"THE number you are calling is not active, please try again later ...."
Park Chanyeol menjauhkan ponselnya dari telinga, tangannya menggenggam ponsel berwarna hitam itu dengan erat. Kemudian, manik mata hitamnya menatap tajam ke arah bawahannya yang berdiri dengan tegap.
"Kau dengar tadi?" desis Chanyeol menahan amarah.
"..."
"Joon, i asked you."
Joon diam beberapa detik sebelum berkata dengan tegas. "Ya, Tuan. Saya mendengarnya." Jeda, Joon meneguk salivanya dengan susah payah. "Nyonya Bae tidak mengangkat panggilan anda."
Chanyeol memijat pelipisnya. "Bagaimana bisa kau lengah mengawasi satu wanita, huh?"
Joon memilih untuk diam dan tidak membalas ucapan Tuannya.
"Kau benar-benar bodoh, Joon."
"..."
"Kau tidak pantas untuk menjadi tangan kananku."
Joon tersentak, pria itu segera mendongak menatap Chanyeol yang juga sedang menatapnya tajam. "Tuan, saya tidak bersalah," ucapnya memulai pembelaan terhadap dirinya sendiri. "Saya berusaha menahan Nyonya Bae, tapi Tuan Byun tiba-tiba datang dan membawa - "
Terlambat, karena sedetik setelahnya, ponsel hitam milik Chanyeol terlempar membentur tulang pipi Joon, menyebabkan memar berwarna kebiruan di kulit putihnya. Chanyeol tetap duduk dengan tenang, seolah ia bukanlah tersangka yang sengaja melempar ponsel itu ke arah bawahannya. Pria tampan itu tersenyum, lalu berucap dengan tajam. "Jangan pernah mengucap pembelaan, brengsek. Jika aku sudah mengatakan kau bersalah, maka kau memang bersalah."
Joon mengangguk patuh. Pipi pria itu terasa berdenyut nyeri, namun ia tak boleh merengek jika tidak mau kondisinya lebih parah dari ini. Beginilah Park Chanyeol yang sesungguhnya. Semua orang hanya tau Park Chanyeol yang bersikap hangat dan ramah kepada siapapun, tanpa tau jika Park Chanyeol sebenarnya adalah pria yang sangat tegas dan sangat mengerikan.
"Aku sudah berkali-kali mengatakan ini padamu, Joon ...," Chanyeol menghela napas, kemudian ia kembali melanjutkan, "Baekhyun memang asistenku, tapi bukan berarti kau bisa mematuhi dia seperti kau mematuhi aku."
Joon meneguk salivanya, berusaha menekan rasa takutnya kepada Park Chanyeol.
"Byun Baekhyun bisa saja menusukku dari belakang, Joon," ujar Chanyeol. "Byun Baekhyun tidak sepatuh yang kau kira."
Joon menunduk pasrah. "Maafkan saya, Tuan Park."
"Maafmu sama sekali tidak berguna untukku," ujar Park Chanyeol dengan nada tajam. "Sekarang, pergi selidiki latar belakang Bae Irene sebelum dan sesudah diadopsi oleh Tuan Bae. Aku ingin kau melakukan ini secepat mungkin dan tanpa celah sedikitpun."
"Anda ingin saya menyelidiki istri anda?"
Chanyeol menjawab cepat. "Ya."
"Kenapa?"
Ada hening yang cukup panjang sebelum Chanyeol menjawab diiringi tatapan dinginnya. "Karena Bae Irene tidak se-lemah yang aku kira, Joon."
***
Tubuh Park Chanyeol seolah terpaku di tempat ketika kedua manik matanya menangkap Bae Irene yang sedang menyiapkan makanan di meja. Wanita itu memakai apron berwarna merah muda, yang lantas membuat Park Chanyeol ingin memeluknya erat-erat dan membawa istri cantiknya itu ke kamar. Maafkan otak Chanyeol yang kotor, but damn, Bae Irene memang semenawan itu di mata Park Chanyeol.
KAMU SEDANG MEMBACA
Venire [COMPLETED]
Fanfic[Some part are private, follow me first to read private part] "Semua ini belum berakhir. Aku, Park Chanyeol, tidak akan pernah membiarkan semua ini berakhir!" ucap Chanyeol dengan kedua mata berkilat marah. Wanita itu tersenyum dingin. "Terlambat,"...