Sudah satu jam, Park Yoongi hanya duduk di tepi ranjang, dan mengelus punggung tangan Jimin yang sedang tertidur nyenyak. Memperhatikan wajah adiknya yang tertidur dengan tenang, seolah beberapa jam yang lalu sama sekali tidak ada hal buruk yang terjadi. Wajahnya terlihat begitu menggemaskan walau sedang tertidur, dan sangat menakutkan beberapa jam yang lalu. Dimana Yoongi melihat di depan mata kepalanya sendiri, wajah Jimin yang berubah pucat, nafas yang tidak teratur, tubuh yang kaku, tangan terkepal kuat, gigi bergemelatuk, dan bahkan hampir keseluruhan dari matanya berwarna putih.
Itu benar-benar menakutkan. Yoongi tentu sudah berkali-kali melihat Jimin seperti itu, tentu dia merasa sedih karena tidak bisa melakukan apapun untuk membantu sang adik. Tapi kali ini rasanya sangat menyakitkan karena dia lah penyebab Jimin kambuh. Yoongi merasa menjadi kakak yang buruk.
"Maafkan hyung, Jiminie.." Yoongi mengelus rambut Jimin dan mengecup keningnya. Setelahnya, ia bangkit lalu memperbaiki posisi selimut Jimin dan berjalan keluar dari kamar itu.
Tujuannya adalah taman belakang, karena saat ia masuk ke kamar Jimin tadi, masih ada Seokjin yang mengurus anak itu. Setelah menyadari keberadaan Yoongi, Seokjin meninggalkan kamar setelah memberi Yoongi pesan dengan suara yang kelewat datar,
'Temui hyung di taman belakang nanti.'
Itu juga menakutkan. Park Seokjin yang seperti itu sangat jarang muncul, saat Yoongi tidak pulang berhari-hari, saat Yoongi pulang dalam keadaan lebam sana-sini, bahkan saat Yoongi ditikam pun Seokjin tidak seperti itu. Dan itu membuat Yoongi sadar bahwa ia benar-benar melakukan kesalahan sehingga Seokjin berlaku sangat dingin seperti ini.
Yoongi dapat melihat Seokjin sedang duduk di kursi santai dengan segelas teh di atas meja yang ada di sampingnya. Walau begitu, Yoongi yakin Seokjin sedang tidak santai. Yoongi pun mendudukkan diri di kursi yang satunya, ditengah-tengah ada meja yang memisahkan mereka berdua.
Yoongi sedikit melirik ke arah Seokjin yang hanya menatap lurus ke depan. Ia semakin merasa bersalah saat melihat sudut bibir Seokjin berwarna keungguan, hasil karyanya tadi pagi di balkon kamar Jimin.
"Maafkan aku hyung.."
Yoongi tau ia bersalah jadi ia yang harus memulai terlebih dahulu. Tapi Seokjin hanya terdiam untuk beberapa saat dan itu membuat Yoongi semakin merasa bersalah dan takut. Takut kehilangan ijin yang sudah Seokjin berikan.
"Hyung--"
"Kau terlalu terburu-buru Yoongi."
Yoongi menunduk, bahkan suara Seokjin saja terdengar sangat tidak bersahabat.
"Maafkan aku.."
Seokjin menghela napas. Ia tau percuma saja bersikap seperti ini. Toh semuanya sudah berlalu dan tidak ada gunanya menyesali apa yang sudah terjadi.
Ekhem, Park Seokjin? Tidak sadarkah kau bahwa itu adalah dirimu selama sepuluh tahun ini?
Seokjin juga mengutuk dirinya sendiri atas pemikirannya itu. Ia tau Yoongi menyesal dan Yoongi mengakuinya langsung. Sementara dirinya? Ia bahkan baru mengakuinya setelah sepuluh tahun. Dasar pengecut, Seokjin memaki dalam hati.
"Jangan lakukan itu lagi. Semuanya perlu waktu, dan kita tidak perlu terburu-buru. Aku akan membantumu, tapi tidak akan bila kau melakukan kesalahan yang sama lagi." Yoongi mengangguk. Merasa lega karena nada suara Seokjin sudah tidak seperti tadi.
"Ingat, bersikap biasa saja bila Jimin bangun nanti. Jangan mengatakan apapun yang berhubungan dengan Jungil. Bicaralah hal-hal yang menyenangkan padanya. Aku harus kembali ke rumah sakit."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost
FanfictionI'm happy in my sadness. -Jungkook- If there's a chance, i'll catch you. I'm running, it's starting. -Yoongi- If you're not here, I'm just a corpse. So how can i breathe? It hurts. I always cry. -Jimin- If I could turn back time, I want to be the gr...