9. Good Things

6.4K 710 99
                                    

Jimin menatap bangungan yang ada di hadapannya dengan penuh binar. Sangat megah, besar dan luas. Ada banyak pohon-pohon, lapangan yang luas, beberapa orang yang sedang bermain basket, ada yang sekedar duduk di bawah pohon, dan ada juga yang sibuk berlalu lalang dengan buku di tangan mereka.

Ini sekolah bung.

Anak itu tidak bisa mendeskripsikan seperti apa keadaan hatinya saat ini. Ia senang, gugup, semuanya bercampur menjadi satu. Akhirnya setelah sekian lama, Jimin kembali menginjakkan kaki ke tempat yang di sebut sekolah.

Siapa yang menyangka bahwa liburan selama tiga minggu kemarin berlalu dengan begitu cepat? Saat ini sudah masuk ke semester yang baru dan Jimin juga mulai bersekolah lagi. Bahkan ia tidak bisa tidur dengan baik semalam karena begitu tidak sabar dan akhirnya hari ini datang juga.

Hoseok dan Seokjin yang yang berdiri di samping kiri dan kanannya hanya bisa mengulum senyum gemas. Astaga, Jimin sepertinya benar-benar takjub dengan kawasan sekolah elit itu. Yang sudah pastinya tidak ia ketahui bahwa masih berada di bawah naungan Park Corp.

Perusahaan keluarganya.

Yang berarti sekolah itu masih bisa dikatakan menjadi milik Jimin.


Well, sudah ku bilang bahwa Park Corp itu perusahaan raksasa? Di bidang otomotif, industri, minyak, kesehatan, bahkan pendidikan pun mereka kuasai. Dan memikirkan semua hal itulah yang membuat Seokjin tidak ingin menggantikan posisi orang tuanya. Bisa-bisa rambutnya jadi lebih cepat beruban dan kulitnya lebih cepat mengeriput. Amit-amit.


"Nah Jiminie, bagaimana kalau kita masuk? Kau tidak mau terlambat kan?"

Anak itu akhirnya sadar dari kekagumannya saat mendengar ajakan Seokjin. Ia mengganguk antusias lalu mulai berjalan masuk dan mencari ruang guru. Hari ini Jimin dan Hoseok sudah menggunakan seragam sekolah layaknya murid-murid yang lain.


Tunggu dulu, Hoseok?



Ya kan sudah di bilang bahwa Hoseok yang akan menjaga Jimin selama di sekolah. Sebenarnya Hoseok seharusnya sudah memasuki dunia perkuliahan, tapi ia sudah tidak bersekolah sejak Junior high school karena lebih sering menjaga dan bermain bersama Jimin di rumahnya. Lagipula Hoseok hanya ikut ke sekolah untuk menjaga Jimin, tidak ada niatan untuk belajar dengan sungguh-sungguh. Hoseok tidak terlalu pandai omong-omong, hehe..



Mereka bertiga berjalan sambil melihat-lihat kawasan sekolah. Tujuan saat ini adalah ruangan guru. Ketiga orang itu cukup banyak menyita perhatian para siswa yang lewat di koridor. Apalagi Jimin. Anak itu sesekali bergumam wahh dengan pandangan takjub yang membuat beberapa siswi yang lewat terkikik dan mengeram gemas.

"Sekarang kalian berdua cari guru wali kelas dulu ya? Hyung akan bertemu dengan kepala sekolah sebentar." Kata Seokjin saat mereka sudah berada di depan pintu ruang guru. Jimin mengganguk cepat lalu menarik Hoseok untuk masuk ke ruang guru itu dengan semangat, membuat Seokjin sedikit terkekeh sambil melanjutkan langkahnya.

Pemuda tampan itu mengetuk beberapa kali pintu di hadapannya lalu membukanya saat mendengar gumaman masuk dari dalam. Seokjin mendapati seorang pria paruh baya yang sedang sibuk dengan berkas yang ada di atas mejanya. Ia berdehem.

"Emm, selamat pagi paman Han? Apa kau sangat sibuk sampai tidak mau menyapaku?" Katanya main-main. Pria paruh baya itu mendongakkan kepalanya dan dengan refleks berdiri saat tahu siapa yang berdiri di balik meja kerjanya saat ini.

"Maafkan saya tuan muda." Katanya sambil membungkuk hormat, membuat Seokjin memutar bola matanya malas.

"Aisshh, jangan seperti ini paman. Panggil Seokjin saja." Katanya terdengar jengah dan itu membuat paman Han sedikit terkekeh.

Lost Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang