"Sekarang kau aman bersama ibu dan kakakmu. Tidak ada lagi yang menyakitimu, Jungkook-ssi."
Seketika kernyitan di dahi Jungkook menghilang. Dirinya menjadi lebih rileks hanya dengan mendengar hal yang baru saja di katakan oleh dokter. Membuatnya benar-benar merasa aman.
Pagi itu, di saat matahari belum muncul sepenuhnya, terlihat seorang wanita berjalan di pinggiran sungai dengan sebuah guci kecil di tangannya. Pakaian hangat membalut tubuh dan juga syal merah melilit di lehernya, membuat ia terlihat cantik. Tapi tidak dengan suasana hatinya.
Wajahnya terlihat lelah dengan kantung mata yang mulai menghitam tapi ia tetap berusaha mengukir senyum. Senyum untuk orang yang ia kasihi.
"Kita sampai Taeil-ah.."
Hyunra berhenti di tempat yang menurutnya tempat yang tepat. Tempat yang datangi setiap tahunnya bersama sang pujaan hati. Tapi, kali ini, ia sendirian.
"Aku melakukannya sesuai permintaanmu kan? Aku melakukannya di sini, di tempat biasanya. Apa kau suka?"
Ia mengelus guci yang ada di tangannya sambil mulai meneteskan air mata. Berharap yang ia genggam adalah telapak tangan orang yang ia kasihi. Tapi itu hanya terjadi sampai tahun lalu.
Tempat ini selalu sama setiap tahunnya. Tempat ia dan sang suami merayakan ulang tahun pernikahan bersama putra kecil mereka. Tapi di tahun ini ia benar-benar sendiri. Sosok yang terkasih sudah pergi untuk selamanya ke dunia yang abadi.
"Aku akan menjaga Taehyung. Jangan khawatir. Berbahagialah di sana, sayang.."
Air matanya jatuh tapi ia tetap tersenyum. Ia harus kuat karena ia masih memiliki seorang putra untuk ia jaga. Putra kecilnya yang tidak bisa merasakan dekapan ayahnya lagi, padahal ia baru berusia 7 tahun.
Rambutnya yang tergerai tertiup pelan oleh angin di awal musim semi yang masih terasa membekukan. Hyunra masih terus meneteskan air matanya. Ia ingin menangis sepuasnya karena tidak mungkin ia menangis di hadapan anaknya. Jadi biarlah ia melampiaskan semua rasa sedih yang ada di hatinya untuk saat ini.
"Aku pulang ya. Taehyungie menungguku. Tunggulah aku di sana. Aku mencintaimu." Hyunra mulai meninggalkan tempatnya. Masih dengan guci berisi abu sang suami di tangannya, ia mulai berjalan pelan di pinggiran sungai sambil sedikit menikmati pemandangan di sana. Berharap hal itu bisa membuat suasana hatinya membaik.
Tapi sesuatu tertangkap di matanya. Hyunra menajamkan penglihatannya. Karena penasaran, ia berjalan mendekati sesuatu itu.
Ketika irisnya sudah dapat menangkap hal apa yang ada beberapa meter di depannya, Hyunra mulai berlari menghampiri sesuatu yang ternyata merupakan seorang anak kecil. Tergeletak begitu saja di pinggir sungai.
"Astaga!! Bangun nak.."
Ia memangku kepala si anak, menepuk pipinya yang sudah terlihat sangat pucat. Keadaan anak itu cukup memprihatikan. Bibir yang membiru, kulit yang sangat pucat, tubuh yang bergetar, serta pakaian yang basah kuyup dengan beberapa yang tempat terdapat bercak darah.
Hyunra tau bahwa anak laki-laki di pangkuannya ini masih hidup, walau nafasnya terasa sangat lemah. Rasanya ia ingin menangis. Orang tua mana yang memperlakukan anaknya seperti ini? Di saat suhu sedingin ini?
Hatinya tentu sakit melihat keadaan bocah lelaki di dekapannya. Ia juga seorang ibu, tentu hatinya terasa hancur bila mendapati seorang anak dengan keadaan seperti ini. Ia tidak bisa membayangkan bila hal seperti ini terjadi pada putra kecilnya di rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost
FanfictionI'm happy in my sadness. -Jungkook- If there's a chance, i'll catch you. I'm running, it's starting. -Yoongi- If you're not here, I'm just a corpse. So how can i breathe? It hurts. I always cry. -Jimin- If I could turn back time, I want to be the gr...