"HARI ini panas sekali, ya?"Irene menoleh lalu sedikit mendongakkan kepalanya untuk menatap Chanyeol yang berjalan di samping wanita itu. Chanyeol benar, hari ini memang suhu Seoul terasa sangat panas karena menginjak bulan Agustus yang merupakan puncak musim panas di Negeri Ginseng tersebut. Sebenarnya, Irene tidak terlalu mempermasalahkan suhu udara yang panas, karena bagi dirinya, entah itu panas atau dingin, semuanya terasa sama saja saat ia harus menari sepanjang hari dan merasakan gerah setiap saat.
"Kalau kau memang merasa panas, kenapa tidak naik mobilmu saja?" ucap Irene dengan kening mengerut, tak tega melihat Chanyeol yang sudah berkeringat di bagian lehernya.
"Kau mau naik mobil bersamaku?!" tanya Chanyeol seraya menatap Irene dengan kedua mata yang berbinar.
"Tidak."
"Kalau begitu aku juga tidak," balas pria itu cepat.
Irene hanya mengangguk masa bodoh, lalu kembali menatap jalanan yang mereka lalui. Asal kalian tahu... awalnya, Chanyeol dan Irene tidak berencana untuk berjalan kaki berdua selayaknya sepasang kekasih seperti sekarang. Irene menemui Chanyeol murni karena ia ingin membicarakan tentang 'perjodohan' tidak resmi yang dirancang oleh Jessica, hanya itu. Namun sayangnya, nasib baik tidak berpihak kepada wanita itu. Pemilik akademi yang Irene pimpin tiba-tiba menghubungi Irene lalu mengatakan jika ia harus menyeleksi anak didik baru hari ini, dan tentu saja, rencana pertemuan Irene dengan Chanyeol harus dibatalkan untuk yang kedua kalinya.
Pria yang saat ini sedang memakai T-Shirt hitam polos dan topi hitam itu tadinya bersikukuh ingin mengantar Irene menggunakan mobil, akan tetapi Irene menolak dengan alasan tidak ingin merepotkan dan juga karena ingin berjalan kaki ke akademi. For god sake, Irene sama sekali tidak menyangka jika tolakannya malah memperburuk keadaan. Iya... diantar ke akademi oleh Chanyeol dengan berjalan kaki memang keadaan yang sangat buruk bagi seorang Bae Irene.
"Aku tidak tau jika kau adalah jenis wanita yang suka melamun," gumam Chanyeol, lantas membuat Irene tersadar dan segera menoleh ke arah pria itu dengan cepat.
"Uhm, maaf," cicit Irene diiringi kedua mata yang mengerjap bingung.
Chanyeol mengedikkan bahunya cuek, lalu berkata dengan santai. "Tidak apa-apa, aku sudah terbiasa diabaikan."
"I really mean it, Chanyeol," jeda sebentar, wanita itu menghela napas lalu melanjutkan ucapannya. "Sorry."
"Hey, it's okay!" balas Chanyeol dengan nada bercanda. "Kalau begini jadi aku yang merasa bersalah kepadamu, Irene."
Chanyeol memperbaiki topinya yang nyaris terlepas karena terkena hembusan angin, dan sesaat, Irene dapat melihat sesuatu di tangan pria itu.
"Tato?" gumam Irene tanpa sadar, membuat Chanyeol menoleh ke arahnya detik itu juga.
"Ahh... ini?" Chanyeol menunjuk tangan kanannya sendiri, beberapa saat kemudian, sebuah senyuman terbentuk di bibirnya. "Aku memang mempunyai tato di beberapa bagian tubuhku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Venire [COMPLETED]
Fanfiction[Some part are private, follow me first to read private part] "Semua ini belum berakhir. Aku, Park Chanyeol, tidak akan pernah membiarkan semua ini berakhir!" ucap Chanyeol dengan kedua mata berkilat marah. Wanita itu tersenyum dingin. "Terlambat,"...