Chapter2

10.3K 559 10
                                    

Ali mengepel kamar mandi sesuai perintah Bertha tadi. Sambil bersenandung Ali menunaikan hukumannya dengan lapang dada, bukan karena Ali rela dihukum tapi menurutnya untuk apa dia melawan karena guru selalu benar  dan murid selalu nurut. Kalau guru salah balik lagi keopini sebelumnya bahwa guru selalu benar dan murid selalu nurut.

Bruk!

Pintu salah satu kloset di dobrak oleh Ali, seperti di film-film action di televisi dan DVD yang pernah ia tonton. Menyelamatkan seorang putri yang disekap didalam sana, memegang senjata untuk berjaga-jaga kalau-kalau ada serangan mendadak.

Ali melompat sambil bergaya menghadap kedalam kloset tersebut. Seketika wajahnya berubah drastis.

"Gila bau jengkol!!!" Ali menutup hidungnya menggukan kerah baju. Tubuhnya menggidik bukan karena fobia bau jengkol juga tapi jijik sampai mual menciumnya.

Ali membuka seragam sekolahnya kemudian ia lilitkan sedemikian rupa hingga menutupi hidung, dan mulai membersihkan kloset membasmi bau-bau jengkol yang berkeliaran.

"Makan perkedel bangke saus tiram kali, nih, yang pake kloset." dengus Ali.

"Bau!"

"Pengen makan orang jadinya!"

"Ganteng gue luntur, Mi.."

Ali terus berkicau selagi ia membersihkan kloset satu ke kloset lain, sampai akhirnya tugas pun selesai.

Ali menghembuskan napas lega. Lega karena bau-bau jengkol dan perkedel bangke saus tiram dari dalam kloset itu sudah di gantikan dengan wangi bunga-bunga dari Belanda.

"Eummm.. Wangii." ujar Ali saat ia melepas bekapan seragam dihidungnya dan menghirup udara bau diseluruh ruangan kamar mandi.

Tak!

Ali melempar kain pel kesembarang tempat kemudian berlalu keluar dengan senyum sumringah.

Brugg!!

"Awww.."

"Woy Ali! Lo naro kain pel ditempatnya dong. Sakit, nih, pantat gue. Aduh... Pinggang gue rasanya remuk gini." ternyata seorang siswa yang baru saja memasuki kamar mandi terpeleset akibat kain pel yang Ali lempar disembarang tempat tadi.

Ali terus melenggang tanpa dosa. Menulikan telinganya pada ocehan seorang siswa tadi.

***

Satu pelajaran setelah istirahat Ali absen. Berdoa saja jika dirinya tidak dialfakan oleh guru yang mengajar tadi. Tapi Ali sedikit bersyukur karena perlajaran yang ia tinggalkan tadi adalah pelajaran yang membuat kantung matanya tiba-tiba menahan beban satu kintal. Ya, pelajaran yang membuat Ali mengantuk, sangat mengantuk.

Ali lebih suka pelajaran jasmani. Ali lebih suka menghabiskan berjam-jam waktunya ditengah lapangan dengan bola basket ditangan. Itu lebih baik dari pada ia harus mengutak-atik bolpointnya dan memutar otak untuk mengisi soal-sial matematika.

Berbeda dengan Prilly, Prilly lebih suka memutar otak dan mengutak-atik bolpointnya. Kadang gadis itu pun suka menghabiskan waktunya didapur meski hanya sekedar membuat nasi goreng sosis untuk sarapan.

Prilly. Ali sampai lupa. Setelah tadi Prilly berlari terbirit-birit karena ulahnya, Ali belum sempat menemui Prilly lagi. Prilly pun tak menemui dirinya, mungkin Prilly tak tahu jika tadi sahabat tertampannya ini sudah dihukum oleh Bertha.

Ali tak sempat menemui Prilly sekarang. Ada kuis yang menantinya didalam kelas. Ali memang tak suka berkutat dengan bolpoint dan otak didalam kelas. Tapi Ali pun bukan orang bodoh yang menyia-nyiakan pengorbanan orang tua yang membiayainya untuk bersekolah dengan terus absen didalam kelas.

Janji Ali Untuk PrillyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang