Jessica meletakkan sendok dan garpu yang awalnya tergenggam di tangan, wanita paruh baya itu bersedekap, seraya menatap curiga ke arah sepasang suami istri yang duduk di hadapannya. Jessica tau jika ada sesuatu yang salah, ia tau jika ada sesuatu yang menganggu Irene dan Chanyeol. Oleh karena itu, sebelum semuanya menjadi semakin tak terkendali, Jessica memutuskan untuk bertanya kepada mereka berdua."Ada apa dengan kalian berdua?" tanya Jessica tanpa basa-basi, straight to the poin. Jessica dapat melihat ekspresi Irene dan Chanyeol berubah menjadi sedikit terkejut, mungkin mereka tidak menyangka Jessica akan bertanya secara frontal seperti saat ini. "Pernikahan kalian baik-baik saja, 'kan?"
"..."
"..."
"Kalian mengabaikan pertanyaanku?"
Bae Irene mendongak, menatap ibu mertuanya diiringi senyuman yang terlalu tipis untuk bisa disebut sebagai senyuman. Jessica balas menatap Irene lembut, yang lantas membuat Irene semakin tak enak hati kepada Jessica. Wanita paruh baya itu selalu perhatian, selalu mencoba bersikap selembut mungkin kepada Irene walau Irene tau dengan jelas jika saat ini Jessica sedang curiga kepada pernikahan anaknya sendiri.
Jessica Park terlalu baik kepada Irene, dan Bae Irene tidak berhak untuk membohongi Jessica lebih jauh dari kebohongan yang ia lakukan kemarin. Mungkin, sekarang adalah saat yang tepat untuk mengatakan kepada Jessica bahwa pernikahannya dan Chanyeol sedang berantakan. Mungkin ini adalah waktu yang tepat untuk berkata kepada Jessica jika Irene telah menyerah. Bae Irene menghirup oksigen di sekitarnya dengan serakah sebelum menghembuskannya pelan-pelan, ia tersenyum tipis lalu berkata dengan nada lembut. "Nyonya Jessica, aku dan Chanyeol - " Ingin bercerai.
Park Chanyeol menggenggam tangan Irene dengan tiba-tiba, yang lantas membuat ucapan wanita itu terhenti seketika. Chanyeol membawa tautan tangannya dan Irene ke atas meja, sengaja agar Jessica dapat melihatnya dengan jelas. Pria itu menatap ibunya, kemudian ia berucap tenang. "Aku dan Irene bertengkar, Ibu."
"Kalian bertengkar?"
Chanyeol mengangguk, mengiyakan pertanyaan ibunya. "Tapi itu bukan masalah besar." Pria itu menatap Irene sekilas, untuk kemudian menjatuhkan pandangannya ke arah Jessica lagi. "Ibu tau 'kan, aku dan Irene sama-sama sibuk. Aku harus mengurus perusahaan, dan Irene harus mengajar murid nya di akademi. Aku menuntut banyak hal dari istriku, karena itu kami berdebat semalam."
Bae Irene tersenyum miring, tak menyangka Chanyeol akan berani berbohong di hadapan ibunya. Well, Chanyeol telah memilih untuk mengambil peran dalam semua sandiwara ini. Jadi harusnya Irene tidak lagi merasa ragu dan terbebani untuk melanjutkan semua kebohongannya, 'kan?
"Putraku menuntut apa darimu, Irene?" tanya Jessica tanpa mengalihkan pandangannya dari Park Chanyeol.
Irene tersenyum. "Perhatian," jawabnya. "Chanyeol tidak ingin aku terlalu sibuk, dia membutuhkan perhatian dariku sebagai istrinya." Damn. She's a good liar.
Jessica memiringkan kepalanya bingung. "Perhatian?"
Hening beberapa saat, sebelum suara tawa Jessica terdengar dan memecah keheningan yang sempat terjadi. Chanyeol dan Irene menatap Jessica, mendapati sebuah senyuman lebar yang terukir di wajah cantik wanita paruh baya itu. Ekspresi Jessica terlihat sangat senang, seolah ia baru saja memenangkan lotre satu juta dollar. Well, hanya Tuhan dan Jessica sendiri yang tau kenapa wanita itu bisa menjadi sesenang ini.
"Kenapa ibu baru sadar kalau ibu belum memberikan hadiah pernikahan kepada kalian berdua?" ucap Jessica, sama sekali tidak ada hubungannya dengan pembicaraan yang terjadi beberapa menit yang lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Venire [COMPLETED]
Fanfiction[Some part are private, follow me first to read private part] "Semua ini belum berakhir. Aku, Park Chanyeol, tidak akan pernah membiarkan semua ini berakhir!" ucap Chanyeol dengan kedua mata berkilat marah. Wanita itu tersenyum dingin. "Terlambat,"...