BAEKHYUN menatap datar ke arah Irene dan Chanyeol yang sedang berkutat di dapur. Pria berwajah tampan itu refleks mengernyitkan kening ketika melihat Irene tersenyum tipis ke arah Chanyeol yang berkata -entah apa- kepada wanita itu. Baekhyun mendengus, sepasang suami istri di hadapannya itu terlihat bahagia. Mereka terlihat bak sepasang remaja yang baru jatuh cinta. Dan sialnya, Byun Baekhyun tak menyukai semua itu. Ia risih dan muak melihat Irene dan Chanyeol.
"Kenapa kau kesini?" tanya Chanyeol yang lantas membuat Baekhyun mengalihkan pandang ke arah pria itu. Chanyeol menyandar di tembok, dengan tangan kanan yang memegang mug berisi kopi buatan istrinya.
Baekhyun menatap bosnya datar. "Kita ada rapat pagi ini."
"Aku tau, Baekhyun," balas Chanyeol dengan santai. "Kau tidak perlu datang kesini pagi-pagi buta."
"My bad," jeda sebentar, Baekhyun melirik Irene dan Chanyeol lalu bertanya dengan polos, "Aku mengganggu kalian ya?"
Chanyeol mengangguk cepat. "Sangat mengganggu, Bodoh."
Baekhyun terkekeh mendengar balasan bosnya. "Sorry," ucapnya. "Aku hanya tidak ingin rapat kita batal seperti kemarin."
Chanyeol mengangguk mengerti. Pria tampan itu melangkah mendekati Irene, mencium keningnya, lalu berkata pelan, "Aku harus ke kantor."
"Aku tau," balas Irene seraya tersenyum tipis ke arah suaminya. Wanita itu melirik sebentar ke arah Baekhyun, lalu kembali menatap Chanyeol diiringi senyuman. "Aku sudah menyiapkan semua keperluanmu untuk nanti di kantor. Kau bisa ke kamar untuk mengambilnya, Chanyeol."
Pria itu tersenyum lebar menatap istrinya. "Thank you, Wife," ucap Chanyeol lalu berjalan menuju tangga untuk kemudian masuk ke kamarnya, meninggalkan Irene dan Baekhyun berdua di dalam dapur.
Selama beberapa saat, hanya keheningan yang mengisi suasana dapur mansion milik Park Chanyeol. Irene sibuk berkutat dengan masakannya, sedangkan Baekhyun mengaduk-aduk minumannya tanpa selera. Sesekali, pria berwajah kecil itu mencuri pandang ke arah Bae Irene yang memasang ekspresi datar. Baekhyun mendengus pelan, menyayangkan Tuhan yang begitu sempurna menciptakan Bae Irene. She looks very beautiful even though her expression is so flat. Dan Baekhyun, ia berusaha sekuat tenaga untuk tidak memuji mantan kekasihnya di dalam hati.
"You look happy," ucap Baekhyun tanpa sadar, lantas membuat Irene menghentikan kegiatan mengaduk masakan yang sedari tadi ia lakukan.
Irene mematikan kompor listrik yang ia gunakan untuk memasak. Irene mengelap kedua tangannya, lalu berkata pelan. "Indeed, and always."
Baekhyun menatap raut datar dan manik mata Irene yang terlihat sayu. "But at the same time ...," jeda, Baekhyun mengalihkan pandang. "At the same time, you look so pathetic."
"Baekhyun,"
"Kau harus berkaca dan melihat seberapa menyedihkannya dirimu, Irene."
"Aku. Selalu. Bahagia," ujar Bae Irene dengan penekanan di setiap kata yang terucap dari bibirnya. Seolah ia ingin menegaskan bahwa ia tidak se-menyedihkan itu, seolah Irene ingin Baekhyun tau bahwa ia baik-baik saja. "Aku tidak menyedihkan, Baekhyun," lanjut Bae Irene sesaat setelahnya.
Baekhyun meneguk minumannya, kemudian ia berkata, "Well, kebanyakan orang memang tidak menyadari jika diri mereka menyedihkan."
"Aku bukan salah satu dari mereka," sanggah Irene dengan cepat, bahkan terlalu cepat. "Jangan samakan aku dengan mereka. Aku... berbeda."
"So you thought that you're happy?" tanya Baekhyun kepada Irene.
"Of course i'm happy."
KAMU SEDANG MEMBACA
Venire [COMPLETED]
Fanfic[Some part are private, follow me first to read private part] "Semua ini belum berakhir. Aku, Park Chanyeol, tidak akan pernah membiarkan semua ini berakhir!" ucap Chanyeol dengan kedua mata berkilat marah. Wanita itu tersenyum dingin. "Terlambat,"...