Pria dengan pakaian serba hitamnya itu, menyeret lengan seorang anak kecil yang menangis terisak dibelakangnya. Ketika sudah tiba ditempat yang dirasa pas, ia menghempaskan anak itu sehingga tersungkur dilantai berdebu.
"J-jangan.. hiks.. eomma.." Anak laki-laki itu menyeret tubuhnya untuk mundur saat pria dewasa didepannya semakin mendekat. Ia terus menggelengkan kepala dengan isakan yang terdengar menyedihkan.
Pria berpakaian serba hitam itu menyeringai saat punggung si anak sudah menyentuh tembok, tanda ia tidak bisa mundur lagi. Pria itu berjongkok didepan tubuh kecil yang bergetar itu.
"Kenapa kau menangis hm? Paman tidak melakukan apapun padamu." Ia mengelus pelipis anak itu, yang sudah dialiri darah bercampur keringat. Apa itu bisa dibilang tidak melakukan apapun?
"Hiks, jangan.. a-aku mau pulang ahjussi.. hiks.." Anak itu mengiba dengan suara tangisan yang semakin besar. Dan hal itu membuat si pria dewasa marah.
Maka ia menampar kepala anak itu dengan kekuatan yang tidak main-main, sehingga anak itu kembali membentur lantai dibawahnya. Tak hanya itu, si monster kembali menendang tubuh anak itu, sampai darah keluar dari mulutnya.
"Ampun!.. hiks!.. ampun.." Anak itu meringkukkan tubuhnya, memeluk lututnya ketakutan. Tubuhnya bergetar hebat dan terdapat banyak noda darah dibajunya.
"Semua akan baik-baik saja, nak.. Dan asal kau tau, ada yang menonton kita saat ini.." Bisik pria itu, seringai jahat terpasang diwajahnya saat ia sedikit melirikkan matanya ke samping. Lalu tanpa aba-aba, ia kembali menampar anak laki-laki itu.
"Ampun ahjussi.. hiks.." Tidak ada yang bisa dikatakan oleh si korban selain meminta pengampunan. Walau ia juga tidak tau kesalahan apa yang telah ia perbuat sehingga ia diperlakukan seperti ini.
Anak itu semakin bergetar ketakutan saat pria gila dihadapannya ini mengeluarkan sebuah pisau lipat dari kantung jaket yang digunakkannya. Pria itu memain-mainkan pisaunya didada anak itu, membuat anak itu semakin menangis terisak.
"Jangan takut anak manis, paman hanya ingin mengambil jantungmu.."
"Arggghhh!!"
Yang selanjutnya terjadi, sebaiknya kalian bayangkan sendiri.
.
.
.
.
.
.Kim Taehyung baru mendudukkan bokongnya di sofa ruang tengah dengan handphone ditangan kanan, siap untuk bertempur. Hari ini ia lelah luar biasa. Sudah pernah dibilang bahwa Senin itu menyebalkan, kan? Jadi selama disekolah tadi, mood Taehyung benar-benar buruk. Apalagi Jimin belum masuk ke sekolah, bertambahlah penderitaan Taehyung.
Dalam angan-angannya, ia akan merasa sangat rileks bila sudah bermain game, di tambah apabila nanti Jungkook dan Mingyu pulang membawa ice cream, beuh.. Sangat menyenangkan.
Tapi angan-angan tetaplah angan-angan. Karena di menit selanjutnya, yang ia dapati adalah Jungkook yang berlari masuk ke rumah bak orang kesetanan dan terlihat begitu ketakutan.
"Hei, hei, ada apa ini? Jungkookie tenanglah.." Taehyung mengelus punggung adiknya yang bergetar saat Jungkook sudah berada di pelukannya. Taehyung bisa merasakan tangan Jungkook yang meremas erat bajunya di bagian punggung. Ia juga bisa merasakan nafas adiknya yang sangat berantakan dan terputus-putus. Ini tidak baik.
"Mingyu! Tolong ambilkan obat Jungkook di laci nakas disamping ranjang!" Teriak Taehyung pada Mingyu yang baru datang, anak itu juga terlihat ngos-ngosan karena berlari mengejar Jungkook. Melihat kondisi temannya tidak baik, Mingyu menurut saja. Walau ia belum tau apa yang sebenarnya terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost
FanfictionI'm happy in my sadness. -Jungkook- If there's a chance, i'll catch you. I'm running, it's starting. -Yoongi- If you're not here, I'm just a corpse. So how can i breathe? It hurts. I always cry. -Jimin- If I could turn back time, I want to be the gr...