"Sudah puas memandangiku, Tuan Park?"
Park Chanyeol yang sedang bersandar di kulkas refleks tersenyum, tak menyangka jika Irene tau sedari tadi pria itu memandangi tubuh indahnya. Well, hanya pria bodoh yang membuang-buang waktunya dengan tidak memandangi tubuh Bae Irene. Wanita itu terlihat begitu menggoda dengan hanya memakai kemeja kebesaran milik Chanyeol, rambutnya yang berantakan dibiarkan terurai, serta tangannya yang cekatan sibuk memasak makanan yang tidak diketahui namanya oleh Chanyeol.
"Aku sudah bilang kalau kau tidak perlu memasak untukku," ujar Chanyeol sambil menegakkan tubuhnya yang semula bersandar, lalu pria itu melangkah mendekati Irene yang berjarak beberapa meter darinya.
Irene mendengus. "Aku tau kau lapar sekarang, Chanyeol."
"Memang," jawab Chanyeol cepat seraya memeluk istrinya dari belakang, membuat tubuh topless pria itu menyentuh kemeja yang dipakai Irene. "Tapi yang ingin aku makan sekarang hanya kau. Aku ingin memakanmu," lanjutnya sembari mengecup tengkuk Irene lembut.
"Aku tidak bisa dimakan."
"Then?"
"Aku hanya bisa di ... " Irene berpura-pura berpikir.
"Dicumbu?" sambung Chanyeol sembari menggigit pelan pundak Bae Irene. Detik berikutnya, Chanyeol refleks meringis ketika Irene menyikut perutnya dengan keras, membuat suaminya mundur beberapa langkah sembari memegang perutnya dengan gestur dramatis.
Bae Irene memutar bola matanya jengah. "Jangan berlebihan, aku tidak menyikutmu sekeras itu."
Park Chanyeol menghentikan 'acting' nya yang berlebihan, lalu melangkah mendekati Irene yang masih sibuk dengan kegiatan memasaknya. Pria itu mengecup pipi kiri Irene dan berkata, "You do." Chanyeol mengambil tangan kiri Irene yang tidak memegang spatula, lalu menempelkannya di perutnya yang tidak terbalut pakaian. "Sakit," ujar Chanyeol merengek.
Bae Irene menghela napas, kesal karena Park Chanyeol terus-menerus mengganggu kegiatan memasaknya. To be honest, saat ini Irene benar-benar lapar dan Chanyeol membuat semuanya menjadi lebih menyebalkan. Wanita itu berjinjit, melakukan hal yang mungkin akan membuat Chanyeol pergi dari dapur, she kissed him on the lips. "Kau akan mendapat lebih nanti jika tidak mengganggu aku memasak, oke?"
"Oke," jawab pria itu dengan cepat dan tanpa berpikir.
Irene tersenyum manis, lega karena Chanyeol setuju dengan penawarannya. Wanita itu kembali sibuk dengan masakannya. Hanya beberapa detik, karena di detik ke lima, tubuh mungil Irene tiba-tiba terangkat yang refleks membuat Irene terpekik kaget. Park Chanyeol membopong tubuh istrinya ala bridal style, lalu menidurkan tubuh seringan kapas itu di atas meja pantry.
Chanyeol mendekatkan wajahnya, berbisik. "Oke aku setuju." Kedua tangan pria itu memegang kerah kemeja yang dipakai oleh Irene. "Tapi aku tidak ingin nanti, aku ingin sekarang," lanjutnya kemudian.
"Kau gila, bodoh!"
Chanyeol tersenyum miring, lalu -
Krek!
Pria itu menarik kemeja yang Irene kenakan dengan keras, hingga semua kancingnya berhamburan ke lantai dengan cara yang amat dramatis.
"PARK CHANYEOL BODOH!"
***
Bae Irene membuka kedua matanya ketika ia merasakan udara dingin menyentuh kulit wanita itu, membuat ia menggigil untuk kemudian mengeratkan selimut yang membalut tubuhnya. Irene meraba kasur yang ia tiduri, lalu mengernyit. Suaminya tidak ada. "Chanyeol?" panggil Irene sembari mengedarkan pandangannya ke segala arah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Venire [COMPLETED]
Fanfiction[Some part are private, follow me first to read private part] "Semua ini belum berakhir. Aku, Park Chanyeol, tidak akan pernah membiarkan semua ini berakhir!" ucap Chanyeol dengan kedua mata berkilat marah. Wanita itu tersenyum dingin. "Terlambat,"...