Kedua bocah itu membelalak. Tidak percaya dengan apa yang sedang mereka lihat saat ini. Walau berjarak cukup jauh, tapi tentu mereka bisa melihatnya dengan jelas.
Salah satu dari mereka berdua segera berlari, menghentikan orang-orang yang ada di depan rumahnya.
"Ayah!"
Anak itu, Kim Mingyu. Ia tidak menyangka akan mendapati hal seperti ini setelah ia melalui hari yang menyenangkan bersama Jungkook dan Yugyeom di sekolah. Setelah dua hari ia berada di rumah Jungkook, ia kembali ke tempat ini. Rumahnya. Tapi bukan hal ini yang ingin ia lihat ketika sampai di pekarangan rumahnya.
Mingyu memeluk tubuh ayahnya. Tidak peduli dengan beberapa orang yang sedang memegang tubuh pria itu. Tidak peduli dengan borgol yang terpasang rapi di tangan ayahnya. Jujur, Mingyu lebih suka bila tangan itu memukul tubuhnya.
"Ayah, jangan pergi.. hiks.." Anak itu menangis. Dua orang polisi yang memegang ayahnya menatapnya prihatin. Bagaimana mungkin anak ini tetap menyayangi orang yang membuat hidupnya menderita.
"Maaf, tapi saudara Kim Minghwan akan di tangkap karena kasus kekerasan terhadap anak dan keterlibatan dalam penjua.."
"Tidak! Jangan, kumohon!" Mingyu melepas pelukannya pada sang ayah, lalu memegang lengan orang yang baru saja berbicara. Ia menangis tersedu, saking sedihnya, sampai tidak menyadari bahwa orang itu adalah seorang yang cukup terkenal.
Yoongi menghela napas. Ia tidak tega, tapi mau bagaimana lagi. Ini sudah menjadi tugasnya. Lagipula, Yoongi memiliki beberapa urusan dengan Kim Minghwan..
"Maafkan aku. Tapi aku berjanji, ayahmu akan selalu baik-baik saja." Kata Yoongi pada akhirnya. Ia sedikit mengelus rambut anak itu, berharap Mingyu dapat tenang.
Mingyu kembali pada ayahnya. Minghwan tersenyum lembut walau pancaran matanya terlihat sendu. Sudah sangat jarang Mingyu melihat ayahnya seperti itu. Biasanya yang ia dapatkan hanyalah tatapan marah dan kemurkaan sang ayah meski ia tidak tau telah membuat kesalahan apa. Tidak terhitung berapa banyak luka yang ia dapat di tubuhnya karena perbuatan pria itu.
Ayahnya adalah satu-satunya keluarga yang Mingyu miliki saat ini. Ia rela menderita daripada harus kehilangan lagi.
Kim Minghwan memeluk tubuh anaknya yang masih bergetar dengan tangis lalu membawa tangannya, mengusap rambut Mingyu lembut dan mencium pucuk kepala anak itu.
"Maafkan ayah, Mingyu. Hiduplah dengan bahagia." Lalu pelukan itu terlepas. Dua orang di sisi tubuhnya membawa ia masuk ke mobil polisi. Meninggalkan Mingyu yang menangis terisak, berusaha menggapainya tapi di tahan oleh pelukan Jungkook.
"Ayah!" Mingyu masih terus memberontak bahkan saat mobil itu mulai menjauh, menangis tersedu-sedu yang membuat Jungkook ikut merasakan kesedihan itu.
"Mingyu, sudah. Ayo kita pulang." Kata Jungkook berusaha menahan tangisan. Saat ini, Mingyu sedang rapuh, dan ia harus menjadi lebih kuat untuk temannya itu.
Mingyu tidak memberontak lagi. Isakannya masih tersisa, tapi ia membiarkan Jungkook menuntun tubuhnya. Meninggalkan rumah kosong itu.
.
.
.
.
.
.Kim Taehyung duduk di samping jendela, melamun sambil memandang langit malam yang penuh dengan bintang. Bulan bersinar diluar sana, tapi tidak dengan dirinya.
Untuk pertama kali dalam hidupnya, Permainan game terasa tidak menarik lagi. Nintendo Switch yang ia idam-idamkan sudah ada diatas meja belajar, tapi belum pernah ia sentuh untuk sekedar memainkannya. Entahlah, mungkin gairahnya dalam bermain game sudah hilang sejak beberapa hari yang lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost
FanfictionI'm happy in my sadness. -Jungkook- If there's a chance, i'll catch you. I'm running, it's starting. -Yoongi- If you're not here, I'm just a corpse. So how can i breathe? It hurts. I always cry. -Jimin- If I could turn back time, I want to be the gr...