7. As A Friend?

2.7K 533 38
                                    

IRENE segera berlari saat melihat salah satu anak didiknya terjatuh. Awalnya banyak yang mengerubungi gadis kecil itu, akan tetapi mereka memutuskan untuk kembali berlatih saat Irene membubarkan mereka dengan cara yang halus. Mendengar rintihan pelan dari anak didiknya, Irene lantas segera berlutut di samping gadis kecil itu, mengangkat pergelangan kakinya dengan perlahan, lalu memijatnya lembut.

"Miss, aku tidak apa-apa," ucap gadis itu diiringi kedua mata bulat yang menyorot Irene dengan pandangan polos.

Irene tersenyum tipis, balas memandang gadis kecil itu dengan tatapan sayang. "Iya, kau memang tidak apa-apa. Aku hanya ingin memijat kakimu, okay?"

"Okay," sahut gadis kecil itu seraya menganggukkan kepala, membuat rambut pirangnya lantas ikut bergerak karena gerakan tersebut.

Sementara itu, disaat Irene sedang memijat kaki anak didiknya, seorang pria tinggi tiba-tiba melangkah masuk ke dalam ruangan dengan langkah pelan. Beberapa pasang mata menatap tertarik ke arah pria itu, berdecak kagum karena wajahnya yang begitu tampan dan memanjakan mata.

"Miss," gadis kecil itu berbisik pelan kepada Irene, membuat Irene menatapnya dengan tatapan bingung. "Ada kakak tampan, behind you."

Kedua mata Irene sedikit membelalak. Wanita itu menatap wajah anak didiknya yang tiba-tiba merona, sepersekian detik berikutnya Irene menolehkan kepalanya ke belakang, dan berakhir terkejut karena menemukan seorang pria tinggi sedang berdiri disana.

Yah. . . Siapa lagi kalau bukan Park Chanyeol?

Pria itu menatap Irene sambil tersenyum polos, seolah kehebohan para anak didik Irene karena terpesona ketampanan wajah Chanyeol bukanlah suatu hal yang besar. Irene menghela napas, lalu kembali menatap anak didiknya. Kali ini Irene menghentikan pijatannya, beralih menjadi usapan sayang yang ia berikan di kepala gadis kecil itu.

"Miss akan kembali sebentar lagi," ucap Irene singkat. "Lanjutkan latihanmu, dan jangan sampai jatuh lagi. Okay, pretty?"

Gadis kecil itu mengangguk dengan semangat. Irene membantunya berdiri, sesaat kemudian Irene hanya bisa tersenyum tipis saat melihat gadis kecil itu berlari ke arah teman-temannya dan melakukan gerakan ballet yang telah Irene ajarkan satu jam yang lalu.

"Cantik, 'kan?" gumam Irene, sengaja ditujukan untuk pria yang saat ini sedang berdiri di belakangnya.

Chanyeol membalas dengan nada cuek. "Tidak secantik dirimu."

"Terima kasih atas pujiannya, Chanyeol."

Chanyeol terkekeh geli, tak menyangka jika Irene akan menerima pujiannya secara mentah-mentah. Jika wanita lain akan tersipu dan membantah pujian Chanyeol dengan malu-malu, seorang Irene malah menerimanya dan membalas Chanyeol dengan kalimat yang sama sekali tak pernah ia duga. Membuat Chanyeol lantas menyadari, bahwa Irene memang wanita yang istimewa.

"Ayo kita mengobrol di ruangan lain," ajakan Irene lantas menyentak lamunan Chanyeol, membuat pria itu mendongak dan mendapati jika Irene telah berjalan mendahuluinya.

Chanyeol mempercepat langkah kakinya, berusaha untuk bisa menyusul wanita cantik itu. "Kita akan kemana, Irene?"

Wanita itu hanya diam, tak menjawab pertanyaan Chanyeol dan memutuskan untuk terus melangkah tanpa repot-repot menoleh ke arah Chanyeol yang mengikutinya dari belakang. Beberapa saat kemudian, Irene sampai di depan sebuah pintu besar berwarna putih yang terdapat banyak ukiran disana.

Wanita itu membuka pintu tersebut lalu masuk ke dalam seraya berkata dengan singkat. "Masuk."

Chanyeol yang mengetahui jika ucapan itu ditujukan untuk dirinya hanya bisa mengangguk patuh layaknya bocah kecil. Pria itu melangkahkan kedua kaki panjangnya ke dalam ruangan, dan berakhir takjub saat melihat ruangan serba putih yang dikelilingi oleh banyak kaca tersebut.

Venire [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang