."
Yoongi mengatakan itu dengan hati-hati, tidak seperti saat ia memberitahu ayahnya tadi. Karena Yoongi tau apa yang mungkin akan terjadi pada ibunya setelah ia memberitahu hal ini.
Benar saja, Jiyeon hampir jatuh tidak sadarkan diri. Wanita itu terlalu terkejut, Seokjin yang sedang ada dirumah saat itu, kebetulan melintas. Ia terkejut, apalagi ada Jungkook disana. Tapi mendapat kode dari Yoongi, Seokjin jadi memahami situasinya. Pertama-tama ia menyuruh ibu mereka untuk tenang, bisa-bisa wanita itu drop hanya karena mendengar semua ini. Seokjung beralih dan ikut menenangkan istrinya. Berkata bahwa apa yang Yoongi katakan merupakan sebuah kebenaran.
Jiyeon menangis, wanita itu beringsut dan memeluk Jungkook erat-erat, mengecupi wajahnya dan berkata bahwa ia sangat merindukan Jungkook, sama seperti yang Seokjung lakukan. Saat bertemu ayahnya, Jungkook mungkin masih bisa mengendalikan diri. Tapi saat melihat ibunya menangis terisak, ia tidak kuat. Jungkook menangis dan berakhir hampir kehilangan nafasnya, lagi.
"Jadi, bisa jelaskan mengapa ia menjadi seperti ini?"
Seokjung membuka pembicaraan setelah mereka melewati saat dimana Jungkook colapse. Saat ini mereka sudah ada di kamar Jungil, si pemilik kamar sedang tidur dengan masker oksigen yang menutupi sebagian besar wajahnya. Jiyeon berbaring disamping anak itu, memeluknya dan menatap wajahnya dengan pandangan rindu, sesekali air matanya jatuh. Yoongi ikut berbaring disisi Jungkook yang lain, sementara Seokjung dan Seokjin duduk disofa yang tidak begitu jauh dari ranjang.
"Trauma, appa. Dulu Jungkook pernah disiksa, ia juga melompat dari jembatan dan tenggelam di sungai, lalu terkena hipotermia. Tentu saja keadaan paru-parunya tidak seperti orang normal lagi. Bila trauma kambuh juga bisa menyebabkan sesak nafas." Jelas Seokjin sambil menghela nafas. Si ayah hanya bisa memandang putra bungsunya yang sedang tidur itu dengan pandangan sendu.
"Lihat ini, appa, eomma.." Yoongi mengangkat sedikit piyama yang sudah Jungkook kenakan, luka-luka itu terpampang dengan jelas. Membuat air mata Jiyeon kembali jatuh melihatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost
FanfictionI'm happy in my sadness. -Jungkook- If there's a chance, i'll catch you. I'm running, it's starting. -Yoongi- If you're not here, I'm just a corpse. So how can i breathe? It hurts. I always cry. -Jimin- If I could turn back time, I want to be the gr...