Jungwoo bukanlah orang yang bodoh. Ia sudah berpengalaman dalam dunianya sendiri. Jadi, ia tidak bodoh untuk tidak tau bahwa ada yang mengawasinya dari luar ruangan.
"Ck. Kau anak lemah.. Kau ini penggangu sekali. Tapi kau tidak boleh mati. Pingsan saja dulu ya?"
Maka dari itu, Jungwoo memutuskan untuk membuat ini menjadi sedikit lebih cepat.
Ia mengangkat bangku, tersenyum sambil melirik gagang pintu ruangan yang sedang berusaha di buka. Lalu tanpa aba-aba melayangkan kursi itu.
Brakk
Bunyi kursi yang patah dan pintu yang terbuka paksa menggema diruangan itu. Jungwoo tersenyum sinis, berbalik menghadap pada seseorang yang baru masuk.
"Ahh, sepertinya kau tidak terlalu terlambat detektif. Yang penting adikmu tidak terluka kan?" Ia menyeringai melihat orang yang ada di hadapannya terlihat sedikit shock.
Yoongi tidak tau apa yang ia rasakan saat ini. Disana, tubuh Jimin sudah mengejang sepenuhnya. Tapi Taehyung yang sudah tidak sadarkan diri memeluk tubuh Jimin.
Taehyung yang terkena lemparan kursi itu. Yoongi bisa melihat cukup banyak luka yang telah anak itu terima, tapi ia masih mampu untuk bangkit dan melindungi Jimin.
Lemparan tadi juga bukanlah hal yang main-main. Mungkin saja ada bagian dari tulang Taehyung yang patah atau retak.
Melihat pemandangan tragis didepannya, membuat Yoongi seolah tersadar dari rasa shock sesaat yang memenuhi otaknya. Amarah mulai memenuhi kepalanya dan tangannya terasa sangat gatal untuk melobangi kepala pria didepannya ini.
"Siapa kau sebenarnya?" Suara Yoongi terdengar dalam, ia masih sedikit cari aman. Ruangan ini penuh dengan organ-organ tubuh, itu membuat Yoongi yakin bahwa pria didepannya ini bukanlah orang biasa. Pria itu bisa saja melukai Jimin atau Taehyung lebih parah dari ini.
"Aku? Bukan siapa-siapa." Jawab Jungwoo, ia mengeluarkan pisau kecil dari saku jaketnya, tersenyum sambil mengelus pisau itu.
Yoongi terdiam sesaat. Ia merasa mengingat sesuatu.
"Apa kau Kang Jungwoo?" Tanya Yoongi, pria di depannya tertawa sambil bertepuk tangan.
"Wah, wah, kau memang hebat. Dari mana kau tau?"
"Apa mau mu?" Yoongi mengeram, mengarahkan pistol yang ia pegang dalam posisi siaga. Yoongi harus benar-benar bijak untuk saat ini, ia harus sedikit menunggu pasukan ayahnya yang sialnya cukup lama.
"Mau ku? Tidak sulit. Aku cuma mau kalian semua mati. Mudahkan?" Jungwoo menaikkan alisnya, terlihat mengejek.
"Ayahmu itu adalah orang yang buruk. Dia menghancurkan hidupku. Walau sekarang aku sudah memiliki segalanya, tapi ayahmu menghancurkan masa laluku. Sialan." Jungwoo terlihat marah sesaat.
Yoongi rasanya ingin kembali marah pada orang tuanya. Walaupun ia tidak tau apa yang di perbuat ayahnya pada pria ini, tapi intinya ayahnya sudah membuat masalah lagi baginya.
"Oke, kita bicara baik-baik. Tolong biarkan aku membawa adikku dan kita akan membicarakannya baik-baik." Yoongi menurunkan pistolnya. Biar bagaimanapun, saat ini kondisi Jimin dan Taehyung adalah yang terpenting. Yoongi harus menyelamatkan mereka terlebih dahulu.
"Hmm, adikmu yang lemah itu sebenarnya tidak terlalu penting. Ya sudah, kau bawa saja dia." Jungwoo berkata santai, ia mendudukkan diri di kursi yang dekat dengan tubuh Taehyung yang terbaring tidak berdaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost
FanfictionI'm happy in my sadness. -Jungkook- If there's a chance, i'll catch you. I'm running, it's starting. -Yoongi- If you're not here, I'm just a corpse. So how can i breathe? It hurts. I always cry. -Jimin- If I could turn back time, I want to be the gr...