Chapter24

6.1K 364 5
                                    

Prilly berjalan gontai menuju dapur dirumahnya. Seharian tertidur membuat tenggorokan Prilly terasa kering dan membutuhkan penyegaran secepat mungkin.

Daniel juga sepertinya sudah kembali kerumah sakit. Baguslah, Prilly tak ingin mommynya merasa sendirian nanti disana. Walaupun ada bik Minah yang menemani Risa, tapi tetap saja Prilly ingin Daniel sendiri yang menemani mommynya dirumah sakit.

Inginnya sih, Prilly yang menemani Risa disana, tapi dengan kondisi tubuhnya yang kurang fit membuat Prilly harus berpikir dua kali. Karena jika ia kesana dalam kondisi seperti ini, Prilly yakin dirinya malah akan merepotkan mommy dan daddynya disana. Apalagi Risa yang selalu wanti-wanti tentang kesehatan Prilly. Prilly pasti akan di hujani ceramahan panjang nan lebar kalau ia tetap nekat menemui Risa dalam keadaan pucat seperti sekarang ini.

Prilly masih merasa nyut-nyutan di kepalanya, hingga harus beberapa kali ia mememijat pelipisnya untuk mengilangkan rasa nyeri tersebut. Setelah mengambil segelas air minum dari dalam lemari es, Prilly memutuskan untuk duduk terlebih dulu dimeja makan.

Sebelum Prilly keluar kamarnya, ia sempat melihat Ali yang sedang tidur nyenyak disofa yang berada didalam kamar. Tadinya Prilly ingin membangunkan Ali untuk mengantarnya mengambil segelas air minum, tapi entah kenapa Prilly lebih mandiri dalam keadaan sakit seperti ini.

"Ssss..." ringis Prilly yang mendapati kepalanya semakin berputar-putar. Seperti gangsing mainannya waktu kecil dulu, semuanya terlihat berputar.

Prilly meraih gelas berisi air minum yang tadi sudah ia tuangkan. Dileguk kembali isi dari gelas tersebut sampai tersisa setengah gelas lagi.

Pusingnya tak kunjung hilang, Prilly memperkencang pijatannya didaerah pelipis kepalanya. Tapi nihil, rasa pusingnya justru kian meraja rela.

Tiba-tiba saja seluruh tubuhnya melemas dan membeku ditempat. Pandangannya sedikit buram dan lama-lama menjadi seperti klise foto lama. Semua barang yang ada disekitarnya terlihat bergoyang-goyang tanpa alunan musik sekalipun.

Dan akhirnya pandangan Prilly hitam sempurna.

***

Ali mengkerjapkan mata. Lagi-lagi ia tertidur pulas, benar kata Prilly Ali akan seperti orang mati jika sedang tertidur. Tak perduli suara apapun yang melintas melalui gendang telinganya, Ali akan tetap terlelap jika itu tidak penting.

Ali merilik ranjang king size bercorak doraemon milik Prilly. Aneh, Prilly tak ada diranjangnya. Pria itu pun segera bangkit dan kemudian mencari Prilly dikamar mandi yang terdapat didalam kamar Prilly, mungkin saja Prilly pergi kesana, pikirnya.

Sekejap Ali menghentikan langkahnga pintu kamar mandi Prilly terbuka, itu artinya tak ada orang didalam.

"Prill." panggil Ali, siapa tahu saja Prilly terjebak di lubang tikus atau disarang serangga seperti lebah misalnya.

Tak ada jawaban. Ali memutuskan untuk keluar kamar Prilly dan mencari Prilly disetiap sudut rumahnya.

"Prilly.."

"Prill, lo dimana?!!" teriak Ali tapi masih tak ada jawaban.

"Prilly Latuconsina."

Masih tak ada jawaban. Ali jadi haus meneriaki Prilly sejak tadi tapi tak membuahkan hasil. Kemudian Ali pun memutuskan untuk berjalan menuju dapur untuk melancarkan tenggorokannya yang sudah terasa kesat karena kekurangan air putih. Sepertinya Ali butuh aqua.

"Si Prilly kemana lagi, ya kali dia diculik vampir. Gak realistis banget kan." celoteh Ali disepanjang jalan menuju dapur Prilly.

"Kalau dia ngumpet dilubang semut sih gue se..... Astaga Prilly! Masya Allah." pekik Ali setelah mendapati Prilly tergeletak lemah dilantai dapurnya sendiri.

Janji Ali Untuk PrillyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang