Irene menyisir rambut hitamnya dengan jemari ramping wanita itu, berusaha menata rambutnya sesuai dengan yang ia harapkan. Bae Irene berusaha keras terlihat cantik hari ini, karena ia akan bertemu dengan Oh Sehun. Bayangan hitam di bawah mata Irene masih terlihat dengan jelas, hasil dari ia yang semalaman menangis tanpa henti. Namun Irene tidak terlalu ambil pusing akan hal itu, toh ia bisa memberikan alasan lain yang lebih masuk akal jika Sehun menanyakan tentang kantung matanya.Bae Irene mengambil clutch yang tergeletak di atas meja rias, kemudian ia berbalik dan melangkah menuju pintu kamar yang ia dan Chanyeol tempati. Irene memutar knop pintu, lalu ia -
"Mau kemana?"
Langkah kaki Irene kontan terhenti. Suara baritone itu mengintimidasi Irene, membuat Irene meneguk ludahnya dengan susah payah sebelum ia menoleh menatap Park Chanyeol yang berdiri di ambang pintu walk in closet. Pria itu terlihat tampan walau hanya memakai celana kain dengan tubuh bagian atas yang tidak dilapisi apapun. Namun tentunya, bukan itu yang menjadi fokus Irene saat ini. Kedua manik kelam Chanyeol yang menatap penuh kecurigaan itu lah yang menjadi fokus Bae Irene. And damn, she feels afraid right now.
"Mau kemana?" Chanyeol mengulang pertanyaannya, kali ini diiringi penekanan di setiap kata yang lantas membuat istrinya semakin merasa terintimidasi.
Jangan tanyakan seberapa gugupnya Irene saat ini, karena wanita itu tentu masih mengingat dengan sangat jelas perdebatan yang terjadi antara ia dan Chanyeol tadi malam. Peristiwa itu masih terbayang di benak Bae Irene, membuat ia menjadi canggung ketika harus berbicara dengan Park Chanyeol. Irene benar-benar merasa tidak nyaman dengan situasi ini.
Chanyeol mendecak tidak sabar. "Kau mau kemana?"
"Akademi," jawab Bae Irene dengan cepat. Wanita itu berusaha mati-matian untuk tetap terlihat tenang, tidak ingin Chanyeol tau jika ia merasa takut dan gugup saat ini. "Aku harus berlatih balet," lanjut Irene sesaat kemudian.
Chanyeol mengangguk mengerti. "Kalau begitu aku akan menyuruh Joon untuk mengantarmu kesana."
"Tidak usah, aku bisa menyetir sendiri," tolak Irene seraya menggelengkan kepalanya pelan.
"No, mulai sekarang Joon yang akan - "
"Tidak perlu, Chanyeol."
"Apa?"
"Aku bilang tidak perlu," ucap Irene kepada Chanyeol. "Kau tidak perlu memerintah Joon untuk melakukan semua itu, aku tidak ingin merepotkan siapapun yang ada di mansion ini."
Chanyeol mengernyit, tidak mengerti dengan kalimat yang baru saja terlontar dari bibir istrinya. "Kau itu istriku, Irene," ujar Chanyeol memulai argumennya. Ketika pria itu melihat Irene terdiam, Chanyeol dengan cepat melanjutkan ucapannya. "Kau adalah Nyonya Park, bukan hal yang aneh jika kau merepotkan anak buahku. Mulai sekarang, Joon yang akan mengantarmu kemanapun kau pergi."
"Park Chanyeol, aku - "
"Dan aku tidak menerima penolakan sama sekali," tandas Chanyeol lalu berbalik, berniat melangkah memasuki walk in closet. Namun baru beberapa langkah, suara Bae Irene kembali berhasil membuat langkah kaki Park Chanyeol terhenti secara tiba-tiba.
"Aku membutuhkan privasi, Chanyeol."
"..."
"Aku mempunyai lingkungan pergaulanku sendiri yang tidak seharusnya dicampuri oleh siapapun."
Chanyeol tersenyum miring. "Termasuk oleh suamimu sendiri?"
"Termasuk oleh suamiku sendiri," balas wanita itu tanpa pikir panjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Venire [COMPLETED]
Fanfiction[Some part are private, follow me first to read private part] "Semua ini belum berakhir. Aku, Park Chanyeol, tidak akan pernah membiarkan semua ini berakhir!" ucap Chanyeol dengan kedua mata berkilat marah. Wanita itu tersenyum dingin. "Terlambat,"...