6. Command

2.8K 513 14
                                    

"YA, Ibu?" sapa Chanyeol seraya mengapit ponselnya diantara bahu dan telinga. Kedua tangan pria itu sibuk memutar kemudi agar mobil sport nya dapat berbelok dengan mulus.

Jessica menghela napas lega di seberang telepon. "Ahh.. akhirnya kau mengangkat teleponku, Chanyeol."

"Ada apa?" tanya Chanyeol seraya memindahkan ponselnya ke telinga kanan. "Aku sedang menyetir, Ibu."

"Sepagi ini?" tanya Jessica dengan nada takjub.

Chanyeol mengernyit sebelum menjawab dengan nada ragu. "Emm, ya, sepagi ini."

Hening sejenak. Sesaat kemudian, Jessica berdehem, lalu wanita itu berkata kepada anaknya diiringi nada yang mengintrogasi. "Katakan kepada ibu, Park Chanyeol. Mau kemana kau sepagi ini?!"

Chanyeol melirik jam tangan yang melingkar di tangan kirinya. Jam tersebut menunjukkan jika jarum pendek berada di angka delapan. Pria itu mendengus kesal sebelum menjawab pertanyaan ibunya. "Ibu, jangan berlebihan, ini sudah jam delapan. Jangan bersikap seolah-olah aku menyetir jam dua dini hari."

"Tapi tetap saja!" Jessica bersikukuh dengan pendapatnya sendiri, enggan mengalah kepada Chanyeol yang sudah lelah mendengar omelannya. "Tetap saja ini bukan seperti dirimu. Seorang Park Chanyeol menyetir sendirian tanpa ditemani supir--"

"Aku memang tidak pernah ditemani supir."

"--dan ibu juga mendengar dari Paman Seok kalau kau memakai mobil Marcedez-mu."

Chanyeol mengernyit lalu menyahut dengan nada tidak terima. "Tunggu, memang kenapa kalau aku memakainya? Aku membeli mobil itu dengan uangku sendiri!"

"Tapi kau tidak pernah menyentuhnya sama sekali, Chanyeol! Demi apapun, sebenarnya siapa yang akan kau temui?" beberapa detik kemudian Jessica terdiam. Di seberang sana, Jessica membelalakkan kedua matanya lalu berkata dengan suara nyaring. "Ya Tuhan! Jangan bilang kau berniat menemui wanita itu?! Wanita yang membuatmu terjerumus ke dalam--"

"Hentikan, ibu," ucap Chanyeol dengan cepat, lantas memotong perkataan Jessica yang tadinya amat menggebu-gebu. Chanyeol menghela napas sebelum melanjutkan ucapannya. "Aku tidak berniat menemui wanita itu, jadi tolong berhenti membicarakan tentang dia."

"Hei, wanita itu punya nama, sebutkan namanya dengan tegas, Park Chanyeol."

"Ibuuuu! Ayolah ...," Chanyeol merengek seraya menurunkan kecepatan mobilnya. "Saat ini aku benar-benar tidak ingin mengingat wanita itu lagi, oke?"

Jessica tertawa sinis di seberang sana, beberapa detik kemudian tawa wanita itu terhenti, berganti dengan ucapan yang lagi-lagi sarat akan nada menginterogasi. "Kalau begitu katakan pada ibu! Katakan kau akan menemui siapa?!"

Chanyeol berdehem pelan, pria itu tersenyum penuh arti lalu menjawab, "Aku akan menemui seorang wanita cantik."

"Dan siapakah wanita itu sampai-sampai membuat seorang Park Chanyeol menyetir sepagi ini dengan mobil Marcedez yang bahkan tidak pernah bergerak satu inci pun dari garasi?"

Chanyeol terbahak-bahak, membuat Jessica mengernyit bingung di seberang sana. Sebelum menjawab pertanyaan sarkasme dari ibunya, pria itu terlebih dahulu memutar kemudi mobil ke arah kanan, yang lantas membuat mobil tersebut memasuki pelataran parkir sebuah gedung klasik yang terlihat sangat megah bagi siapapun yang melihatnya. Chanyeol mematikan mesin mobilnya lalu berkata kepada Jessica yang sedari tadi menunggu balasan dari Chanyeol, "Aku menyetir sepagi ini untuk menemui calon menantu ibu."

Jessica mengangguk dan ber'oh' ria di seberang sana, seolah tak ada yang salah dari kalimat yang dilontarkan puteranya. "Ah... calon menantu, ya?" Beberapa detik kemudian, Jessica tersedak ludahnya sendiri dan terbatuk secara tiba-tiba. "Park Chanyeol! Jangan bilang kau akan menemui Bae Irene?!"

Venire [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang