Chapter31

5.6K 349 2
                                    

Setelah Ali menyelesaikan misinya untuk mengantar Laras pulang, Ali memutuskan untuk mengunjungi rumah Prilly hanya sekedar ingin melihat apakah gadis itu sudah sampai dirumah atau belum.

Ali memarkirkan mobilnya didepan gerbang rumah Prilly, sebab Ali tak berniat memasukkan mobilnya kedalam parkiran rumah Prilly, di luar saja cukup. Toh Ali hanya ingin tahu apakah Prilly sudah sampai dirumah atau belum.

Ali turun dari dalam mobilnya kemudian berjalan sedikit kearah gerbang.

Ali menyelipkan wajahnya, hanya wajahnya saja yang ia selipkan kecelah kecil yang hanya cukup dimasuki satu buah kepala, dan berdesis disana.

"Pssss... Pss..." desis Ali di celah gerbang besi berdominasi kayu.

Pak Mono yang sedang berjaga diposnya pun segera menuju gerbang dan menemui Ali disana, setelah mendengar desisan Ali yang terdengar seperti bisa ular.

"Eh den Ali, kenapa gak langsung masuk aja den. Sebentar saya bukain gerbangnya." ujar pak Mono.

"Gak usah pak. Prilly udah pulang belum?" tanya Ali.

"Lho, kirain saya non Prilly ada didalem mobil den Ali."

"Gak ada pak, pulang sama temen Ali dia. Jadi Prilly belum sampe rumah?"

Pak Mono menggelengkan kepalanya. "Belum den."

"Oh yaudah makasih ya, pak."

"Gak mau masuk dulu den?"

"Gak usah pak. Nanti Ali balik lagi."

Pak Mono pun mengangguk patuh.

Ali mengeluarkan kepalanya yang tadi ia selipkan dicelah kecil gerbang. Kemudian jalan berbalik kearah mobilnya.

Ali diam dalam mobil tanpa menghidupkan mesin mobilnya. Sedang apa Prilly bersama Farel sekarang yang tengah Ali pikirkan. Tapi untuk apa ia memikirkan itu, Prilly akan baik-baik saja bersama Farel. Ali sudah mengenal Farel hampir tiga tahun, dan selama itu pula Farel tak pernah mengecewakannya.

Setelah berperang antara hati dan pikirannya, Ali kembali melajukan mobilnya untuk pulang. Jarak antara rumah Ali dan Prilly terbilang cukup dekat, jadi hanya satu menit saja Ali sudah sampai diparkiran rumahnya.

"Assalammualaikum." ucap Ali setelah memasuki rumahnya.

"Walaikumsalam, tumben udah balik?!" sambut Alya.

Ali menghempas tubuhnya keatas soffa disamping Alya terlebih dulu sebelum ia menjawab pertanyaan dari kakak satu-satunya itu.

"Yang tumben itu elo. Biasanya balik malem, terus langsung tidur gak mandi dulu." cibir Ali.

Puk!

Alya melempar sebuah bantal soffa dan mendarat tepat didepan wajah Ali berhasil membuat Ali mengaduh.

"Enak aja kalau ngomong!"

"Bingung gue sama cewek-cewek sekarang sukanya maen kasar." balas Ali sembari menyingkirkan bantal yang tadi sempat mendarat indah diwajahnya.

"Ya iyalah. Mereka juga gak mau kalah kali sama playboy cap.. Eum.. Kalau kata Prilly cap kecoa buluk!"

"Gak kreatif banget sih lo."

"Bodo."

Ali pun memutuskan untuk diam tak membalas ledekan dari Alya. Beberapa saat kemudian Ali memejamkan matanya, bukan tertidur hanya saja Ali ingin membiarkan matanya terpejam saat ini.

"Eh, Li." panggil Alya, Ali pun membuka sebelah matanya kearah Alya.

"Gue mau ngomong."

"Ngomong aja kali gitu aja kok repot." Ali membenarkan posisi sandarannya lalu kembali terpejam.

Janji Ali Untuk PrillyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang